Terkini

Hujan Es Sekepal Tangan Orang Dewasa di Samarinda, Fenomena Alam yang Sulit Terjadi

person access_time 4 years ago
Hujan Es Sekepal Tangan Orang Dewasa di Samarinda, Fenomena Alam yang Sulit Terjadi

Hujan es menghujam Samarinda pada Kamis siang,

Secara natural, hujan es sangat memungkinkan terjadi di Samarinda. Tapi mesti melewati dinamika atmosfer yang cukup rumit.

Ditulis Oleh: Arditya Abdul Azis
Kamis, 21 November 2019

kaltimkece.id Bonar Chaniago dan sejumlah rekannya sedang mengurus tanaman ketika langit Samarinda yang semakin gelap menurunkan derasnya hujan disertai sambaran petir.  Sambil setengah berlari mencari tempat berteduh, Bonar merasa tak biasa dengan cuaca kali ini. Hujan turun terasa begitu keras.

Kamis siang, 21 November 2019, Bonar menjalankan rutinitasnya mengurus tanaman buah unggul di Jalan HAMM Rifaddin, Samarinda Seberang. Cuaca yang memburuk membuatnya terpaksa meninggalkan sejenak aktivitasnya itu.

Bonar menangkap keanehan dari hujan yang mengguyur saat itu. Benar saja. Setelah diamati seksama, di antara air hujan terdapat butiran-butiran es yang turun dengan derasnya. Bukannya panik, Bonar dan rekannya malah kegirangan. Terkagum-kagum dengan fenomena langka itu. Berteriak gembira seraya memandangi butiran es dari langit di genggamannya.

Momen langka itu diabadikannya dalam cuplikan amatir berdurasi dua menit yang diunggah ke dunia maya. Dengan segera hujan es di Samarinda Seberang itu jadi perbincangan warganet. "Hujan es turun di Samarinda Seberang. Ini lagi hujan es, nah. Hujan es turun di Samarinda Seberang," ucap Bonar dalam video tersebut, sembari mengambil butiran es dari tangan rekannya.

Kepada kaltimkece.id, Bonar menyebutkan sebelum hujan es mengguyur, langit tampak begitu gelap disertai petir menghujam dengan keras. Dan ketika hujan mulai turun, ia merasakan hantaman air yang lebih keras dari biasanya. “Akhirnya saya berlindung terus kok ada putih-putih besar. Ternyata baru sadar hujan es. Setelah itu langsung saya rekam," ungkap Bonar ketika ditemui media ini di kediamannya.

Hujan es turun dengan berbagai ukuran. Bahkan ada yang cukup besar. Menghujam dengan keras hingga membuat atap rumahnya terlepas. "Besar sekali. Ada sebesar kepalan tangan saya," jelasnya.

Susah Diprediksi

Badan Meteorologi Klimatologi dan Geofisika (BMKG) Samarinda menjelaskan duduk perkara dari hujan es di Samarinda. Secara alami, hujan es adalah fenomena natural dampak dari siklus cuaca. Hujan ditandai dengan hujan lebat disertai kilat atau petir, serta angin kencang berdurasi singkat. Umumnya terjadi pada musim transisi atau pancaroba. Baik dari musim kemarau ke musim hujan atau sebaliknya.

Seperti diungkapkan Riza Arian Noor, kepala BMKG Samarinda, awal hingga akhir November, wilayah Kaltim memasuki musim penghujan. Namun untuk terjadinya fenomena hujan es, tergantung dinamika atmosfer. Yaitu pertumbuhan awan yang tinggi dan didukung labilitas udaranya. Secara alami, hujan es memang memungkinkan di Samarinda. "Kalau memang pertumbuhan awan kumulonimbusnya cukup tinggi dan sudah melewati batas top icing," jelasnya.

Adapun Riza belum mendapatkan informasi pasti terkait anomali cuaca tersebut. BMKG Samarinda saat ini belum memprediksi atau membaca potensi fenomena semacam ini. Belum tersedia fasilitas radar cuaca. Prediksi selama ini diambil berdasar pantauan citra satelit.

"Potensi-potensi ini bisa BMKG deteksi jika memiliki fasilitas radar cuaca. Kebetulan BMKG Samarinda belum punya. Adanya di stasiun di Balikpapan," kata Riza.

Di Indonesia, potensi terjadinya hujan es dengan skala kecil berada di daerah daratan tinggi yang bersuhu dingin. Meski demikian, potensi tersebut sangat jarang terjadi. Memerlukan kondisi-kondisi atmosfer tertentu yang bisa memicu terjadinya hujan es.

Umumnya, cuaca sebelum hujan es melanda adalah udara malam dan pagi yang terasa panas ataupun gerah. Disebabkan radiasi matahari yang cukup kuat. Ditunjukkan nilai perbedaan suhu udara. Disertai kelembaban yang cukup tinggi.

"Jadi pada awal dan akhir November, biasanya memasuki musim penghujan untuk wilayah Kaltim. Karakteristik awal musim memang biasanya seperti itu. Perubahan cuaca signifikan. Apalagi dari panas berubah menjadi hujan," jelas Riza.

Gejala lain munculnya hujan es adalah tumbuhnya awan cumulus atau awan putih berlapis-lapis. Di antara awan tersebut, terdapat satu jenis awan yang mempunyai batas tepi berwarna abu-abu yang sangat jelas. Menjulang tinggi seperti bunga kol.

Tahap berikutnya, awan tersebut cepat berubah warna menjadi abu-abu atau hitam. Yang dikenal dengan awan cumulonimbus. Pertanda lainnya adalah pepohonan di wilayah hujan es terlihat dahan atau ranting yang bergoyang cepat. Terasa juga sentuhan udara dingin di sekitar wilayah tersebut.

"Kalau dilihat pertumbuhan citra satelit di Kaltim, ada beberapa sel awan kumulonimbus yang tentunya berpotensi memicu hujan lebat," pungkasnya. (*)

 

Editor: Bobby Lolowang

folder_openLabel
shareBagikan Artikel Ini


Artikel Terkait


Tinggalkan Komentar