Ekonomi

Produk Made in Kaltim Laris Manis di Luar Negeri

person access_time 1 year ago
Produk Made in Kaltim Laris Manis di Luar Negeri

Produk turunan sawit menjadi yang terbanyak dikirim ke luar negeri. FOTO: ISTIMEWA

Produk turunan sawit masih menjadi primadona bagi sejumlah negara. Nilai ekspor produk ini mencapai Rp 507,7 miliar.

Ditulis Oleh: Giarti Ibnu Lestari
Selasa, 02 Mei 2023

kaltimkece.id Nilai ekspor sejumlah produk yang diproduksi di Kaltim meningkat pada awal tahun ini. Badan Pusat Statistik Kaltim mendata, total nilai ekspor Kaltim pada Maret 2023 sebesar USD 2,85 miliar. Jumlah tersebut naik 7,54 persen dari nilai ekspor Februari 2023.

Berdasarkan komoditasnya, selama Januari-Maret 2023, nilai ekspor non-migas Kaltim meningkat 29,30 persen dari nilai ekspor periode yang sama pada 2022. Peningkatan tersebut disumbang oleh sektor tambang senilai 37,72 persen dan pertanian 4.220,25 persen.

Tiongkok adalah negara yang paling banyak menyerap produk nonmigas dari Kaltim dengan nilai ekspornya USD 857,56 juta. Negara berikutnya yakni India dengan nilai ekspor USD 407,47 juta dan Jepang USD 231,48. Sementara nilai ekspor ke ASEAN dan Uni Eropa adalah USD 492,32 juta serta USD 74,41 juta. Secara keseluruhan, Tiongkok, India dan Jepang memberikan kontribusi 57,72 persen dari total nilai ekspor Kaltim.

Produk-produk Kaltim yang dipasarkan ke mancanegara kebanyakan diangkut dari pelabuhan di Samarinda dengan nilai transaksinya USD 836 juta. Berikutnya ialah pelabuhan di Balikpapan dengan nilai transaksi USD 661,40 juta dan pelabuhan di Tanjung Bara (Kutai Timur) USD 433,94 juta. 

Kepala Unit Pelaksana Teknis Stasiun Karantina Pertanian Kelas 1 Samarinda, Wirawan, memberikan penjelasan. Produk pertanian yang dikirim ke luar negeri dari Stasiun Karantina Pertanian Samarinda pada awal tahun ini disebut mengalami peningkatan jumlah volume maupun frekuensinya.

Menurut data IQ Fast Badan Karantina Pertanian, pada triwulan pertama 2023, produk turunan sawit masih menjadi primadona diekspor. Produk tersebut terdiri dari ampas sawit, cangkang sawit, bungkil sawit atau palm kernel expeller, palm kernell stearin, minyak inti sawit atau palm kernel oil; dan refined, bleached, deodorized (RBD) palm olein palm. Ada pula RBD palm strarin dengan frekuensi ekspor 10 kali dengan volume barang sebanyak 68.712 ton senilai Rp 503 miliar serta karet dengan frekuensi dua kali sebanyak 403 ton senilai Rp 7,7 miliar. Total nilai ekspor keseluruhannya mencapai Rp 507,7 miliar.

Sedangkan pada triwulan pertama 2022, produk-produk turunan sawit itu menghasilkan frekuensi sebanyak 11 kali dengan volume 26.091 ton. Nilai ekspor keseluruhannya adalah Rp 342 miliar. Barang-barang tersebut utamanya dikirim ke Tiongkok, Vietnam, Thailand, dan Jepang.

“Peningkatan ini merupakan dampak positif dari sosialisasi dan sinergisitas antara instansi dan stakeholder,” ucap Wirawan.

Kepala Badan Karantian Pertanian, Kementerian Pertanian, Bambang, menjelaskan, setiap komoditas, baik pertanian maupun hewani, yang dikirim dari pelabuhan dan udara telah melalui pemeriksaan yang ketat oleh Badan Karantian. Pemeriksaannya dilakukan di laboratorium agar bisa diterima oleh negara yang memesan.

Menurut Bambang, komoditas pertanian dari Indonesia seharusnya memiliki nilai jual yang mampu bersaing di pasar dunia. Alasannya, negara ini memiliki potensi pertanian yang besar. “Potensi itu harus digali sehingga kesejahteraan tidak hanya dirasakan para eksportir tapi juga masyarakat luas,” ujarnya. (*)

shareBagikan Artikel Ini


Artikel Terkait


Tinggalkan Komentar