Samarinda

Elegi di Pasar Pagi dan Rencana Membangunnya Kembali

person access_time 1 year ago
Elegi di Pasar Pagi dan Rencana Membangunnya Kembali

Pasar Pagi, pasar tertua di Samarinda. FOTO: WIKIPEDIA

Pasar Pagi adalah pasar tertua dan terbesar di Samarinda. Dua kali dilanda kebakaran besar, lebih 30 tahun tak direnovasi.

Ditulis Oleh: Hafidz Prasetiyo
Kamis, 09 Februari 2023

kaltimkece.id Langit yang masih gelap tiba-tiba berubah merah. Menjelang pagi di Samarinda, 64 tahun silam, kepulan asap membumbung. Orang-orang yang sedang panik berteriak sembari menyelamatkan barang. Api berkobar hebat di Pasar Pagi. 

Jumat selepas waktu santap sahur, 4 April 1958, kebakaran besar itu merembet hingga Citra Niaga. Samarinda waktu itu belum memiliki pemadam kebakaran. Warga harus menunggu bantuan pemadam dari perusahaan kayu di Sanga-Sanga dan Loa Kulu. Setelah tiga hari tiga malam, barulah api padam. 

“Saya lahir empat bulan setelah kebakaran besar tersebut. Cerita itu saya dengar dari almarhum ayah saya,” terang sastrawan sekaligus novelis dari Samarinda, Syafruddin Pernyata.  

Samarinda waktu itu hanya sebuah kampung besar. Kota Tepian belum berstatus kotamadya dan belum menjadi ibu kota provinsi. Walaupun demikian, kota ini sudah ramai. Samarinda merupakan bandar perdagangan di Sungai Mahakam selama beberapa abad, sejak zaman Kesultanan Kutai Kertanegara. 

Sebelum kebakaran besar tersebut, Pasar Pagi di Jalan Jenderal Sudirman menjadi titik bertemu para pedagang dan pembeli. Pasar tertua di Samarinda tersebut terbilang sederhana. Pedagang-pedagang belum tertata. Jalur keluar-masuk pasar pun ruwet dan sering becek. 

“Titik balik perkembangan Pasar Pagi adalah kebakaran besar tersebut,” jelas Syafruddin kepada kaltimkece.id, Selasa, 7 Februari 2023. Pemerintah membangun kembali walaupun konstruksi pasar masih sederhana. Bentuknya berupa petak-petak kecil yang terhubung lorong-lorong. 

Pasar Pagi terbakar lagi 10 tahun kemudian. Syafruddin sudah menginjak remaja ketika api melalap sebagian besar lapak pedagang. Pasar itu pun kembali dipugar Wali Kota Samarinda, Kadrie Oening.  

“Pada awal 1990-an, Pasar Pagi kembali direnovasi,” tutur Syafruddin. Kali ini, renovasi bukan karena kebakaran melainkan untuk pengembangan pasar. Wali Kota Samarinda saat itu adalah Waris Husain. Pemugaran itulah yang menjadi bentuk Pasar Pagi sekarang. 

Syafruddin Pernyata, sastrawan dan novelis dari Samarinda. Pernah menjadi kepala Dinas Pariwisata Kaltim. FOTO: HAFIDZ PRASETIYO-KALTIMKECE.ID 
 

Pasar Pagi adalah pasar serba-ada. Perhiasan, konveksi, sayur-mayur, ikan, sampai peralatan nelayan lengkap di sana. Ada pula berbagai minyak dari minyak goreng, minyak harum, minyak rambut, sampai minyak pelet. Dijual pula barang-barang unik seperti “uas bambu sampuk, berikut aneka senjata tajam tradisional.  

Menu kuliner di Pasar Pagi juga istimewa. Aneka masakan khas Banjar dan Kutai lengkap tersaji. Contohnya, ikan bakar sambal mangga dan sayur santan labu merah.

“Di Pasar Pagi, semua ada. Bahkan barang yang tidak ada di mal bisa dijual di sana,” jelas Syafruddin.  

Pasar Pagi merupakan pasar tipe A atau yang terbesar menurut klasifikasi Peraturan Menteri Perdagangan RI 37/2017. Pasar kelas A adalah pasar rakyat dengan jumlah pedagang paling sedikit 400 orang, dan/atau luas lahan paling sedikit 5.000 meter persegi. Jumlah pedagang di Pasar Pagi, menurut Dinas Pasar Samarinda pada 2016 adalah 1.703 orang. Luas keseluruhannya adalah 10.070 meter persegi atau 1 hektare. Panjangnya sekitar 150 meter dan lebarnya 80 meter. 

