Pariwara Mahakam Ulu

Angin Segar Infrastruktur Telekomunikasi Mahulu, Menara BTS 4G Bakal Berdiri di Kampung-Kampung

person access_time 3 years ago
Angin Segar Infrastruktur Telekomunikasi Mahulu, Menara BTS 4G Bakal Berdiri di Kampung-Kampung

Siswa SMP 5 Long Melaham, Mahakam Ulu, mencari sinyal seluler. (Muhibar Sobary A/kaltimkece.id)

Pembangunan menara telekomunikasi Base Transceiver Station (BTS) dengan kapasitas 4G direncanakan untuk beberapa kampung.

Ditulis Oleh: Muhibar Sobary Ardan
Senin, 15 Maret 2021

 

kaltimkece.id Rasa gundah kembali menyelimuti ketika Ido—bukan nama sebenarnya—baru saja membuka laptop di kamar indekosnya yang terletak di Kecamatan Long Bagun, Mahakam Ulu (Mahulu). Jaringan internet lagi-lagi tak bersahabat. Sementara pekerjaan sudah menanti untuk dituntaskan.

Rabu malam itu, 3 Februari 2021, Ido harusnya membuat laporan keuangan untuk kemudian dikirim ke kantor pusat perusahaan tempatnya bekerja di Jakarta. Pelaporannya dilakukan dengan aplikasi e-accounting. Yakni portal online pelaporan keuangan yang diisi setiap akhir bulan.

Situasi begini memang kerap dialami Ido. Salah satu solusi yang kerap ditempuh, adalah menyeberang ke Barong Tongkok, Kutai Barat, pada keesokannya. "Alasannya ke Barong itu karena di sana ada mess kantor kami bekerja," demikian dikatakanya kepada kaltimkece.id, Jumat, 12 Maret 2021.

Menuntaskan pekerjaan di Barong Tongkok dianggap Ido sebagai solusi terbaik. Namun untuk menempuhnya memerlukan upaya yang tak mudah. Menyeberang dari Pelabuhan Pramuka di Long Melaham ke Pelabuhan Gruti, Tering, Kubar, memakan biaya Rp 3 juta jika menyewa speedboat dengan durasi sekitar 4 jam. Dilanjutkan setengah jam perjalanan ke mess kantor di Barang Tongkok, dengan menyewa mobil sebesar Rp 200 ribu.

Alur tersebut termasuk rutin dilakukannya setiap masa pelaporan tiba selama tujuh bulan ini bertugas di Mahulu. Ido yang sebelumnya bertugas di Jakarta, tak terkejut lantaran sudah sejak lama mendengar susahnya sinyal seluler di kabupaten berjuluk Urip Kerimaan tersebut.

"Pasti setiap bulan itu ada masalah jaringan atau sinyal, sekali atau dua kali. Ya sudah biasa sekarang. Solusinya jika memang butuh, ya, ke Barong (Kutai Barat)," lanjut pria yang berasal dari Pontianak ini.

Lain Ido, lain juga Siti Rismayanti. Siswi kelas XI SMA Negeri 1 Long Bagun ini memang asli pendduk Mahulu. Kesulitan jaringan di kabupaten ini, jelas sudah biasa ia alami. Namun situasinya jadi berbeda ketika pandemi Covid-19 merebak, mengharuskan ia dan teman-temannya belajar dari rumah via daring. Praktis kebutuhan akan jaringan internet menjadi lebih intens dari biasanya.

Dalam sehari, Risma, sapaan akrabnya, mendapatkan tugas tiga mata pelajaran dari grup WhatsApp yang biasanya disebar sebelum pukul 08.00 Wita. Sore atau malam sudah harus dikumpulkan. Pola begini terus dilakukan selama seminggu penuh. Berganti lagi menjadi khusus materi selama seminggu berikutnya.

“Nanti materinya dikirim lewat WhatsApp. Terkadang menggunakan aplikasi Telegram jika guru mengirimkan materi," lanjut Risma.

Sebagaimana dialami Ido, Risma juga mendapat kesulitan ketika mengirimkan tugas dari gurunya lantaran jaringan internet yang tak mendukung. Pengumpulan tugas kerap terlambat karena sinyal yang tak bersahabat. Guru-guru tak punya pilihan kecuali memaklumi.

Pengalaman Ido dan Risma, merupakan contoh kecil dari problematika jaringan internet Mahulu yang tak stabil. Pemkab Mahulu pun bukannya tanpa gerakan. Sejumlah program dikemukakan, seperti diungkapkan Kepala Dinas Komunikasi Informasi Statistik dan Persandian Mahulu, Nasution Hibau Djaang, melalui Kepala Bidang Infrastruktur Teknologi Informasi dan Telematika, Evodius Awang.

