Olahraga

Medali Emas Iqbal, Harus Pindah Kampus sampai Bertarung Melawan Istri

person access_time 5 years ago
Medali Emas Iqbal, Harus Pindah Kampus sampai Bertarung Melawan Istri

Foto: Arditya Abdul Azis (kaltimkece.id)

Tiba di rumah
Sambutan meriah
Beragam hadiah

Ditulis Oleh: Fachrizal Muliawan
Rabu, 05 September 2018

kaltimkece.id Sirine kendaraan polisi meraung-raung di udara ketika kirab puluhan mobil keluar dari Sekolah Khusus Olahraga Internasional di kompleks Stadion Utama Kaltim, Palaran, Samarinda. Dari sekolah milik Pemprov Kaltim itu, Iqbal Chandra Pratama, 22 tahun, selaku alumnus diarak mengelilingi kota. 

Pesilat yang merengkuh medali emas Asian Games 2018 itu baru saja pulang pada Selasa, 4 September 2018. Parade panjang mengantar Iqbal ke kediamannya di Gang Sederhana, Jalan Revolusi, Kelurahan Lok Bahu, Kecamatan Sungai Kunjang. Di sepanjang jalan itu, ribuan warga telah berbaris di tepi-tepi jalan. Mereka memegang telepon genggam masing-masing dengan mode kamera siap siaga. 

Ratusan murid SD setempat tak ketinggalan. Anak-anak dengan gembira mengibarkan merah putih bagi pemuda 22 tahun yang telah mengharumkan nama bangsa. Iqbal pun tiba. Pekik selamat dan tepuk tangan seperti tak terputus sedari ujung jalan hingga depan rumah. Iring-iringan kendaraan bak parade seorang panglima yang baru pulang setelah memenangi peperangan besar.  

Sambutan luar biasa itu dibalas Iqbal dengan melambaikan tangannya tinggi-tinggi. Ia terus mengucapkan terima kasih. Setibanya di depan rumah, Iqbal segera disambut para pesilat Tapak Suci dan jajaran Pengurus Provinsi Ikatan Pencak Silat Indonesia Kaltim. Wali Kota Samarinda Syaharie Jaang bersama istri, Puji Setyowati, juga telah menanti. Keduanya memberi kalungan bunga kepada Iqbal. Setelah itu, giliran kedua orang tua, Marjuki dan Mairina Nawi, yang menyambut kepulangan putra sulung mereka. 

“Kami bangga kepadamu, Nak,” tutur sang ibu terseguk-seguk seraya mencium pipi Iqbal. Air mata perempuan itu mengalir. Keharuan segera menyeruak di mana-mana. 

Perjuangan Panjang

Iqbal masih berusia 10 tahun pada 1998 ketika matanya tak bisa lepas dari sekumpulan anak yang berlatih pencak silat. Bocah kurus dengan potongan rambut seperti duri landak itu baru pertama kali mengikuti latihan di Perguruan Tapak Suci. Aneka jurus dan gerakan lincah anggota perguruan membuatnya tertarik mempelajari silat. Iqbal lantas berlatih di sana.

“Soalnya, semua teman seusia saya juga berlatih silat,” kata Iqbal kepada kaltimkece.id, sejenak setelah dia tiba di rumah. Iqbal yang masih duduk di kelas V SD 002 Bontang kemudian segera mendalami cabang olahraga tersebut. Kedua orangtuanya yang juga atlet silat tentu saja mendukung. 

Iqbal memang lahir di keluarga pendekar. Kakek, nenek, ayah, dan ibunya, adalah atlet pencak silat. Demikian halnya adik perempuan Iqbal, Dinda Nurahda, juga seorang pesilat. Tidak mengherankan bila Iqbal kemudian menikahi seorang pesilat bernama Sarah Tria Monita dari Jawa Timur. Iqbal dan Sarah bahkan berhasil mengawinkan medali emas Asian Games 2018. 

Bakat silat dalam diri Iqbal sudah terlihat sejak kecil. Maka ia pun mengasah kemampuannya dengan masuk di SKOI Kaltim sejak SMP maupun SMA. Dari Bontang, Iqbal dan keluarga pindah ke Samarinda. Sepanjang berlatih sebagai pesilat profesional, Iqbal pernah beberapa kali cedera. Luka terparah adalah patah kaki ketika ia bertanding dalam kejuaraan nasional perguruan di Solo, Jawa Tengah, pada 2015. Pada babak kedua, kenang Iqbal, tendangan lawan ke kaki membuatnya tumbang. 

“Waktu itu, saya putuskan tetap meneruskan pertandingan,” kata Iqbal. Namun, pilihan itu membuat cederanya makin parah. Iqbal harus beristirahat beberapa bulan.

