Risalah

Herd Immunity atau Pembatasan Sosial Berbasis Komunitas, ‘Senjata’ Mana yang Paling Ampuh?

person access_time 4 years ago
Herd Immunity atau Pembatasan Sosial Berbasis Komunitas, ‘Senjata’ Mana yang Paling Ampuh?

Ilustrasi (freepik.com)

Oleh: Ns Andy Nuriyanto SKep
Penulis adalah Community Nursing Department, Nursing Faculty of Padjadjaran University, Bandung, tinggal di Berau.

Ditulis Oleh: .
Selasa, 19 Mei 2020

kaltimkece.id Pemerintah telah memberikan kelonggaran dalam kebijakan Pembatasan Sosial Berskala Besar (PSBB) di beberapa wilayah. Akses transportasi juga sudah mulai dibuka kembali. Sebagian warga kota yang sempat memberlakukan PSBB lantas memilih pulang kampung. 

Secara logika, kondisi tersebut dapat memicu efek “kasur angin” pandemi Covid-19. Efek kasur angin terjadi ketika kasur ditekan di sisi kanan, volume sisi kiri akan naik. Dalam penyebaran Covid-19, berkurangnya tekanan PSBB di pusat dapat berisiko meningkatkan insiden Covid-19 di daerah. Lagi pula, perlu diingat bahwa PSBB di pusat tidak dilaksanakan dengan maksimal. Ditambah lagi, kelonggaran mobilisasi transportasi menjelang Idulfitri tahun ini.

Dari krisis seperti ini, muncul asumsi herd immunity yaitu terbentuknya imunitas atau kekebalan secara otomatis karena paparan Covid-19. Herd immunity lantas dianggap pilihan yang baik menghadapi krisis sekarang ini. Anggapan “lebih takut mati kelaparan daripada mati karena corona” yang masih menjadi pola pikir mayoritas masyarakat, memperkuat asumsi tersebut. Masyarakat sudah terlalu lama mengikuti gerakan #dirumahsaja. Semakin lama gerakan ini berjalan, semakin besar dampaknya kepada kondisi sosial dan ekonomi masyarakat.

Menurut teorinya, herd immunity baru bisa efektif jika 70 persen sampai 80 persen populasi kebal terhadap suatu penyakit secara alamiah. Namun demikian, ada fakta penting dari pandemi Covid-19 yang sangat memengaruhi herd immunity. Banyak orang yang terdiagnosis positif Covid-19 tidak menunjukkan gejala aktual. Jika opsi herd immunity dipilih dalam situasi seperti itu, hanya ada dua kemungkinannya. Pertama, semakin banyak yang kebal, dan kedua, semakin banyak yang meninggal. 

Terma herd immunity yang diikuti kelonggaran aktivitas juga dapat mengaburkan pandangan masyarakat. Mereka akan berpikir bahwa pandemi COVID-19 telah berlalu. Adalah wajar jika kehidupan dalam keadaan seperti sekarang disebut dengan istilah new normal. Padahal, tidak menutup kemungkinan bahwa setelah new normal terjadi peningkatan angka kesakitan dan kematian di masyarakat.

Bagaimana dengan PSBK?

Sebenarnya, mengenakan masker, social dan physical distancing, menjaga kebersihan dan kesehatan, menerapkan PHBS (pola hidup bersih sehat), dan mengonsumsi makanan sehat, masih menjadi solusi efektif dan efisien. Yang dibutuhkan hanya kesadaran menyeluruh dari semua masyarakat tanpa terkecuali. Kewaspadaan yang harus dijaga ini, di tingkat komunitas, disebut Pembatasan Sosial Berbasis Komunitas (PSBK).

Secara ringkas, konsep PSBK dilaksanakan dari, oleh, dan untuk masyarakat secara langsung. Sebagai contoh, kemungkinan arus pemudik menjelang Idulfitri setelah  mobilisasi dan transportasi dilonggarkan. PSBK dapat dijalankan untuk para pemudik itu. Caranya, masyarakat berkoordinasi, saling mengawasi, dan membantu para pemudik. Masyarakatlah yang mengawasi dan membatasi pemudik tetap melewati protokol kesehatan (karantina mandiri, mengenakan masker, PHBS, dan lain-lain). Andaikata pemudik ingin beraktivitas yang mengharuskan mereka keluar rumah, masyarakat yang membantu untuk memenuhinya. 

PSBK bukan tanpa beban biaya. Namun begitu, banyak jalan keluarnya. Sebagai contoh, masyarakat yang mengawasi dan membantu pemudik yang sedang dikarantina mandiri juga memberi bantuan selama masa karantina. Konsep ini bisa memicu pertumbuhan ekonomi di wilayah tersebut. Namun yang harus dicatat, pelaksanaannya tetap diiringi kebijakan atau peraturan lokal seperti musyawarah di tingkat komunitas.

PSBK yang diterapkan di level komunitas sangat berbeda dengan PSBB. PSBK tidak memerlukan izin dari pemerintah pusat. PSBK berprinsip kepada pemberdayaan masyarakat. Tentu PSBK juga jauh berbeda dengan herd immunity. PSBK lebih minim risiko seperti meningkatnya angka kesakitan dan kematian. Yang diperlukan untuk menjalankan PSBK hanya kesadaran dan kepedulian bersama secara utuh dari suatu komunitas. 

Secara prinsip, apapun opsi yang dipilih —herd immunity, PSBK, atau bahkan PSBB—, masyarakatlah yang menjadi kuncinya. Masyarakat sesungguhnya adalah garda terdepan dalam perang melawan Covid-19. (*)

Isi artikel ini sepenuhnya adalah tanggung jawab penulis.  

folder_openLabel
shareBagikan Artikel Ini


Artikel Terkait


Tinggalkan Komentar