Terkini

Gempa Bumi Kedua di Berau Dalam Tiga Hari, BMKG Pastikan Tak Berpotensi Tsunami

person access_time 3 years ago
Gempa Bumi Kedua di Berau Dalam Tiga Hari, BMKG Pastikan Tak Berpotensi Tsunami

Laporan gempa bumi di Berau. (bmkg balikpapan)

Setelah gempa bumi pertama pada 29 Januari 2021, gempa susulan mengguncang Berau tiga hari kemudian.

Ditulis Oleh: Samuel Gading
Senin, 01 Februari 2021

kaltimkece.id Senin, 1 Februari 2021, hari pertama pada bulan kedua tahun ini, Berau, untuk kedua kalinya digoyang gempa bumi. Tak banyak yang menyadari. Namun inilah yang kedua dalam waktu hanya tiga hari.

Rizky Riswanto adalah salah satu warga Berau yang sempat dibuat heboh kabar gempa bumi tersebut. Saat kejadian, Rizky sebenarnya sedang terlelap. Dalam tidurnya itu, tak ada firasat atau perasaan gempa sedang menghujam daerahnya. Ia malah baru menyadari setelah mendapat kabar dari rekan-rekannya.

“Makanya saya juga heran, enggak ada ngerasa gempa, tiba-tiba temen di WhatsApp heboh semua,” ungkap mahasiswa Universitas Mercu Buana Yogya semester pertama tersebut kepada kaltimkece.id.

Memastikan kebenaran kabar yang didapat dari rekan-rekannya, Rizky kemudian memantau media sosial dari ponsel pintarnya. Benar saja, akun resmi @bmkgberau di Instagram mengungkapkan bahwa pada pagi itu, terjadi gempa susulan di Berau dengan skala Magnitudo 3.7 Skala Richter (SR), berkedalaman 10 kilometer dan berjarak 40 kilometer dari arah timur laut tempat tinggalnya di Tanjung Redeb. 

Ini merupakan gempa kedua dalam tiga hari terakhir, setelah yang sebelumnya terjadi pada Jumat, 29 Januari 2021. Namun kali ini, guncangannya tak sesignifikan yang pertama. Jumat itu, gempa terjadi di wilayah laut Berau dengan jarak 76 kilometer arah tenggara Kota Tanjung Redeb. Skala Magnitudo terukur mencapai angka 4.1 SR dan kedalaman 10 Km.

Kepala BMKG Statisiun Geofisika Balikpapan Mudjianto mengatakan bahwa gempa tersebut terjadi akibat aktifnya patahan lempeng atau sesar lokal bernama Mangkalihat di sekitar Berau. Sampai sore tadi, Mudjianto mengaku belum mendapat laporan warga mengenai getaran gempa dimaksud.

“Makanya kalau ada gempa-gempa kecil yang tidak dirasakan (warga) tidak kami rilis. Tapi, analisa walaupun sekecil apapun tetap kami laksanakan,” ungkapnya kepada kaltimkece.id.

Tiga Patahan Aktif dan Efeknya

Depi Rusmilawati dalam penelitiannya berjudul “Studi Mekanisme Sumber Gempabumi di Wilayah Kalimantan Berdasarkan Gerak Gelombang P”, menerangkan bahwa sesar atau patahan adalah retakan yang terjadi di kerak bumi. Disebabkan pergerakan dua sisi daerah yang berlawanan. Terbentuk setelah tenaga endogen yang bekerja lebih cepat dan menyebabkan lapisan kerak bumi yang kaku tidak dapat membentuk lipatan. Lipatan itulah yang menjadi patah dan menyebabkan retakan berbentuk sesar. Ukurannya beragam. Dari beberapa millimeter hingga ribuan kilometer.

Dalam penelitiannya itu juga Rusimilawati menjelaskan bahwa Patahan Mangkalihat merupakan satu dari tiga patahan lokal di Kaltim. Dua lainnya adlah Patahan Tarakan dan Patahan Meratus.