Setelah pulih, Iqbal yang saat itu sudah duduk di bangku SMA terpilih masuk pelatihan nasional, pelatnas, di Jakarta. Iqbal tak menemui masalah berarti karena dia masih tercatat sebagai siswa SKOI, sekolah yang memang dikhususkan bagi pembinaan atlet di Kaltim. Kendala baru datang ketika ia beranjak ke bangku kuliah. Lelaki yang justru tak suka berkelahi ini awalnya belajar di sebuah perguruan tinggi negeri di Samarinda. Di kampus tersebut, Iqbal kesulitan mendapat izin berlatih di pelatnas maupun mengikuti kejuaraan. Dengan terpaksa, Iqbal pindah tempat kuliah. Dia resmi menjadi mahasiswa Universitas Muhammadiyah Kalimantan Timur sejak 2017. Kampus yang berdiri di Jalan Ir H Juanda, Samarinda, itu, memberinya dispensasi.

Berlatih dan menjajaki pertandingan selama 12 tahun, sejak SD hingga kuliah, Iqbal menuai beragam prestasi. Kali pertama adalah raihan medali emas di ajang Olimpiade Olahraga Siswa Nasional Kaltim pada 2007. Setelah itu, kejuaraan demi kejuaraan dari level lokal, nasional, hingga internasional, dimenangkan Iqbal. Pada tahun ke-12 menekuni pencak silat, Iqbal meraih medali emas Asian Games dari nomor tarung putra, 60-65 kilogram.  

Baca juga:
 

Kepulangan Iqbal setelah mengharumkan nama negara membuat ayahnya, Marjuki, begitu bangga. Masih meneteskan air mata bahagia, Marjuki menuturkan bahwa ia tak pernah mengarahkan Iqbal menjadi pesilat. “Mungkin karena setiap hari dia dengar silat, silat, dan silat, akhirnya tertarik,” jelasnya. 

Kehidupan Rumah Tangga

Iqbal dan Sarah adalah pasangan yang luar biasa setelah sama-sama menyumbangkan medali emas bagi Indonesia. Sebagai pengantin baru yang berprofesi sama, Iqbal dan Sarah melewati hari-hari bahagia dengan berlatih silat. 

Kepada kaltimkece.id, Iqbal mengakui bahwa istrinya sering menjadi partner berlatih. Kebiasaan bertarung bersama itu sebenarnya telah berjalan sejak keduanya masih pacaran. Ketika disinggung apakah pasangan itu pernah cekcok sampai mengeluarkan jurus silat, Iqbal tertawa terbahak-bahak. “Tentu tidak. Kalau berbeda pendapat, ya, seperti pasangan yang lain. Masak sampai tonjok-tonjokan,” ucapnya. 

Baca juga:
 

Menjalani pernikahan dengan pasangan yang sama-sama atlet, Iqbal menyadari bahwa dia harus membatasi pembahasan pencak silat dalam rumah tangga. Obrolan bela diri hanya dibuka pada waktu bertanding atau berlatih. Meskipun, akunya, dia dan istri beberapa kali kecolongan membicarakan latihan ketika waktu senggang di rumah. 

Kini, selepas meraih medali emas, Iqbal dan Sarah tengah menyusun rencana refreshing. Dua pekan waktu beristirahat dimaksimalkan dengan tidak membicarakan pencak silat sama sekali. “Pokoknya, mau quality time dengan keluarga, termasuk bulan madu yang tertunda,” ujarnya. Setelah dua pekan itu, Iqbal dan istri harus kembali ke pelatnas untuk persiapan SEA Games 2019 di Filipina. 

Banyak Rezeki

Iqbal dan Sarah masing-masing menerima Rp 1,5 miliar sebagai bonus meraih medali emas dari pemerintah pusat. Pemerintah Kota Samarinda tidak ketinggalan. Wali Kota Syaharie Jaang yang menyambut Iqbal memastikan menyediakan rumah untuknya. Demikian pula status pegawai negeri, Iqbal akan menjadi PNS Pemkot Samarinda. 

"Kalau soal liburan, Iqbal dan istri mau pergi ke mana, nanti diatur Dinas Pariwisata," kata Jaang.

Pemkot dan warga Samarinda juga akan memberi penghargaan tinggi kepada Iqbal. Pada Jumat, 7 September 2018, penyambutan diadakan besar-besaran. Sepuluh ribu warga Samarinda bersama seribu pesilat, kata Jaang, akan jalan santai bersama Iqbal. Welcome home, Iqbal. (*)

Dilengkapi oleh: Arditya Abdul Azis
Editor: Fel GM

 

folder_openLabel
shareBagikan Artikel Ini


Artikel Terkait


Tinggalkan Komentar