Peristiwa

Terindikasi Kolam Tambang, Aulia Bisa Korban ke-32

person access_time 5 years ago
Terindikasi Kolam Tambang, Aulia Bisa Korban ke-32

Foto: Arditya Abdul Azis (kaltimkece.id)

Satu nyawa lagi kehabisan napas di hamparan air yang hijau. Tapi bukan berarti alam yang salah.

Ditulis Oleh: Arditya Abdul Azis
Rabu, 21 November 2018

kaltimkece.id Bunyi alarm dan ayam berkokok membangunkan Nurul Huda Aulia pada Selasa pagi, 20 November 2018. Matahari belum lama muncul. Waktu menunjukkan pukul 06.00 Wita. Saat itu libur peringatan Maulid Nabi pada Selasa, 20 November 2018.

Bocah perempuan tersebut segera beranjak dari tempat tidur. Meski sekolah libur, ia tetap bersiap pagi-pagi. Ada janji bertemu teman-teman. Bersama kelima sebaya, ia berencana joging di kawasan perbukitan. Lokasinya tak jauh dari tempat tinggal di Jalan Harun Nafsi, Loa Janan Ilir, Samarinda Seberang.

Ketika Aulia siap menemui teman-temannya, dengan terusan merah putih yang dikenakan, Jumaidi menegur sang putri sulung. "Mau ke mana kamu, Nak?"

Sahutan tak berbalas. Jumadi hanya menatap anaknya berjalan keluar rumah. Merasa biasa, pria 26 tahun itu menyelesaikan sarapan paginya. Sekilas terlintas, anak perempuannya hanya bermain di sekitar rumah. Selang beberapa menit, Jumaidi meninggalkan rumah. Ia melanjutkan kegiatan bertani di kebun miliknya.

"Itu komunikasi saya terakhir dengan Aulia. Tak ada jawaban saat saya bertanya dia mau ke mana," kata Jumaidi.

Di tempat lain, Rahmadini, Gina, Soni, Dede, dan Farel sudah berkumpul menunggu Aulia. Anak 10 tahun itu menjadi yang terakhir tiba di lokasi temu. Begitu semua terkumpul, Rahmadini mengajak kelima temannya, termasuk Aulia, memulai perjalanan menuju bukit yang jaraknya masih 8 kilometer.

Perkebunan dan sawah warga menjadi teman selama perjalanan di sekeliling. Sesekali momen kebersamaan diabadikan dengan kamera gawai. Hingga sampai di bukit, tempat yang mereka tuju, terdapat danau yang kasat mata tampak indah. Airnya hijau. Bagus untuk foto-foto. "Kami sampai di sana cuma foto-foto," kata Rahmadini yang masih 13 tahun.

Puas berfoto, Aulia mencuci kaki di pinggir danau. Rahmadini dan Gina melakukan hal sama. Namun, saat hendak bangkit, Aulia terpeleset. Kedua tangannya sontak memegang Rahmadini yang saat itu bersampingan Gina. Aulia tercebur ke danau, Rahmadini dan Gina yang saling berpegangan ikut tertarik. "Aulia terpeleset dan memegang badan saya. Badan saya tertarik, saya pegang tangannya Gina. Kami bertiga tercebur ke danau," jelas Rahmadini.

Dede yang melihat ketiga temannya di dalam air, langsung berlari ke pinggir danau. Disodorkan tangannya menolong Rahmadini dan Gina. Namun, Aulia tak berhasil dijangkau. Ia terus meronta-ronta. "Kami berusaha memegang tangan Aulia, tapi karena terus meronta, kami enggak bisa pegang dia. Malah dada saya sempat kena tendang," jelas Rahmadini.

Begitu tangan Gina dan Rahmadini dalam genggaman, Dede menarik keduanya ke pinggir danau. Gina dan Rahmadini berhasil terangkat. Aulia tak lagi terlihat. Ia tenggelam saat itu juga. "Teman-teman sempat terjun ke danau menyelamatkan Aulia, cuma enggak berhasil. Kami minta tolong ke orang di kebun," kata Rahmadini.

Warga sekitar yang dimintai tolong kemudian ikut mencari. Dua jam berselang, Aulia tak kunjung ketemu. Kabar itu lalu sampai telinga Jumaidi yang masih bertani. "Sudah dua jam anak saya tenggelam baru saya diberitahu. Saya langsung ke lokasi, cuma dilarang ikut cebur danau, takut saya kenapa-kenapa," ucap sang ayah.

