Ragam

Sampah Penghasil Berkah (2): TPA Jadi Wisata

person access_time 1 year ago
Sampah Penghasil Berkah (2): TPA Jadi Wisata

Instalasi pengolahan sampah jadi gas metana di TPA Manggar, Balikpapan Timur. FOTO: MUHIBAR SOBARY ARDAN-KALTIMKECE.ID

Di Balikpapan, TPA sampah bukanlah tempat yang menjijikan. Orang-orang disebut kerap berkunjung untuk belajar mengolah sampah. Tersedia kafe hingga sauna.

Ditulis Oleh: Muhibar Sobary Ardan
Senin, 01 Mei 2023

kaltimkece.id Kirana matahari sedang menyengat ketika sejumlah mobil pengangkut sampah mengantre di zona enam Tempat Pemrosesan Akhir (TPA) Sampah Manggar, Balikpapan Timur. Dibantu beberapa petugas, mobil-mobil itu secara bergantian menumpahkan sampah. Keluaran sampah kemudian ditata oleh sebuah alat berat yang sedari tadi beroperasi.

Siang itu, Jumat, 28 Maret 2023, reporter kaltimkece.id bersama Kepala UPTD TPA Manggar, Muhammad Haryanto, berkunjung ke zona tersebut. Haryanto menyebutkan, total ada tujuh zona di TPA Manggar. Zona satu memiliki luas 2,6 hektare, zona dua 3 hektare, zona tiga 0,6 hektare, zona empat 1,5 hektare, zona lima 2,5 hektare, zona enam 3,25 hektare, dan zona tujuh 3,25 hektare.

“Beroperasi sejak Desember 2020, zona enam dapat menampung sampah sebanyak 255.000 ton,” sebut Haryanto.

Suasana zona enam TPA Sampah Manggar, Balikpapan Timur. FOTO: MUHIBAR SOBARY ARDAN-KALTIMKECE.ID

Lebih lanjut, dia menjelaskan, TPA Manggar mengusung konsep sanitary landfill yaitu pengelolaan sampah yang berkelanjutan. Dengan konsep ini, risiko pencemaran lingkungan air, tanah dan udara dapat diminimalisasi. Konsep tersebut diwujudkan dengan mengolah sampah di zona lima dan enam menjadi gas metana yang disalurkan ke 305 rumah di sekitar TPA Manggar. Oleh para pemilik rumah, gas tersebut dimanfaatkan sebagai bahan bakar kompor.

Penyaluran gas metana ke rumah-rumah warga tidak menggunakan mesin melainkan hanya mengandalkan sejumlah pipa yang dihubungkan ke valve pengatur atau pembagi aliran gas dan saparator yang berfungsi mengurangi kadar air dalam gas metana. Selain bahan bakar kompor, gas metana juga diolah menjadi listrik untuk keperluan TPA Manggar.

“Jadi, sebagian listrik di TPA ini sumber energinya dari pengelolaan gas metana,” jelas Haryanto.

Muhammad Haryanto, kepala UPTD TPA Manggar. FOTO: MUHIBAR SOBARY ARDAN-KALTIMKECE.ID

Usaha mendaur ulang sampah menjadi barang bermanfaat memberikan berkah untuk TPA Manggar. Haryanto mengatakan, TPA yang memiliki luas 49 hektare ini kini juga dimanfaatkan sebagai wisata edukasi alias eduwisata. Tak sedikit orang pernah berkunjung ke TPA Manggar untuk berlajar mengelola sampah yang berkelanjutan.

Para pengunjung dapat melihat zona sanitary landfill, instalasi penangkapan dan pemanfaatan gas metana, serta instalasi pengelolaan air lindi atau IPAL. Di IPAL, pengunjung bisa menyaksikan pengolahan sampah organik menjadi kompos dan pengolahan bahan bakar jumputan padat (BBJP) untuk menggerakkan PLTU Teluk Balikpapan. “Di sini juga ada kafe metana, sauna, tempat bermain, hingga lapangan bola,” bebernya.

Gas metana yang diproduksi sejak 2012 ini juga mendatangkan pundi-pundi rupiah. Setiap rumah yang memanfaatkan gas tersebut, kata Haryanto, diwajibkan membayar iuran Rp 10 ribu per bulan. Uang tersebut digunakan untuk merawat dan mengembangkan pengelolaan gas metana termasuk mengaji para pekerjanya. Masing-masing pekerja mendapat Rp 600 ribu per bulan.

Ragam Keuntungan Sanitary Landfill

Akademikus Program Studi Teknik Lingkungan, Fakultas Teknik, Universitas Mulawarman, Dwi Ermawati Rahayu, mengatakan, pengelolaan sampah secara sanitary landfill memang memberikan berbagai keuntungan. Ia menganjurkan, semua TPA di Kaltim menerapkan konsep serupa.

