Pariwara Kutai Timur

Pemberdayaan Produk Lokal Berkelanjutan

person access_time 5 years ago
Pemberdayaan Produk Lokal Berkelanjutan

Foto: Fuji (Humas Pemkab Kutim)

Program perubahan “Program One Village More Than One Ethnic Product Bernilai Ekonomi Secara Sustainable” menjadi program kerja sama lintas sektoral.

Ditulis Oleh: PARIWARA
Jum'at, 23 November 2018

kaltimkece.id Pemerintah Kabupaten Kutai Timur memiliki visi dan misi terwujudnya kemandirian daerah melalui pembangunan agri bisnis dan agro industri. Salah satu misinya adalah mewujudkan daya saing ekonomi daerah melalui penguatan komoditas dan produk unggulan desa pada sektor agri bisnis dan agro industri. 

Selanjutnya guna mengaplikasi hasil kunjungan kerja TP PKK Kutim di Deli Serdang, Sumatera Utara tahun lalu, Pemkab Kutim melalui Dinas Kebudayaan berkolaborasi dengan TP PKK Kutim mendesain program untuk meningkatkan serta mewujudkan kemandirian masyarakat secara ekonomi. Program perubahan “Program One Village More Than One Ethnic Product Bernilai Ekonomi Secara Sustainable” menjadi program kerja sama lintas sektoral untuk mewujudkan visi misi tersebut. 

Program ini bertujuan untuk meningkatkan perekonomian masyarakat melalui pemberdayaan kekayaan dan kearifan lokal. Seperti tumbuh-tumbuhan yang bisa dibuat obat atau diolah menjadi produk makanan dan lain-lain.

Mewakili Bupati Kutim Ismunandar, Staf Ahli Bupati Bidang Pembangunan Jumairilsyah, menyampaikan apresiasi untuk program yang diluncurkan di Balai Pertemuan Umum (BPU) Desa Sangatta Selatan, Rabu, 21 November 2018.

“Setelah ini perlu dilakukan koordinasi intensif guna merumuskan metode pelaksanaan program agar program berjalan lancar dan sukses,” pintanya.

Menurutnya di Kutim banyak produk kearifan lokal, namun sayangnya hanya dikembangkan secara individu. Untuk itu perlu dipikirkan pangsa pasar dari seluruh produk yang sudah dihasilkan tersebut. Dia menyebut saat ini masih banyak produk lokal yang belum bisa memberikan nilai tambah bagi masyarakat. Padahal, kata Jumairil, seharusnya produk lokal mesti tampil di daerahnya sendiri dalam setiap kegiatan.

Dia berharap ke depan perlu digali juga potensi lainnya. Melibatkan seluruh instansi terkait agar lebih bersinergi. Selanjutnya pengembangan produk kearifan lokal dengan pilot project di Dusun Rindang Benua bisa diimplementasikan di kecamatan lainnya di Kutim. 

“Sehingga dapat mempercepat kemajuan perekonomian daerah,” tambahnya.

Sekretaris Disbud Nurullah selaku Plt Kadisbud menyebut program ini bertujuan mengangkat produk lokal ke tingkat nasional bahkan hingga internasional. Pemerintah Pusat dan Daerah tentu akan mendukung program positif seperti ini.

“Proyek Perubahan ini merupakan kolaborasi dan bersinergi antara DPRD Kutim, Bappeda, Bagian Hukum, Dinas Kebudayaan, Dinas Perindustrian dan Perdagangan, Dinas Koperasi dan UKM, Dinas Pertanian, Dinas Kesehatan, Dinas Pemberdayaan Masyarakat Desa, Tim Penggerak PKK khususnya Sekretariat dengan Dasawismanya. Pokja II dengan pembentukan UP2K, Pokja III dengan Pangan dan Pokja IV dengan TOGA-nya dan yang besar andilnya adalah pihak Pihak,” jelasnya.

Selanjutnya, PT Kaltim Prima Coal sebagai pendamping melalui Community Empowerment Departement dan Conservation Agribusiness Development. Berikutnya dukungan perusahaan swasta seperti PT Pama Persada, PT Trakindo serta BPR Kutim,” jelasnya. Kedepan program ini nantinya akan mendukung  pengembangan desa yang mandiri.

Program ini juga mendapat apresiasi dari berbagai pihak. Di antaranya Kepala Dusun Rindang Benua Sekimin dan Kepala Desa Sangatta Selatan H Sjaim. Keduanya berharap program ini berkelanjutan dan memberi manfaat secara ekonomi bagi masyarakat sehingga otomatis dapat mendukung kemajuan perekonomian daerah. 

Pemberdayaan Berkelanjutan

Program perubahan “Program One Village More Than One Ethnic Product Bernilai Ekonomi Secara Sustainable di Kutai Timur (Kutim)” diharapkan berkelanjutan. 

“Tetapi jangan setelah diluncurkan program berhenti. Bahkan jika (kemungkinan nantinya) tak ada dana pun program harus berjalan,” harap Camat Sangatta Selatan, Hasdiah. 

