Olahraga

Jawaban Borneo FC Atas Dugaan Pengaturan Skor

person access_time 5 years ago
Jawaban Borneo FC Atas Dugaan Pengaturan Skor

Foto: PT Liga Indonesia Baru

Dugaan pengaturan skor sampai ke Samarinda. Praktik mafia bola meneror sportivitas lapangan hijau.

Ditulis Oleh: Bobby Lolowang
Kamis, 21 Februari 2019

kaltimkece.id Nama Borneo FC terseret dugaan praktik pengaturan skor sepak bola Indonesia. Borneo merupakan kontestan Liga 1 asal Samarinda. Musim lalu, tim berjuluk Pesut Etam tersebut finis peringkat tujuh. Menjadi satu-satunya wakil Kaltim tersisa di kasta tertinggi sepak bola negeri ini.

Wajah sepak bola Indonesia memang sedang tercoreng. Praktik pengaturan skor dibongkar habis-habisan. Satgas Antimafia Bola dibentuk. Pelaksana Tugas Ketua Umum PSSI Joko Driyono ikut terseret sebagai tersangka. Beberapa yang diamankan mulai membuat pengakuan.

Satu yang bikin heboh adalah pernyataan Mr X dalam tayangan Mata Najwa, Rabu malam 20 Februari 2019. Kepada pembawa acara Najwa Shihab, Mr X yang merupakan perangkat pertandingan, mengungkapkan sejumlah laga yang terindikasi pengaturan skor. Nama Borneo dua kali disebut. Yakni ketika melawan Arema FC dan PSM Makassar. Keduanya musim lalu.

“Diharuskan supaya Borneo menang (lawan PSM). Exco yang telepon. Inisialnya YN,” sebut Mr X dalam wawancaranya itu.

Executive Committee atau Exco PSSI berinisial YN, disebut menghubungi Komite Wasit. Dari sambungan telepon, YN meminta Borneo dimenangkan. Uang senilai Rp 70 juta dijanjikan sebagai imbalan. Diberikan kepada perangkat pertandingan.

Terdapat 12 Exco PSSI dalam struktur PSSI 2016-2020. Inisial YN yang disebut Mr X, mengarah ke satu nama: Yunus Nusi. Nama ini sudah familier di Kaltim. Juga masih Ketua Asprov PSSI Kaltim. Kepada kaltimkece.id, Yunus Nusi angkat bicara soal tudingan itu.

"Saya saja bingung. Semua orang disebut-sebut. Dia Mr X lagi. Enggak ada saya urusan-urusan yang dimaksud," sebut Yunus yang ketika dihubungi sedang berada di Jakarta.

Mantan Ketua Komite Nasional Pemuda Indonesia atau KNPI Kaltim itu membantah tudingan. Klaim yang mengemuka di televisi tak berdasar. Nyatanya, PSM menang atas Borneo, tak seperti yang disangkakan.

Yunus tak membantah juga tak membenarkan jalannya praktik pengaturan skor di sepak bola Indonesia. Menurutnya, segala yang terjadi di lapangan murni upaya masing-masing tim untuk menang. PSSI mengawal dengan menurunkan inspektur wasit di tiap laga. Pengawasan berlapis. Bahkan melibatkan Exco dan Komite Wasit yang memantau lewat rekaman maupun tayangan langsung di televisi.

"Satgas kami support dan apresiasi. Supaya yang katanya ada bandar-bandar judi di sepak bola ini pada kapok. Wasit juga jadi jera. Saya yakin kompetisi musim depan sangat menarik karena enggak ada lagi yang main-main dengan pertandingan," urainya.

Tak Sesuai Hasil Akhir

Dugaan pengaturan skor lain di pertandingan Borneo adalah laga kontra Arema. Praktik ini didalangi Exco berinisial IB. Arema diminta menang dengan imbalan Rp 20 juta untuk perangkat pertandingan.

Borneo masing-masing dua kali bertemu Arema dan PSM di Liga 1 musim lalu. Namun, hasil akhir pertemuan itu tak sesuai klaim Mr X di Mata Najwa. Menghadapi Arema, Pesut Etam mampu menahan imbang 2-2 di Stadion Kanjuruhan, Malang, 11 Agustus 2018. Sedangkan pada putaran pertama, Borneo mengalahkan Singo Edan—julukan Arema, 2-1 di Stadion Segiri, Samarinda, 9 April 2018.

