Ragam

Setelah Dua Tahun Vakum, Tenggarong Internasional Folk Art Festival Diadakan Pekan Depan

person access_time 1 year ago
Setelah Dua Tahun Vakum, Tenggarong Internasional Folk Art Festival Diadakan Pekan Depan

Pertunjukan seni tari di Kutai Kartanegara. (foto: aldi/kaltimkece.id)

Pertunjukan tahun ini akan berbeda dari sebelumnya. Sementara itu, enam negara telah mengonfirmasi keikutsertaannya.

Ditulis Oleh: Aldi Budiaris
Rabu, 13 Juli 2022

kaltimkece.id Sedikit demi sedikit kegiatan hiburan Kutai Kartanegara mulai bangkit kembali. Setelah memastikan car free day diadakan lagi, kini Pemerintah Kabupaten memberikan lampu hijau untuk Tenggarong Internasional Folk Art Festival atau TIFAF. Festival yang menampilkan kesenian lokal dan internasional ini dihelat pekan depan.

Sebagai informasi, TIFAF merupakan agenda tahunan Dinas Pariwisata Kukar. Akan tetapi, setelah pelaksanaan pada 2019, festival ini, termasuk car free day, disetop karena terjadi pandemi Covid-19 pada 2020. Pemkab tak ingin mengambil risiko besar dari kedua kegiatan tersebut. Kini, seiring melandainya kasus pandemi, TIFAF dan car free day diizinkan lagi diadakan di Tenggarong.

Kepada kaltimkece.id, Selasa, 12 Juli 2022, Kepala Dinas Pariwisata Kukar, Slamet Hadiraharjo, mengatakan, TIFAF dijadwalkan berlangsung selama lima hari berturut-turut, 20-24 Juli 2022. “Kami juga sudah mengundang beberapa provinsi dan 18 kecamatan di Kukar untuk mengisi festival ini,” bebernya.

_____________________________________________________PARIWARA

Ada perbedaan konsep penyelenggaraan TIFAF tahun ini dengan yang sebelumnya. Jika dulu TIFAF diselenggarakan sepenuhnya secara luring, tidak dengan sekarang. Kegiatan seni tari dan musik tradisionalnya, yang dibawakan peserta dari luar negeri, akan ditampilkan melalui virtual.

Meski demikian, Slamet optimistis, manfaat dari TIFAF tidak berkurang. Acara ini diyakini meningkatkan kegiatan ekonomi masyarakat, terutama usaha mikro, kecil, dan menengah (UMKM). Menurut catatan Dinas Pariwisata Kukar, perputaran uang dalam pagelaran TIFAF pada 2019 tembus Rp 5 miliar.

“Untuk melancarkan festival ini, kami bekerja sama dengan Komite Ekonomi Kreatif Kukar,” sebutnya.

Sementara itu, Kepala Bidang Pengembangan Ekonomi Kreatif, Dinas Pariwisata, David Haka, melaporkan, progres penyelenggaraan Tenggarong Internasional Folk Art Festival 2022 mencapai 90 persen. Enam negara disebut telah mengonfirmasi keikutsertaan festival tersebut. Keenamnya yaitu Lithuania, Turki, Korea Selatan, Venezuela, Uni Emirat Arab, dan Romania.

“Peserta dari enam negara akan mengirim video keseniannya masing-masing dengan durasi lima menit,” katanya.

Selain peserta dari luar negeri, sambung dia, peserta dari 11 provinsi di Indonesia, termasuk 10 kabupaten/kota di Kaltim, telah menyatakan kesediaan mengikuti TIFAF di Tenggarong. Sebagai tuan rumah, Kukar akan menerjunkan seniman dan kelompok kesenian dari 18 kecamatannya.

“Seniman-seniman Kukar diutamakan dan diwajibkan tampil dalam acara ini,” ucap David Haka. Ia menambahkan, TIFAF 2022 akan dibuka Menteri Pariwisata dan Ekonomi Kreatif, Sandiga Uno. “Semoga tidak ada kendala dalam penyelenggaraan,” ujarnya.

Pendapat Slamet Hadiraharjo soal TIFAF akan mendatangkan dampak positif diamini budayawan sekaligus Wakil Rektor III Universitas Kukar, Awang Rifani. Oleh karena itu, Awang mengimbau seluruh masyarakat Kukar untuk memanfaatkan baik-baik festival tersebut agar bisa memetik manfaatnya. Salah satu caranya dengan memperkenalkan dan atau menjual produk usaha lokal.

“Penginapan dan tempat wisata juga akan menerima imbasnya karena festival itu akan membawa perputaran ekonomi,” jelasnya.

_____________________________________________________INFOGRAFIK

Berdasarkan informasi yang diterima Awang, TIFAF tahun ini juga berbeda dari sisi pertunjukan. Di mana kesenian lokal akan lebih ditonjolkan ketimbang kesenian luar negeri. Ia memberikan apresiasi atas konsep tersebut. Menurutnya, ide tersebut sangat baik karena kesenian lokal saat ini mulai tergerus dan berkurang. Ia menduga, kemajuan teknologi menjadi penyebabnya. “Mau kesenian luar negeri atau nusantara, tidak masalah ditampilkan yang penting harus seimbang porsinya,” ujarnya.

Seniman sekaligus ketua komunitas seni budaya Seraong Kaltim, Misra Budiarto, menambahkan, TIFAF akan membuat seni dan budaya daerah dikenal di mata dunia. Mengingat, festival bertaraf internasional ini akan melibatkan komunitas dan seniman lokal. Yang lebih penting lagi, festival ini akan membuat seni daerah semakin lestari.

“TIFAF harus dimanfaatkan sebagai pengenalan daerah serta menjaga seni dan budaya lokal,” ucapnya. (*)

Editor: Surya Aditya

folder_openLabel
shareBagikan Artikel Ini


Artikel Terkait


Tinggalkan Komentar