Kesehatan

Ketika Cek Suhu Tubuh saat Salat Jumat di Islamic Center Justru Berpotensi Sebarkan Covid-19

person access_time 4 years ago
Ketika Cek Suhu Tubuh saat Salat Jumat di Islamic Center Justru Berpotensi Sebarkan Covid-19

Pemeriksaan suhu tubuh dengan menempelkan thermal gun ke kening di Islamic Center (foto: wahyu musyiwa/kaltimkece.id)

Upaya Masjid Baitul Mutaqien, Islamic Centre, mencegah penyebaran Covid-19 patut diapresiasi. Sayangnya, pemeriksaan suhu tubuh dengan menempelkan thermal gun ke kening justru berpotensi menyebarkan virus itu.

Ditulis Oleh: Nalendro Priambodo
Jum'at, 20 Maret 2020

kaltimkece.id Sejumlah perangkat untuk mencegah pandemi Covid-19 telah siap di Masjid Baitul Mutaqien, Islamic Centre, Samarinda, jelang salat Jumat. Satu per satu jamaah diminta mencuci tangan. Suhu tubuh mereka lantas dipindai dengan thermal gun, sejenis alat pengukur suhu berbentuk pistol, yang diarahkan ke dahi.

Jumat, 20 Maret 2020, suhu tubuh setiap jamaah diperiksa di dekat pelataran masjid terbesar di Kaltim ini. Petugas medis menyorot kening tiap-tiap jamaah. Yang menjadi perhatian adalah thermal gun ini menempel di kening atau leher. Padahal, cara kerja thermal gun tidak demikian. 

Pengukur suhu ini sudah dilengkapi deteksi inframerah. Pistol yang menembakkan inframerah dalam jarak tertentu akan mengumpulkan energi yang dipantulkan objek. Energi tersebut dibaca sebagai suhu yang keluar di layar digital setelah beberapa detik. 

Dalam masa pandemi Covid-19, menempelkan thermal gun di kening amat berisiko. Virus SARS-Cov-2 mampu menempel di kulit dan benda mati selama beberapa saat. Ketika pistol ini ditempelkan berulang-ulang secara bergantian, sama saja berpotensi menyebarkan virus tersebut. Kasus serupa terjadi di Jakarta. Ratusan penumpang yang mengantre di commuter line diperiksa dengan menempelkan alat ke kening. Cara tersebut diyakini malah menyediakan medium virus ini untuk menulari orang lain. Otoritas KRL lantas meminta maaf.

Pelaksana Tugas Kepala Dinas Kesehatan Kaltim, Andi M Ishak, memberi penjelasan mengenai masalah ini. Menurutnya, thermal gun memiliki variasi jarak tembak inframerah. Paling dekat 10 sentimeter, bahkan bisa 50 sentimeter dari objek. 

"Tidak harus menempel karena alat tersebut menembakkan inframerah," kata Andi. 

Dia membenarkan bahwa virus SARS-Cov-2 berpotensi menyebar dari alat medis yang tak disterilkan. Sebagai contoh, thermal gun yang tak dibersihkan lantas ditempelken berulang-ulang ke tubuh banyak manusia. Virus bisa menempel ke media mati selama beberapa jam sebelum berpindah ke inang baru. 

"Ketika alat tersebut tanpa disterilkan ditempelkan lagi ke orang lain, virusnya bisa berpindah," katanya. 

Perpindahan virus di kening atau bagian tubuh yang lain memang tidak serta-merta menginfeksi seseorang. Namun demikian, yang dikhawatirkan adalah ketika virus yang baru berpindah itu masuk ke bagian selaput di wajah seperti mata, hidung, dan mulut. Virus memang bisa larut ketika berwudhu di air yang mengalir. Namun, pesan Andi, lebih baik mencuci bagian tubuh dengan sabun agar virus benar-benar mati.

Demi keberimbangan berita, media ini menemui Kepala Klinik Islamic Centre, dr Ika Fauziwati. Kepadanya, kami menunjukkan rekaman video dan foto yang diambil jurnalis kaltimkece.id ketika pemeriksaan suhu tubuh di masjid. 

Pada awalnya, dr Ika membantah thermal gun menyentuh kening jamaah. Ia menjelaskan spesifikasi enam thermal gun yang dipakai hari itu. Alat ini dapat bekerja dengan jarak dua ruas jari dari objek. 

"Kalau kena jidat, alat tersebut bisa rusak. Teman-teman kami, lima perawat dan seorang dokter, sudah tahu prosedurnya," jelas Ika ketika diwawancarai di kantornya, Jumat, 20 Maret 2020. 

Ketika disodorkan video dan foto yang menunjukkan petugas menempelkan alat ke kening dan leher, Ika memilih tak berkomentar. Ia sempat meminta dokumentasi itu dikirimkan ke telepon genggamnya. 

"Sebagai bahan evaluasi," katanya. 

Dokter Ika memastikan berkoordinasi dengan tenaga medis di lapangan. Terutama untuk mengetahui alat tersebut telah dibersihkan sebelum ditempelkan kembali ke jamaah. "Saya tidak bisa memberi statement apa-apa," ujar dr Ika yang mengaku buru-buru pulang kerja. 

Sebelum pergi, dr Ika menjelaskan bahwa pemeriksaan suhu tubuh saat salat Jumat oleh Klinik Islamic Centre Samarinda berdasarkan permintaan pengelola masjid. Pertimbangannya adalah masih banyak warga yang ingin salat Jumat. Selain pengecekan suhu tubuh, pengelola menyemprotkan desinfektan di berbagai sudut masjid beberapa hari terakhir. 

Di depan pintu masuk masjid, pengelola juga menempel sejumlah protokol teknis untuk dipatuhi jemaah. Beberapa di antaranya adalah membawa sajadah masing-masing, mencegah kontak langsung, cuci tangan dengan sabun, dan membatasi jabat tangan dan berpelukan. 

Dua petugas keamanan di masjid mengatakan, sejak Jumat subuh, belasan pintu ditutup. Jamaah dilokalisasi agar mudah diperiksa. Sejak merebaknya Covid-19, ada pengurangan hampir separuh jumlah jamaah salat jumat.

Ketua Pengurus Masjid Baitul Mutaqien, Awang Dharma Bakti, belum merespons permintaan konfirmasi kaltimkece.id. Ketika media ini berusaha menemuinya di kompleks masjid, ia tak ada di tempat. Adapun Agus Purnomo selaku humas, mengaku sedang menjadi khatib di masjid yang lain. (*)

Editor: Fel GM

Catatan redaksi: Artikel ini tidak bermaksud mendiskreditkan tenaga medis dan pengelola masjid yang telah berupaya keras menekan penyebaran Covid-19. kaltimkece.id mengharapkan kebijaksanaan pembaca bahwa berita ini semata demi meningkatkan kewaspadaan publik mengenai prosedur antisipasi pencegahan virus SARS-Cov-2. 

folder_openLabel
shareBagikan Artikel Ini


Artikel Terkait


Tinggalkan Komentar