Klaim Mr X kembali tak sesuai jika melihat pertemuan dengan PSM Makassar. Dalam dua game musim lalu, PSM menang back to back atas Pesut Etam. Unggul 1-0 di kandang sendiri pada putaran pertama, dan menang 1-2 di Segiri pada 19 Oktober 2018.

Tak Bisa Dibeli

Chief Marketing Officer Borneo FC Novi Umar tak ambil pusing dengan tudingan-tudingan yang mengemuka. Yang jelas, ia menolak timnya disebut terlibat pengaturan skor.

Bisnis judi bola memang sudah rahasia umum. Namun, praktik pengaturan oleh mafia bola, adalah urusan luar lapangan. Tim tak tahu-menahu dan hanya fokus bertanding.

“Kita enggak pernah tahu seandainya ada mafia bola yang mengatur. Kalau kemudian nama kami disebut, itu atas dasar apa?” sebut Novi Umar kepada kaltimkece.id.

Menurutnya, tudingan pengaturan laga kontra PSM musim lalu, bukanlah hal yang bisa diterima. Nyatanya, Borneo kalah setiap bertemu tim asal Makassar itu di Liga 1 musim lalu. “Kalau kami benar mengatur pertandingan, otomatis kami menang,” tambahnya.

Tudigan laga setting memang bukan kali ini saja disangkakan kepada Pesut Etam. Salah satu yang mengemuka musim lalu adalah partai penutup kontra PS TIRA. Borneo secara mengejutkan kalah 1-3 pada partai terakhir liga musim lalu. Padahal, Lerby Eliandry dkk tampil di kandang sendiri. Catatan kandang Pesut Etam juga bagus dengan hanya tiga kekalahan dari 16 laga. Kemenangan PS TIRA di Segiri, membuat Borneo turun dari peringkat lima dan finis ketujuh. Sedangkan PS TIRA yang kini merger dengan Persikabo Bogor, lolos dari jurang degradasi.

Baca juga:
 

“Kami dianggap sengaja mengalah. Itu kan aneh. Akhirnya kami turun ke peringkat tujuh, padahal kalau menang masih bisa di lima besar sesuai target. Lalu ada indikasi sudah terima duit. Duit dari mana? Sedangkan PS TIRA masih bermasalah dengan finansial,” ungkapnya.

Menurut Novi, Borneo bukanlah tim berorientasi kepada uang. Bahkan, Pesut Etam diklaim melewatkan peluang mengantongi Rp 2 miliar musim lalu demi menjaga gengsi tim ibu kota Kaltim. “Ketika kami tak mendapat rekomendasi bermain di Segiri karena penerangan lampu enggak cukup, kami bisa saja melawan Persib di Bandung sebagai tuan rumah. Kami bisa dapat sampai Rp 2 miliar kalau main di sana,” sebutnya.

Hitung-hitungan Rp 2 miliar diambil dari tiket penonton. Bertindak sebagai tuan rumah, praktis hak atas uang tiket jadi milik Borneo. Dan Persib dikenal dengan fanatisme suporternya yang masif. Persib bisa mengantongi hingga Rp 3 miliar setiap menggelar laga home. Dari kacamata bisnis, potensi ini jadi keuntungan bagi Borneo. Hitung-hitungan tersebut kemudian ditawarkan kepada presiden klub Nabil Husein Said Amin.

“Tapi dia marah besar. Ini masalah harga diri. Uang bisa dicari. Tapi harga diri? Nah, yang begini saja dia enggak mau. Apalagi mengalah untuk mengatur skor. Borneo tak bisa dibeli.”

Meski nama timnya terseret, Novi mengapresiasi upaya bersih-bersih yang saat ini bergulir. Borneo menyerahkan sepenuhnya kepada Satgas Antimafia Bola. Namun, publik diminta tak melihat segala sesuatunya hanya dari rumor.

“Kami sangat menghormati dan tetap mendukung Satgas Antimafia Bola. Kami hormati apapun itu karena pengin sepak bola Indonesia lebih baik. Insha Allah Borneo tak ada pengaturan skor. Kalaupun ada, itu hanya oleh Pak Budi. Karena kalau gol dia yang ubah papan skornya,” tutup Novi. (*)

 

Dilengkapi oleh: Giarti Ibnu Lestari

folder_openLabel
shareBagikan Artikel Ini


Artikel Terkait


Tinggalkan Komentar