Menurut penelitian Fivin Shofiatin dari Universitas Brawijaya, Malang, pada 2017, kios yang terbanyak di Pasar Pagi adalah yang menjual kain dan pakaian. Jumlahnya 1.056 unit atau mencapai 52 persen dari seluruh kios. Diikuti penjual sembako sebanyak 227 unit (11 persen) dan kios tas 121 unit (hlm 81)

Desain Grafik: M NAUVAL-KALTIMKECE.ID
 

Kawasan Pasar Pagi juga padat dengan lalu lintas. Masih menurut Fivin Shofiatin, sebanyak 4.170 kendaraan keluar-masuk dari pukul 10.00 sampai 18.00. Dengan demikian, sekitar 400 kendaraan keluar-masuk setiap jam di wilayah Pasar Pagi. Paling banyak adalah sepeda motor (hlm 86)

Melegendanya Pasar Pagi bagi penduduk Samarinda dibenarkan oleh pedagang. Helmi Hidayat adalah penjual pakaian di Pasar Pagi generasi kedua. Ia melanjutkan usaha ayahnya di situ. Menurutnya, banyak pedagang di Pasar Pagi yang berjualan turun-temurun. 

“Ada yang lebih tua dan sudah empat generasi di sini,” tuturnya. 

Sejumlah pedagang ‘alumni’ Pasar Pagi bahkan sudah membuka toko. Ada yang memiliki toko kain, karpet, maupun emas. Helmi mengatakan, tidak berlebihan jika Pasar Pagi disebut sebagai pasar yang melegenda. 

“Pembelinya saja banyak yang dari jauh seperti Bengalon, Sangkulirang, Kota Bangun, dan Muara Muntai,” ungkapnya.  

Pemkot Berencana Renovasi 

Tiga dekade setelah terakhir dipugar, Pemkot Samarinda kini mewacanakan renovasi total Pasar Pagi. Pemkot bahkan menyiapkan dana Rp 280 miliar. Pekerjaan itu dimulai pada 2024 dan selesai dalam 11 bulan. “Kami usulkan anggarannya tahun depan dengan melihat kemampuan belanja daerah,” terang Marnabas Pattiroy, Kepala Dinas Perdagangan Samarinda.  

Pintu masuk Pasar Pagi di Jalan Jenderal Sudirman, Samarinda. FOTO: HAFIDZ PRASETIYO-KALTIMKECE.ID
 

Lokasi perniagaan tersebut rencananya dibangun ulang. Menurut desain, Pasar Pagi terdiri dari empat lantai. Ada pula ruang bawah tanah untuk parkir. Luasnya 1 hektare atau seukuran dengan bangunan pasar.  Lantai pertama difungsikan sebagai pasar basah. Lantai dua dan tiga menjadi lapak tekstil dan perhiasan. Lantai paling atas adalah pusat jajanan. 

“Lantai empat ini akan dibuat area terbuka,” katanya.  

Menurut Syafruddin Pernyata, rencana pemugaran pasar sudah tepat. Cukup lama tidak ada perubahan di Pasar Pagi. Struktur bangunan juga terhitung tua. Jika rencana itu terwujud, renovasi Pasar Pagi ini adalah yang keempat kalinya. 

Mantan Kepala Dinas Pariwisata Kaltim ini sedikit memberi usulan. Pasar Pagi bisa dijadikan objek wisata belanja dari renovasi nanti. Letaknya di pusat kota. Beragam produk yang dijual jadi nilai kelayakan. “Tinggal ditata dan dilengkapi seperti parkir, merapikan, dan memberi sentuhan interior dan eksterior,” urainya.  

Dilihat dari tepi sungai, Pasar Pagi berhadapan dengan dermaga. Menurut Syafruddin, pemkot bisa membangun konektivitas dengan kapal wisata sungai yang kini beroperasi. Wisatawan yang menunggu kapal berlayar pun bisa jalan-jalan di Pasar Pagi. 

Aneka kios di Pasar Pagi, pasar tertua di Samarinda. FOTO: HAFIDZ PRASETIYO-KALTIMKECE.ID
 

“Destinasi wisata itu secara sederhana memerlukan syarat akses, amenitas, dan atraksi. Pasar Pagi punya itu semua,” tuturnya. Tinggal diatur urusan promosi. Pada era sekarang, promosi tidak terlalu mahal. Berbagai saluran dan media sosial tersedia. 

“Pasar legendaris ini penuh kenangan. Jangan sampai punah oleh sebab apa pun,” pesannya.

Mengenai rencana renovasi Pasar Pagi, Helmi selaku pedagang mengaku belum mendapat kabar dari UPTD Pasar Pagi. Kalaupun wacana itu terwujud, ia berharap pedagang bisa mendapat lokasi yang strategis. Saat pasar bisa difungsikan kembali, pedagang sekarang tidak kehilangan lapaknya. 

“Bagus saja kalau ada renovasi. Selama ini hanya renovasi-renovasi kecil,” tutupnya. (*) 

Senarai Kepustakaan

Shofiatin, Fivi. 2017. Pengaruh Tarikan Perdagangan dan Jasa di Jalan Jenderal Sudirman, Jalan Niaga Selatan, dan Jalan Gajah Mada Kota Samarinda. Skripsi. Universitas Brawijaya.

shareBagikan Artikel Ini


Artikel Terkait


Tinggalkan Komentar