Olahraga

Season Review-2: Bukan Lagi Jago Kandang

person access_time 5 years ago
Season Review-2: Bukan Lagi Jago Kandang

Foto: Borneo FC

Borneo FC finis satu strip lebih baik dari pencapaian musim lalu. Tapi untuk beberapa hal malah mencatatkan kemunduran.

Ditulis Oleh: Bobby Lolowang
Kamis, 27 Desember 2018

kaltimkece.id Sempat meyakinkan pada paruh musim, Borneo FC malah kedodoran di dua laga terakhir kompetisi. Mimpi finis zona Asia berakhir. Sepasang kekalahan melempar kontestan Liga 1 asal Samarinda itu dari lima besar.

Tim berjuluk Pesut Etam tersebut sebenarnya memulai 2018 dengan minor. Hasil negatif sudah muncul sejak pramusim. Lima partai uji coba berakhir mengecewakan. Padahal, kelima lawan tersebut datang dari kasta lain.

Borneo hanya mampu menang atas FC UNY—tim sepak bola Universitas Negeri Yogyakarta dan Kalteng Putra, kontestan Liga 2. Tiga lainnya adalah Persika Karawang, PDRM FA, dan Pakindo MP. Namun, tim kasta tertinggi asal Samarinda tersebut gagal tampil lebih baik.

Kesiapan tim kian meragukan atas hasil di Piala Gubernur Kaltim 2018. Tampil sebagai juara bertahan, sebagai tuan rumah pula, finis ketiga pun tak mampu diraih pasukan yang saat itu diarsiteki Iwan Setiawan.

Alhasil, tekanan membesar ketika Liga 1 kick-off. Bermain di Stadion Segiri kontra Sriwijaya FC, Pesut Etam ditahan imbang tanpa gol. Di atas kertas, hasil tersebut sejatinya logis untuk diterima. Tim tamu datang dengan kekuatan penuh. Dan saat itu, Sriwijaya FC adalah tim bertabur bintang. Berisikan Hamka Hamzah, Makan Konate, dan sederet nama besar lain. Namun, supporter punya pandangan lain.

Hasil awal musim terakumulasi rentetan tren minor sejak fase pramusim. Pada akhir laga 25 Maret 2018 itupun, Iwan Setiawan sampai cekcok dengan kelompok suporter. Sang pelatih dicemooh dari tribune Segiri. Tuntutan mundur dikumandangkan. Sang pelatih bereaksi dengan memberi gesture menyerang. Insiden itu memicu manajemen tim mengambil sikap. Iwan Setiawan dipecat setelah hanya memimpin satu pertandingan di Liga 1 2018.

Tanpa basa-basi, Borneo langsung mendapat pelatih baru. Dejan Antonic diperkenalkan tim pada Rabu 28 Maret 2018. Dejan merupakan pelatih asal Serbia yang telah menangani sejumlah klub Tanah Air. Persib Bandung, Arema Indonesia, Pro Duta, dan Pelita Bandung Raya adalah tim-tim Indonesia yang pernah ditanganinya sebelum melanjutkan karier kepelatihan di Hong Kong.

Menangani tim yang bukan dipersiapkan olehnya, Dejan langsung impresif. Dua laga pertamanya untuk Borneo, disapu bersih dengan kemenangan. Debut saat Derby Mahakam kontra Mitra Kukar di Aji Imbut pada 2 April 2018, diselesaikan dengan kemenangan 1-0. Menyusul tiga poin dari Arema yang dikalahkan 2-1 di Segiri, sepekan kemudian.

Namun, awal indah hanya sesaat. Enam laga setelahnya, tak satupun mencatatkan happy ending. Bahkan empat di antaranya kalah. Pekan delapan dan sembilan menempatkan Pesut Etam di posisi 16, strip pertama dari tiga baris merah di Liga 1.

Borneo mulai bangkit ketika menang atas Bali United di Segiri pada 23 Mei 2018. Sayang kebangkitan masih terusik inkonsistensi. Siklusnya naik-turun. Keluar-masuk 10 besar hingga pekan ke-16. Baru setelahnya pasukan Dejan tak lagi terlempar dari top 10.

Mulai matchday 25, Borneo konsisten di tempat ketujuh. Tiga pekan bertahan di posisi itu. Tiga kemenangan beruntun diraih pada periode 22 September sampai 13 Oktober 2018. Dua kemenangan di Jawa Timur diraih atas Madura United dan Persebaya Surabaya, dua dari empat kemenangan tandang Pesut Etam musim ini.

