PARIWARA

Seharian Padat Bersama Hetifah, Tempat Curhat Dimana-mana

person access_time 5 years ago
Seharian Padat Bersama Hetifah, Tempat Curhat Dimana-mana

Foto: Fachrizal Muliawan (kaltimkece.id)

Hal paling dasar dari seorang wakil rakyat, adalah kesediaan mendengar.

Ditulis Oleh: Fachrizal Muliawan
Kamis, 11 April 2019

kaltimkece.id Rinai hujan mengguyur Samarinda. Rabu sore, 10 April 2019. Sebuah mobil multi purpose vehicle berkelir hitam meluncur santai di Jalan Pahlawan, Samarinda. Di baris kursi penumpang, seorang perempuan bersandar lelah. Perempuan berkacamata itu adalah Wakil Ketua Komisi X DPR RI Hetifah Sjaifudian.

Hari itu, kaltimkece.id berkesempatan mengkuti kegiatan si wakil rakyat. Mulai paling formal hingga paling santai.

Baca juga:
 

Sampai di Samarinda Rabu dini hari, kegiatan pertama Mbak Heti, biasa dia disapa, menghadiri Musyawarah Perencanaan Pembangunan (Musrenbang) Kaltim. Heti salah satu dari anggota DPR RI dapil Kaltim yang hadir. Musrenbang Kaltim 2019 dilaksanakan dalam rangka penyusunan rencana kerja pemerintah daerah (RKPD) Kaltim 2020.

Dari Pemprov sendiri, terdapat enam arah kebijakan RKPD 2020. Di antaranya, pemerataan instruktur guna konektivitas antar kabupaten/kota, khususnya daerah-daerah terluar, terdalam, tertinggal alias 3T. Selain itu adalah pelayanan infrastruktur guna meningkatkan produktivitas, terutama pertanian. Juga pengembangan nilai tambah dan pengembangan pasar komoditas unggulan, pengembangan pariwisata, serta peningkatan daya saing infrastruktur ekonomi.

Kegiatan dihadiri bupati dan wali kota se-Kaltim. Menguak permasalahan yang dihadapi provinsi ini. Misalnya, konektivitas dan aksesibilitas yang belum terbangun merata. Seperti jalan dan jembatan di kawasan Penajam Paser Utara yang menghubungkan daerah sekitar.

Tak hanya itu, infrastruktur penting yang seharusnya menjadi kebutuhan juga belum sepenuhnya merata. Di Berau misalnya, 10 desa belum mendapatkan air bersih. Beberapa desa di Kaltim juga belum teraliri listrik 24 jam.

Kepada kaltimkece.id, Hetifah mengungkapkan fokus Kaltim selanjutnya yang sudah terlihat. Seperti infrastruktur, peningkatan sumber daya manusia, serta peralihan ketergantungan Kaltim terhadap sumber daya alam yang tidak terbarukan. “Namun satu hal yang perlu ditekankan, Musrenbang jangan hanya jadi ajang curhat daerah ke pemerintah pusat. Lebih kepada koordinasi untuk penyelesaian masalah di daerah. Maka dari itu mestinya seluruh stakeholder turut serta,” ujar Heti.

Setelah acara di Lamin Etam, agenda adalah workshop Peningkatan Kapasitas Implementasi Kurikulum 2013 untuk Pendidikan Anak Usia Dini (PAUD) se-Samarinda. Berlangsung di Education Center Samarinda, Jalan PM Noor.

Sela perjalanan menuju lokasi acara, Hetifah menilai perkembangan pendidikan membuat PAUD tak bisa lagi dipandang sebelah mata. PAUD bisa menjadi dasar kokoh serta persiapan untuk jenjang pendidikan selanjutnya.

Sayangnya, Kaltim masuk dalam daftar daerah dengan angka partisipasi kasar (APK) rendah. APK PAUD Kaltim hanya 55,09 persen, diikuti Papua 52,13 persen. Perkembangan pendidikan sudah begitu cepat. Pada era 90-an, PAUD yang saat itu dikenal kelompok bermain, jarang diminati lantaran fokus terhadap sekolah dasar. “Ternyata sekarang PAUD sangat diperlukan sebagai upaya rangsangan pendidikan untuk perkembangan jasmani dan rohani,” ujarnya.

Maka dari itu, kegiatan tersebut dilaksanakan untuk membangun sumber daya manusia, tak lain pengajar PAUD. Bila di pendidikan sekolah dasar peran guru adalah 30 persen, peran guru PAUD justru 50 persen. “Makanya mesti dipastikan, para guru bisa mengimplementasi cara mengajar PAUD yang baik dan benar.”

Curhat Guru sampai Curhat UMKM

Hampir setiap acara yang dihadirinya, Hetifah melakukan sesi tanya jawab dengan peserta. Acara di Education Center pun demikian. Namun, kali ini lebih tepat disebut ajang curahan hati atau curhat para guru PAUD. Hampir semua mengeluhkan kejelasan status dan kesejahteraan.