“Ketiga sesar ini, memiliki potensi menimbulkan gempa dengan skala Magnitudo 7,” tulis Rusimilawati dalam penelitiannya tersebut.

BMKG Stasiun Geofisika Klas III Balikpapan dalam laporannya bertajuk “Pengamatan Gempabumi di Wilayah Kalimantan dan Sekitarnya Menggunakan Jaringan Inatews”, menjelaskan kondisi tektonik Kalimantan yang sebenarnya memiliki 4 patahan lokal. Meliputi Patahan Adang, Meratus, Mangkalihat (Sangkulirang), dan Tarakan. Dari keempatnya, hanya 3 yang aktif yakni Patahan Meratus, Mangkalihat, dan Tarakan.

Lokasi masing-masing patahan terletak di dataran hingga lepas pantai utara Kalimantan, Tarakan. Selain itu pantai timur Kalimantan (Mangkalihat) dan berada di zona sesar anjak yang diketahui berada di bagian selatan Pulau Kalimantan (Meratus).

Sebagian besar wilayah Kalimantan stabil dan aman terhadap gempa bumi. Meskipun, bagian pantai timur mulai Kuaro di utara Meratus-Mangkalihat, hingga seluruh daerah Sabah, merupakan daerah rawan terjadi gempa (BMKG, 8:2018).

Kepala BMKG Statisiun Geofisika Balikpapan Mudjianto menjelaskan bahwa sesar Mangkalihat memang bisa mengakibatkan gempa di darat. Namun, selama Skala Magnitudo Gempa berada di bawah 5 SR, gempa tergolong aman dan tidak berpotensi tsunami serta kerusakan lainnya.

“Berbeda dengan gempa yang terletak di dasar laut, gempa didarat harus memiliki Skala Magnitudo 7 Richter untuk menyebabkan Tsunami,” ungkapnya.

Aplikasi dan Antisipasi

Meski level ancaman gempa hebat sangat kecil, Kaltim telah dilengkapi alat sensor gempa atau Seismograf. Terletak di 4 kabupaten/kota provinsi ini. Seismograf tersebut telah dipasang sejak 2007. Masing-masing berlokasi di Kilometer 23 Kelurahan Karang Joang, Kota Balikpapan; Kebun Raya Universitas Mulawarman (Unmul) Samarindal;Kawasan Hutan Lindung Kabupaten Kutai Timur; dan Kantor Camat Gunung Tabur, Berau.

Diproduksi di Kanada, alat tersebut harus dipasang jauh dari keramaian. Pasalnya, Seismograf bisa mendeteksi getaran Seismik dari skala kecil hingga besar. “Satu richter pun terekam. Orang atau mobil jalan saja dia bisa merekam,” ungkap Mudjianto.

Dari alat tersebut, kemudian memancarkan data kepada satelit yang akan langsung diterima BMKG Pusat. Dari server, data dikirimkan ke masing-masing Unit Pelaksana Teknis (UPT) BMKG atau Stasiun Geofisika di masing-masing daerah melalui satelit.

“Jadi per wilayah mendapat akses mengolah data hasil Seismometer tersebut. Namanya Akusisi dan Processing.  Akusisi ambil data mentah, processing buat menentukan lokasi dan kekuatan gempa itu,” jelasnya.

Hasil olahan data sebutnya kemudian diseminasikan dalam Aplikasi Warning Receiver System (WRS) BMKG yang dijalankan otomatis. Memunculkan data secara instan di seluruh Badan Penanggulangan Bencana Daerah (BPBD) di Kaltim.

“Di sana hanya monitoring untuk ditangkap beliau (BPBD) misalnya ada informasi apapun, selanjutnya mereka yang bergerak,” pungkasnya. (*)

 

Editor: Bobby Lolowang

folder_openLabel
shareBagikan Artikel Ini


Artikel Terkait


Tinggalkan Komentar