Jumaidi tak dapat berbuat apa-apa di pinggir danau. Ia pasrah. Hingga Aulia ditemukan sudah tak bernyawa setelah tiga jam pencarian. Dengan perasaan hancur Jumaidi membawa jenazah putri kesayangannya ke rumah. "Tiga jam pencarian baru anak saya ketemu. Di posisi yang sama tempat dia pertama tenggelam, dengan kedalaman 5 meter. Saya enggak bisa bicara banyak, langsung saya bawa pulang," ungkap Jumaidi. Aulia dimakamkan hari itu juga di pemakaman muslim Jalan Harun Nafsi.

Jumaidi telah lama mengetahui keberadaan danau tersebut. Ia tak menyangka putrinya sampai bermain ke sana. Selama ini, anak pertama dari dua bersaudara itu bermain tak jauh dari rumah.

Lubang Bekas Tambang?

Kematian Aulia bikin geger. Ada dugaan lokasi tenggelam anak perempuan itu adalah lubang bekas tambang. Kecurigaan tak lepas dari keberadaan danau yang tampak tak alami. Namun, Kasatreskrim Polresta Samarinda Kompol Sudarsono menyudahi spekulasi. "Bukan lubang tambang, sudah dipastikan," tegasnya.

Jumaidi juga menyebut bahwa danau tersebut dulunya jurang. Pengerukan untuk pembuatan jalan, membuat jurang menjadi danau. Sebagian permukaan ditimbun, curah hujan pun terus tertampung. "Jadi bukan lubang tambang. Dulu itu jurang, cuma karena tertimbun urukan tanah, tidak ada jalur air, jadi tergenang dan berubah danau seperti itu," kata Jumaidi.

Kasus tewas tenggelam memang hal sensitif di provinsi ini. Pada 4 November 2018 lalu kolam lubang tambang merenggut jiwa bocah laki-laki. Ari Wahyu Utomo meregang nyawa di eks galian batu bara di Desa Bukit Raya, Tenggarong Seberang, Kutai Kartanegara. Anak 12 tahun itu adalah korban ke-31 di provinsi ini yang tewas tenggelam di "danau buatan". Dan status Aulia bisa saja menjadi korban ke-32.

Baca juga:
 
Danau lokasi tenggelamnya Aulia berada di apitan dua konsesi. Fakta-fakta di lapangan juga mengindikasikan kemungkinan tersebut. Dinamisator Jaringan Advokasi Tambang (Jatam) Kaltim Pradarma Rupang menduga danau tersebut merupakan eks galian tambang ilegal. “Dari pengecekan air, kadar pH airnya sangat asam yaitu 2,76. Tidak hanya pH, kami juga mengukur kadar TDS (total disolved solid/total padatan terlarut), nilainya 1.960,” ungkap Rupang kepada kaltimkece.id.

Larutan air tergolong bersifat asam ketika memiliki pH-nya kurang dari 7. Senakin kecil berarti asam semakin pekat (Trends in The Biochemical Sciences, 2000, hlm 25:36-37).

Disebutkan Rupang, angka yang mengemuka dari uji sampel turut menunjukkan danau tersebut memiliki banyak logam berat. Kandungan tersebut antara lain besi, mangan, merkuri, zeng, alumunium, timbal, hingga arsen. “Kalau untuk mengukur kadar masing-masing logam berat ini harus uji lab,” tambahnya.

Tingkat keasaman di danau tak alami merupakan salah satu indikasi genangan kolam bekas tambang. Air hujan yang terperangkap di cekungan bekas galian tambang, melarutkan kupasan tanah dan sisa-sisa bekas penambangan. Proses tersebut membuat genangan air di dalamnya menjadi asam.

Pembentukan air asam tambang dipengaruhi tiga hal. Ketiganya meliputi air, udara, dan material yang mengandung mineral-mineral sulfida (Studi terhadap Dosis Penggunaan Kapur Tohor (CaO) pada Proses Pengolahan Air Asam Tambang pada Kolam Pengendap Lumpur Tambang Air Laya PT Bukit Asam, 2012).  

Mineral sulfida biasa dijumpai sebagai bagian dari penyusun endapan batu bara. Dan praktik tambang terbuka seperti dijumpai di Kaltim, menjadi ancaman nyata karena berhubungan langsung dengan udara bebas. Kondisi yang membuat pembentukan air asam tambang semakin mudah bereaksi. (*)

Senarai Kepustakaan
  • Nørby, Jens. 2000. The origin and the meaning of the little p in pH. Trends in The Biochemical Sciences 25:36-37
  • Nurisman, Enggal dkk. 2012. Studi terhadap Dosis Penggunaan Kapur tohor (CaO) Pada Proses Pengolahan Air Asam Tambang Pada Kolam Pengendap Lumpur Tambang Air Laya PT Bukit Asam (Persero). Tbk. Jurnal Teknik. Patra Akademika.

Editor: Bobby Lolowang

folder_openLabel
shareBagikan Artikel Ini


Artikel Terkait


Tinggalkan Komentar