“TPA yang menerapkan sanitary landfill, di bagian bawahnya dilapisi geomembran sehingga aliran lindinya tidak mencemari air tanah,” terang Erma kepada kaltimkece.id, Sabtu, 29 April 2023. “Kemudian ada alat penangkap gasnya. Gas ini muncul karena sampah mengalami degradasi.”

Selama proses degradasi itu, sampah akan banyak menyerap aerobik. Proses inilah yang akan menghasilkan gas metana. Erma menyebut, gas metana 26-28 kali lebih berbahaya daripada kaborndioksida. Dengan begitu, gas metana akan sangat berbahaya bila terlepas ke udara. “Jadi, gas metana perlu dimanfaatkan untuk mengurangi dampak pencemaran lingkungan,” ujarnya.

Pengelolaan TPA secara sanitary landfill juga dapat meningkatkan kualitas tanah. Erma mengatakan, tanah yang digunakan untuk menampung tumpukan sampah selama bertahun-tahun, dapat digunakan untuk kompos. Hal ini bisa terjadi apabila sampah sudah tidak mengalami degradasi atau tidak lagi mengeluarkan gas metana.

Walau pengelolaan sampah secara sanitary landfill memberikan banyak manfaat, Erma mengingatkan, upaya tersebut bukan solusi utama mengatasi persoalan sampah. Dalam konsep tata kelola sampah, sampah harus dikelola dengan bijak sedari sumbernya seperti rumah tangga dan pasar.

“Kalau sampah sudah berkurang sejak dari sumbernya, tentu akan sangat bagus dalam upaya mengatasi persoalan sampah,” ujar perempuan itu.

Salah satu upaya yang bisa dilakukan masyarakat, sambung dia, adalah memisahkan sampah organik dan nonorganik. Sampah nonorganik disebut lebih sulit terdegradasi atau terurai ketimbang sampah organik. Dengan memisahkan kedua jenis sampah itu, tentu akan memudahkan pengelola memanfaatkannya menjadi barang bernilai ekonomi.

Masyarakat juga bisa mengolah sampah menjadi gas metana seperti di TPA Manggar. Erma menjelaskan, sampah yang bisa menghasilkan gas metana adalah sampah organik. Sampah jenis ini disebut paling mendominasi dari sampah yang dihasilkan perkotaan.

“Pemanfaatan sampah menjadi gas metana bisa dikelola dalam skala kecil. Di tingkat RT, misalnya, harus bisa memanfaatkan potensi dari sampah organik,” ujarnya.

Di TPA Manggar, sebagian sampah disulap menjadi barang bermanfaat seperti bahan bakar kompor dan listrik. FOTO: MUHIBAR SOBARY ARDAN-KALTIMKECE.ID

TPA Manggar dikelola oleh Dinas Lingkungan Hidup Balikpapan. Kepala instansi tersebut, Sudirman Djayaleksana, menceritakan latar belakang pendirian pengolahan sampah menjadi gas metana di TPA Manggar. Inisiatif pendirian pengolahan tersebut dilatarbelakangi dari keresahan dampak bahaya yang ditimbulkan sampah. Untuk menanggulanginya, DLH merangkul sejumlah warga setempat dan Pertamina Hulu Mahakam untuk mengolah sampah menjadi gas metana.

“Bersama pengelola TPA, warga merawat sistem ini sehingga menjadi berkesinambungan,” cerita Dirman, panggilan pendeknya, Ahad, 16 April 2023.

Ia menyebutkan, berdasarkan peraturan, pengelolaan sampah di kabupaten atau kota menjadi kewenangan pemerintah daerah. Meski TPA Manggar sudah bisa mengolah sampah jadi barang bermanfaat, DLH Balikpapan dipastikan tidak berhenti menginovasi pengembangannya.

Dirman mengatakan, belum semua warga kota melaksanakan pemisahan sampah organik dan nonorganik walau sosialisasinya telah dilakukan. Inilah yang menjadi salah satu pekerjaaan rumah DLH Balikpapan. Salah satu upaya yang tengah dikerjakannya adalah melaksanakan program kampung iklim. Kegiatan dalam program ini di antaranya memilah-milih sampah yang dapat dimanfaatkan.

“Program ini diharapkan dapat meningkatkan kesadaran masyarakat untuk menanggulangi masalah sampah,” kuncinya. (*)

Laporan sebelumnya dari serial ini:

Sampah Penghasil Berkah (1): Inovasi Brilian TPA Manggar

shareBagikan Artikel Ini


Artikel Terkait


Tinggalkan Komentar