Terkini

Hujan Sedang pun Samarinda Tergenang, Terancam Banjir hingga Awal 2020

person access_time 4 years ago
Hujan Sedang pun Samarinda Tergenang, Terancam Banjir hingga Awal 2020

Hujan selama empat jam pada Jumat dini hari, 13 Desember 2019, membuat sejumlah wilayah di Samarinda kebanjiran. (arditya abdul azis/kaltimkece.id)

Tak perlu hujan ekstrem untuk bikin Samarinda kebanjiran. Situasi ini mesti dihadapi warga Kota Tepian hingga awal tahun depan.

Ditulis Oleh: Arditya Abdul Azis
Jum'at, 13 Desember 2019

kaltimkece.id Banjir ibarat sahabat bagi warga Ibu Kota Kaltim ketika kemarau telah berganti ke musim penghujan. Seperti yang terjadi pada Jumat, 13 Desember 2019. Hujan mengguyur selama empat jam. Genangan terjadi di 18 titik. Tersebar di Kecamatan Sungai Pinang, Samarinda Utara, Palaran dan Loa Janan Ilir.

Sekretaris Badan Penanggulangan Bencana Daerah (BPBD) Kota Samarinda, Hendra AH, mengatakan bahwa laporan pantauan anggotanya di lapangan, titik genangan banjir tertinggi dan terparah terjadi di empat Kecamatan. Ketinggian rata-rata 30 dan 60 sentimeter.

"Dari laporan anggota saya, titik yang paling tertinggi dan terparah. Di Jalan Harun Nafsi, simpang empat Sempaja, dan Simpang pasir. Cuma sebenarnya ini bukan banjir, hanya hujan tinggi, air menggenang. Kecenderungan saat ini sudah surut," ucapnya ketika dikonfirmasi Jumat sore.

Hendra menyebut, banjir diakibatkan intensitas hujan tinggi. Berlangsung selama empat jam pada Jumat dini hari. Banjir sebagian besar menggenang jalan hingga permukiman. Kendati demikian tidak sampai membuat adanya upaya evakuasi. "Tetapi BPBD tetap siaga.”

Curah hujan tinggi yang terus terjadi beberapa hari belakangan, diprediksi berlangsung beberapa bulan ke depan. Kemungkinan banjir berlanjut hingga awal 2020.

Menurut ForCaster BMKG Samarinda, Sutrisno, intensitas hujan di Samarinda Desember ini hingga Januari 2020, diperkirakan cukup tinggi. "Secara umum, bulan Desember terjadi peningkatan curah hujan. Dalam rata-rata curah hujan bulanan, untuk wilayah Samarinda curah hujan yang tertinggi antara Desember dan Januari. Kemudian pada pengujung musim, ada pada April, Mei, hingga Juni," ungkapnya.

Curah hujan dengan intensitas tinggi di daerah pada Jumat pagi tadi, terjadi tidak merata. Intensitas tinggi kali ini terjadi di kawasan Samarinda bagian seberang seperti di Palaran. Kemudian  Samarinda bagian Selatan dan Barat daya.

"Untuk wilayah Samarinda Utara tidak terlalu lebat. Makanya banjir parah hari ini di bagian Samarinda Seberang," kata Sutrisno.

Curah hujan memiliki lima kriteria. Untuk hujan sangat ringan ada pada angka antara 0-5 milimeter. Hujan ringan di angka 5-20 milimeter. Hujan sedang diangka 20-50 milimeter. Hujan lebat 50-100 milimeter. Terakhir di atas 100 milimeter merupakan hujan ekstrem.

Di Samarinda, tidak perlu sampai curah hujan ekstrem untuk memicu banjir. Cukup kategori curah hujan sedang seperti terjadi pada Jumat pagi. "Tadi pagi itu hanya di angka 27 hingga 30 milimeter. Sudah bisa mengakibatkan banjir di Samarinda," ucapnya.

Banyak faktor yang memengaruhi Samarinda mengalami banjir dengan intensitas curah hujan sedang. Di antaranya saluran air tak berfungsi normal. Dengan intensitas hujan 30 milimeter per jam saja, banyak genangan di Samarinda.

"Kemudian hujan hampir merata di seluruh wilayah Samarinda. Jadi jumlah air sangat banyak. Dengan asumsi 1 milimeter itu, setara dengan dengan 1 liter air meter persegi," jelasnya.

Dijelaskan Sutrisno, 1 milimeter setara dengan 1 liter air yang tertampung dalam luasan 1 meter persegi. Dengan memiliki ketebalan atau ketinggian 1 mili, yang setara dengan 1 liter air. Hitungan itu kemudian terakumulasi dari air yang terkumpul dalam luasan satu meter persegi.

"Jadi kalau luasan Samarinda sekitar 718 kilometer. Kemudian dikali satu juta meter persegi. Misalnya dalam hujan 27 milimeter merata di seluruh Samarinda, jadi akan ketahuan jumlah airnya. Tinggal dihitung saja."

Intensitas dengan curah hujan sedang, dijelaskannya, akan terjadi pada Desember hingga Januari. Kemudian hujan dengan intensitas tinggi serta curah hujan lebat biasa terjadi pada bulan April, Mei dan Juni.

"Antisipasinya dengan terjadi peningkatan curah hujan ini, baiknya seluruh sarana pembungaan air bisa dibenahi. Jadi dalam bulan-bulan ini, kita akan lebih sering mengalami genangan banjir, karena hujan yang terjadi intensitas lebih tinggi dari bulan-bulan lainnya di musim penghujan," tutupnya. (*)

 

Editor: Bobby Lolowang

folder_openLabel
shareBagikan Artikel Ini


Artikel Terkait


Tinggalkan Komentar