Yang cukup menarik adalah curahan hati Salbiah Hijaji. Ia sudah 50-an tahun menjadi guru TK. Namun pada usia yang cukup senja, Salbiah masih semangat mengajar di TK Al-Falah, Samarinda. Dalam kesempatan itu, Salbiah mempertanyakan kemungkinan status guru PAUD swasta disamakan dengan guru-guru lain di SD, SMP, atau SMA.

Dalam tanggapannya, Hetifah mengungkapkan langkah DPR RI yang tengah menggodok status guru PAUD. Kemungkinan, salah satu jalannya adalah revisi Undang-Undang Sistem Pendidikan Nasional. Revisi tersebut, kata dia, ikut membahas agar status guru PAUD. Kelak bisa menjadi profesional seperti guru jenjang pendidikan lain. “Dengan demikian, guru PAUD bisa mendapat kesempatan sertifikasi dan diakui profesinya sebagai guru,” jelasnya.

Acara bersama guru PAUD selesai pukul 16.30 Wita. Namun, bukan Hetifah namanya bila agenda selesai secepat itu. Dalam perjalanan kembali ke hotel, fokusnya teralih ke tumbler atau tempat minum yang awak media ini gunakan. Bertuliskan Supirmu, Hetifah sempat mengira tulisan tersebut adalah Supreme, merek fashion kenamaan dari New York. “Kok lucu tulisannya,” tanya Hetifah kepada kaltimkece.id.

Supirmu adalah merk fashion lokal Samarinda. Brand ini terinspirasi sekaligus menjadi parodi dari merk ternama Supreme. Saat ini, genre parodi merk terkenal memang cukup trend. Bahkan beberapa barang keluaran merk parodi, disangka barang keluaran merk aslinya. “Boleh dong ketemu sama yang punya,” pinta Heti sore itu.

Setelah dihubungi, Andi Fachriadil, si pemilik merk, setuju bertemu. Kebetulan, ada beberapa hal yang ingin dia tanyakan. Sekaligus curhat kepada si wakil rakyat. Apalagi Komisi X DPR RI juga bermitra dengan Badan Ekonomi Kreatif (Bekraf).

Pertemuan Andi dan Hetifah malam itu berjalan santai. Unek-unek Andi adalah masalah kekayaan hak cipta yang kini sedang diurusnya. Dalam kesempatan itu, Andi juga mendapat kesempatan mengetahui soal Bekraf.

Meski pertemuan pertama penuh keakraban, Andi mengaku sempat takut bertemu. Selain anggota dewan, Hetifah juga berstatus calon legislatif DPR RI dapil Kaltim dari Partai Golkar. “Kan agak malas, saya mau curhat tapi diprospek,” selorohnya.

Namun, yang terjadi di luar prediksi. Tak sekalipun pun ajakan memilih didengarnya. Bahkan, ia mendapat pencerahan soal apa yang harus dilakukannya bila ingin brand miliknya besar.

Ibu-Ibu Lincah

Hari sudah benar-benar gelap. Perut Hetifah mulai keroncongan. Niat hati pengin menyantap makanan yang spesial. Namun belum ada gambaran menu tertentu ingin disantapnya. Heti langsung kepikiran ke media sosial. “Saya lagi laper nih, ada rekomendasi tempat makan oke?” sebut Hetifah dalam unggahannya ke Instagram.

Tak lama, beberapa influencer media sosial menyahuti post tersebut. Ramai-ramai merekomendasikan sebuah restoran korean grill di Kota Tepian. Sekalian saja Hetifah mengajak pengikutnya di media sosial tersebut makan malam bareng. Dan seperti biasa, setiap pertemuan, diikuti sharing soal apa saja menjadi ganjalan warga Kaltim saat ini.

Sehari mengukuti kegiatannya, tak salah bila kaltimkece.id memberi gelar Hetifah sebagi ibu-ibu lincah. Rangkuman kegiatan tersebut belum termasuk menerima telepon dari awak media, hingga masyarakat Kaltim. Bahkan beberapa kali baterai ponselnya habis. Kondisi ini bikin gelisah. Kasihan bila ada warga yang perlu, tak tertunaikan karena baterai kosong.

Heti menyadari posisinya sebagai wakil rakyat, bukan seperti jin dalam cerita Alladin. Atau naga Shenlog dalam cerita Dragon Ball. Semua permintaan, tak begitu saja terwujud. “Tapi minimal, mereka perlu orang yang mendengarkan. Saya pun berusaha menyampaikan aspirasi mereka kepada pihak-pihak terkait,” tuturnya.

Dengan mendengar curhat para konstituen, Heti jadi lebih peka terhadap masalah. Jangan sampai aturan yang dibuat DPR, malah tak membuat masyarakat lebih mudah. Apalagi sampai jadi beban baru.

Hal ini juga yang membuatnya tak menggunakan setiap sesi untuk sekaligus promosi caleg. Jangan lupa, hingga Oktober 2019, statusnya masih anggota dewan. Waktunya kampanye dan waktu mendengar curhat, harus dibedakan. (*)

 

Editor: Bobby Lolowang

folder_openLabel
shareBagikan Artikel Ini


Artikel Terkait


Tinggalkan Komentar