Dia yakin program pemberdayaan masyarakat dengan penguatan pengelolaan produk kearifan lokal di daerahnya ini dapat membantu meningkatkan perekonomian masyarakat. Dia mengajak seluruh masyarakatnya bersama-sama bergotong-royong menyukseskan program dimaksud.

Kegiatan yang mengusung tema "Kolaborasi Stakeholder Dalam Pemberdayaan Masyarakat di Dusun Rindang Benua, Menuju Masyarakat Mandiri Secara Ekonomi Secara Ekonomi Berkelanjutan" ini juga mendapat dukungan dari Anggota DPRD Kutim Uce Prasetyo. 

“Program ini, merupakan program yang patut diacungi jempol. Karena mengembangkan produk ekonomi yang tentunya bisa dijadikan acuan untuk kemajuan daerah dan bangsa secara umum,” kata Uce.

Selanjutnya, Uce mengajak masyarakat lebih meningkatkan produk lokal untuk konsumsi pokok. Sehingga bangsa ini menjadi kuat secara ekonomi. Tugas masyarakat berikutnya adalah menanamkan kepada generasi muda rasa mencintai dan bangga terhadap produk sendiri. Untuk itu masyarakat diharap lebih mengedepankan menciptakan produk sendiri dan tidak bergantung produk luar negeri.

Kepala Bidang Pengembangan Kebudayaan Disbud Tatiyana Ester Putinoto Panjaitan selaku Ketua Panitia menjelaskan, proyek perubahan ini akan dilaksanakan di Dusun Rindang Benua , Desa Sangatta Selatan, Kecamatan Sangatta Selatan. Masyarakat Dusun Rindang Benua memiliki product ethnic yang tidak hanya satu, seperti Tanaman Obat yaitu Bawang Dayak atau Bawang Tiwai, Juga Alat Masak dari Kayu limbah Ulin, Pakaian dari Kulit Kayu, Asesoris Manik- manik, Tanaman Penyedap Rasa Tradisional dan lainnya. Sesuai pengamatan langsung di lapangan, satu kampung di Dusun Rindang Benua ternyata memiliki bukan hanya satu produk budaya bahkan lebih. Dusun Rindang Benua sebagai pilot project kegiatan ini terdiri dari 80 KK. Memiliki bahan baku Bawang Tiwai sebagai obat tradisional dan 70 persen masyarakatnya menanam Bawang Dayak atau Bawang Tiwai sebagai obat. 

“Diharapkan setelah dimulainya launching proyek perubahan ini dapat terwujud produk budaya yang bernilai ekonomi tinggi dan berlangsung secara berkesinambungan,” harapnya. 

Tak lupa ia menjelaskan kolaborasi pemangku kepentingan dalam kerja sama antara lain Dinas Kebudayaan mencari dan menggali serta mengembangkan produk berbasis budaya untuk ditingkatkan menjadi industri kreasi berbasis budaya. Dengan mengajak lintas sektor untuk mewujudkannya. Masyarakat Dusun Rindang Benua menanam Bawang Tiwai sebagai bahan baku dan produk etnik lainnya.

Perusahaan Community Empowerment-nya membimbing dan membina masyarakat. Sehingga hasil product Bawang Tiwai dan lainnya  dapat dikemas dan dipasarkan untuk meningkatkan pendapatan keluarga. Conservation Agribusiness Development menjadi pembimbing dan pembina di bidang agribisnisnya dalam bidang pengembangan tanaman melalui penguatan Dasawisma bekerja sama dengan TP PKK desa. Tim Penggerak PKK dari Kabupaten, Kecamatan sampai ke TP PKK Desa membentuk Dasawisma, membimbing administrasi  sederhana menuju pra koperasi sehingga terbentuk UP2K yang mandiri. Memasyarakatkan penanaman lahan pekarangan, pemanfaatan TOGA atau tanaman obat keluarga.

Selanjutnya, Dinas Koperasi membimbing terbentuknya koperasi yang mandiri, Dinas Perdagangan dan Perindustrian mendukung peningkatan  industri rumah tangga, pemberian label halal dan lainnya. Selanjutnya Dinas Kesehatan membantu proses  izin PIRT-nya, menentukan jenis usaha rumah tangga apakah olahan makanan atau obat tradisional. Dinas Pertanian memberikan penyuluhan dalam penanaman lahan pertanian. Dinas Pemberdayaan Masyarakat Desa melakukan pembinaan  Bumdes dan lainnya. Pihak Kecamatan, Desa dan Dusun sebagai pelaksana utama kegiatan berperan aktif dalam terlaksananya program. BPR Kutai Timur atau perbankan memberikan pinjaman modal dengan bunga yang ringan.

“(Kemudian) Yang tidak kalah penting lagi DPRD Kutim menyetujui anggaran untuk terlaksananya kegiatan,” katanya. (pariwara/hms3)

folder_openLabel
shareBagikan Artikel Ini


Artikel Terkait


Tinggalkan Komentar