Umumnya, sinyal telekomunikasi di Mahulu yang sering terganggu, disebabkan sering terjadinya gangguan kabel fiber optik (FO) cut. "Hampir setiap hari terjadi FO Cut di jalan poros Sendawar-Ujoh Bilang, bahkan terkadang dalam satu hari bisa terjadi sampai tiga titik FO Cut di tempat yang berbeda," kata Evodius.

Adapun berbagai penyebab putusnya FO cut di antaranya aktivitas pembangunan infrastruktur badan jalan, hingga pelebaran badan jalan di Poros Sendawar-Ujoh Bilang. Tak terkecuali akibat tumbangnya pohon yang menimpa kabel optik serta kabel yang digigit binatang-binatang liar sekitar hutan. Ada juga ulah manusia misalnya kabel yang terkena benda tajam dan sebagainya.

"Jika FO cut terjadi, maka sudah dipastikan semua jaringan yang memanfaatkan atau menggunakan FO akan terganggu," tuturnya.

Gelaran kabel FO merupakan program Palapa Ring Tengah milik Kementerian Komunikasi dan Informatika Republik Indonesia. Selama ini kabel tersebut dimanfaatkan internet service provider atau provider telekomunikasi PT Telkom. Yang dalam sistemnya sangat tergantung dengan kabel optik.

"Jadi darahnya telekomunikasi di Mahulu, ya, di optik. Kalau aliran darahnya sumbat, semuanya ikut terganggu," tegas Evodius.

Proyek Palapa Ring Tengah di Kaltim, sering disebut Proyek 4 (P4), membentang sepanjang 183 kilometer kabel serta optik dari titik interkoneksi di Sendawar, Kutai Barat. Berujung di Long Bagun, Mahakam Ulu, sebagai media backbone dengan kapasitas 100G.

Untuk mengimplementasikan link microwave dari P4, telah dibangun tujuh menara telekomunikasi. Dengan kapasitas microwave yang diterapkan di P4, memiliki tujuh saluran atau channel frekuensi dengan kapasitas 1G.

P4 sendiri dibangun dengan kondisi infrastruktur jalan yang ada. Penempatan kabel optik masih mengikuti kondisi jalan yang saat itu masih tahap pembukaan badan jalan segmen Sendawar-Long Bagun. Tepat di sisi jalan dengan lebar 7—10 meter kabel optik terpasang saat itu.

"Saat ini, peningkatan badan jalan yang lebarnya rata-rata 20 meter, kabel yang dulunya di pinggir jalan jadi ke tengah jalan dan sudah dipastikan akan terjadi cut karena aktivitas alat berat. Saat ini, kabel optik di-recovery lagi mengikuti kondisi jalan yang ada," urai Evodius.

Sementara, kabel optik yang tersedia di segmen Sendawar-Long Bagun, hanya memiliki satu kaki alias tunggal. Sehingga tidak ada cadangan kabel optik lain. Ia berharap ke depan dengan kondisi jalan permanen, akan ada penyedia optik yang membangun lagi menjadi dua kaki.

"Jika kabel satu cut, maka masih ada backup kabel satunya. Sehingga jaringan selalu terjaga kualitasnya," kata dia.

Angin segar pun berembus seiring pada masa Covid-19, pihaknya menjalin kerja sama dengan Badan Akselerasi Telekomunikasi (Bakti) di bawah naungan Kementerian Kominfo untuk membangun infrastruktur telekomunikasi. Seperti halnya pembangunan menara telekomunikasi Base Transceiver Station (BTS) dengan kapasitas 4G di beberapa kampung.

Pemasangan akses internet pun turut dilakukan di semua sekolah di Mahulu dari SD, SMP, dan SMA. Demikian juga puskesmas, kantor-kantor petinggi, serta fasilitas umum di tiap kampungnya.

"Akses internet berbasis VSAT tersebut sudah terpasang di 50 kampung seluruh Mahakam Ulu dengan 110 akses internet. Memang saat ini kapasitas bandwidth VSAT tersebut sangatlah terbatas sehingga terkadang sering overload dan berdampak terhadap layanan internet yang lemah," keluhnya.

Meski demikian, strategi dikemukakan agar layanan akses internet tersebut bisa lebih andal. Yakni dengan menambah kapasitas bandwidth atau membangun beberapa titik spot pembangunan akses internet yang dikhususkan untuk para siswa-siswa di Mahulu.

"Agar program belajar mengajar dan work from home (WFH) bisa lebih maksimal nantinya," tandasnya. (*)

 

Editor: Bobby Lolowang

folder_openLabel
shareBagikan Artikel Ini


Artikel Terkait


Tinggalkan Komentar