Tren positif Borneo ditandai perubahan taktikal pelatih Dejan Antonic. Arsitek asal Serbia tersebut menerapkan skema 4-4-2 ketika mencuri tiga poin di Gelora Bung Tomo, Surabaya, pada 13 Oktober 2018.

Meski tetap mengandalkan skema andalan 4-2-3-1, formasi klasik itu tak jarang diterapkan ketika mendapat lawan kuat. Termasuk saat menahan imbang Bali United di Stadion Kapten I Wayan Dipta, 25 Oktober 2018.

Sejak itu, keberadaan Borneo jadi ancaman tim papan atas Liga 1. Pesut Etam bahkan menempel ketat tiga besar saat empat pekan beruntun bertengger di posisi lima. Sayang, dua laga terakhir ditutup dengan kekalahan. Setelah kalah 1-0 dari Barito Putera di Stadion 17 Mei Banjarmasin, Borneo mengakhiri musim dengan kekalahan 3-1 dari PS Tira yang nyaris terdegradasi. Kekalahan tak disangka-sangka itu terjadi di kandang sendiri yang punya julukan Theatre of Hell.

Musim yang bisa ditutup dengan indah pun, berakhir dengan predikat medioker. Borneo terpaksa kembali ke posisi tujuh, tertinggal lima poin dari zona tiga besar.

Finis ketujuh membuat Borneo hanya satu trip lebih baik dari pencapaian musim lalu. Musim 2017, Pesut Etam finisposisi delapan. Namun bila melihat lebih rinci, hasil musim ini tak sepenuhnya meningkat.

Baca juga:
 
Musim lalu, tim asal Samarinda tersebut salah satu pemilik catatan kandang terbaik. Pesut Etam meraih 13 kemenangan kandang, terbaik setelah PSM Makassar dan Bali United yang masing-masing 15 kemenangan kandang. Borneo juga hanya dua kali takluk di Segiri. Hanya tiga kontestan Liga 1 musim itu tak kalah lebih dua kali di kandang.

Musim ini, superioritas itu melempem. Dari 17 laga kandang, Borneo hanya menang 10 kali. Selebihnya, tiga seri dan empat kalah. Empat kekalahan tersebut, dua di antaranya didapat ketika menjamu Persija Jakarta dan Persib Bandung di luar Samarinda. Segiri yang penerangannya divonis belum memenuhi standar operator Liga 1, memaksa Borneo menumpang Stadion Batakan Balikpapan dan Aji Imbut Tenggarong Seberang pada rentang waktu Agustus sampai September.

Namun, torehan minor paling mencolok adalah rapuhnya lini belakang. Pesut Etam mencetak masing-masing 50 gol dalam dua musim terahir. Namun catatan kebobolan tim menunjukkan tren memburuk. Dijebol lawan 39 kali, musim ini kiper Borneo harus memungut bola 49 kali dari gawang sendiri. Catatan yang 10 gol lebih buruk dibanding tahun lalu.

Dejan mengandalkan skema empat bek dalam komposisi timnya musim ini. Mereka yang rutin mengisi pos tersebut adalah Leo Tupamahu, Diego Michiels, dan Abdul Rahman. Ketiganya tampil dalam lebih 23 kesempatan. Mulai September, giliran Wildansyah rutin mengisi starting line up. Tampil 17 kali, seluruhnya dilakukan sebagai starter.

Di bawah mistar gawang, Nadeo Argawinata bergantian dengan Muhammad Ridho mengisi pos tersebut. Rutinnya kipper 21 tahun itu tampil musim ini tak lepas dari status Ridho yang masuk skuad Timnas Indonesia. Nadeo, di sisi lain, sukses tampil impresif dan mencuri perhatian. Tak heran Ridho sampai tujuh kali dibuatnya menjadi penghangat bangku cadangan.

Borneo mengakhiri musim sebagai tim terbaik di Kalimantan. Musim depan, Pesut Etam jadi satu-satunya wakil Kaltim tersisa setelah degradasinya Mitra Kukar. Langkah dini diambil dengan memagari pemain penting dari skuad musim lalu.

Top skor tim Matias Conti resmi memperpanjang kontrak. Ia mencetak 11 gol dari 16 penampilan untuk Borneo musim ini. Winger Madura United, Bayu Gatra, santer digosipkan merapat ke Segiri. Lepasnya target tiga besar musim ini bisa menjadi cambukan bagi Pesut Etam menatap 2019. (habis)

folder_openLabel
shareBagikan Artikel Ini


Artikel Terkait


Tinggalkan Komentar