Terkini

Jembatan Teluk Balikpapan Bisa Tembus Rp 18 Triliun, Jalan Tol Hampir 100 Persen

person access_time 4 years ago
Jembatan Teluk Balikpapan Bisa Tembus Rp 18 Triliun, Jalan Tol Hampir 100 Persen

Salah satu segmen jalan tol Balikpapan-Samarinda. (Jasa Marga Balikpapan)

Sejumlah proyek raksasa di Kaltim terus bergulir. Kepindahan ibu kota negara ke provinsi ini memegang peranan penting.

Ditulis Oleh: Nalendro Priambodo
Selasa, 10 September 2019

kaltimkece.id Ibu kota negara (IKN) yang menuju Kaltim berimbas ke proyek infrastruktur di Bumi Etam. Terutama proyek jembatan tol penghubung Penajam Paser Utara (PPU) dan Balikpapan. Infrastruktur tersebut berpotensi jadi akses penting. Penghubung pusat pemerintahan negara dengan kota lainnya. Begitu pula jalur bebas hambatan Balikpapan-Samarinda yang diprediksi rampung akhir 2019.

Kepala Badan Pengatur Jalan Tol (BPJT), Danang Parikesit, mengungkapkan proses tender proyek Jembatan Teluk Balikpapan yang tengah berlangsung. Belum bisa dipastikan nilai investasi final. Angka yang diajukan masih beragam. "Kalau semisal ada kejelasan tahun depan, sudah bisa dimulai (pekerjaan)," kata Danang, dikonfirmasi Selasa, 10 September 2019.

Dari informasi yang dihimpun, anggaran pembangunan Jembatan Tol Teluk Balikpapan diperkirakan membengkak. Mencapai Rp 5 triliun dari perencanaan awal. Diketahui, pada Februari 2019 terjadi peningkatan investasi pembangunan sekitar Rp 10—11 triliun. Dipicu perubahan desain proyek.

Antara Maret-Juli 2019, nilai investasi melonjak lagi. Menjadi Rp 15—16 triliun. Latar belakangnya perubahan panjang bentang jembatan. Diperkirakan 7,6 kilometer, ditambah jalan pendekat, panjangnya mencapai 11,75 kilometer. Adapun tinggi jembatan dari permukaan laut tertinggi diprediksi 50 meter.

Baca juga:
 

Sebagai pembanding, rekor jembatan terpanjang di Indonesia masih dipegang Jembatan Nasional Suramadu. Jembatan yang menghubungkan Surabaya dan Pulau Madura itu memiliki panjang 5,4 kilometer. Jika Jembatan Tol Teluk Balikpapan terbangun, rekor itu bakal terpecahkan.

Nantinya pengelolaan Jembatan Tol Teluk Balikpapan serupa dengan Suramadu. Dibentuk badan usaha yang bertugas menarik retribusi tol dan perawatan. Penawar terbaik akan diberi konsesi pengelolaan. Meski demikian, belum diketahui berapa tarif retribusi melewati fasilitas itu. Penghitungan harus mengacu biaya investasi.

Sebagai gambaran, sebelum diputuskan menjadi jalan tol umum dan gratis oleh Presiden Joko Widodo pada Oktober 2018, ada tarif yang dikenakan Jembatan Tol Suramadu. Mencapai Rp 15-45 ribu dalam lima golongan.

Tembus Rp 18 Triliun

Gubernur Kaltim Isran Noor mengungkapkan keyakinannya dengan proyek tersebut. Ia menyadari infrastruktur ini menunjang konektivitas ibu kota negara dengan kota lain. "Jembatan tol akan tetap dibangun," kata Isran Noor di Kegubernuran Kaltim, Senin, 9 September 2019.

Proyek tersebut diinisiasi PT Waskita Karya (WIKA) melalui anak usahanya, PT Waskita Tol Road sekitar 2017. Meski diserahkan kepada investor, Pemkot Balikpapan, Pemkab PPU, dan Pemprov Kaltim kemungkinan dilibatkan. "Walau memang nilai partisipasinya enggak begitu besar," ujar Isran.

Berdasarkan skema awal yang disusun PT Waskita, partisipasi dari pemerintah daerah adalah 40 persen.Pemprov Kaltim 20 persen, Pemkab PPU 15 persen, dan Pemkot Balikpapan 5 persen. Sisanya dari PT Waskita Tol Road.

Walaupun tak spesifik, informasi yang diterima Isran, ada kenaikan investasi total pembangunan Jembatan Tol Teluk Balikpapan. Berkaitan desain dan konstruksi. "Kemungkinan nilai proyeknya sekitar Rp 18 triliun," ungkapnya.

Tol Balsam Oktober 2019

Infrastruktur lain penunjang konektivitas di Kaltim segera beroperasi. Adalah Jalan Tol Balikpapan-Samarinda. Dikelola anak usaha Jasa Marga. Hingga September 2019, progres jalan bebas hambatan pertama di Kalimantan itu hampir 100 persen.

Seperti disebutkan Kepala BPJT Kementerian Pekerjaan Umum dan Perumahan Rakyat (PUPR), Danang Parikesit. Jalan tol disebutnya segera digunakan akhir Oktober 2019. "Saat ini progres konstruksi seluruhnya mencapai 97 persen," kata Danang.

Jalan tol Balikpapan-Samarinda memiliki total panjang 99,350 kilometer. Terdiri dari lima seksi. Yaitu Seksi V ruas Balikpapan (Km 13)–Sepinggan (11,500 kilometer), Seksi I ruas Balikpapan (kilometer 13)–Samboja (22,025 kilometer), Seksi II ruas Samboja–Muara Jawa (30,975 kilometer ), Seksi III Muara Jawa–Palaran (17,300 kilometer), dan Seksi IV Palaran–Samarinda (17,550 kilometer).

Danang optimistis Seksi II hingga Seksi IV Palaran dioperasikan secara fungsional akhir Oktober. Sementara Seksi V dan I sebagai dukungan konstruksi pemerintah, masih memiliki beberapa pekerjaan rumah. Ditargetkan beroperasi akhir 2019.

Jalan tol yang memiliki investasi sebesar Rp9,9 triliun tersebut merupakan salah satu Proyek Strategis Nasional (PSN). Dari lima seksi jalan tol, pemerintah memberikan dukungan konstruksi di Seksi V dan Seksi I dengan total panjang 33,115 kilometer.

Sementara Seksi II hingga seksi IV sepanjang 66,235 Km, pembangunannya menggunakan dana dari Badan Usaha Jalan Tol (BUJT) yaitu PT Jasamarga Balikpapan Samarinda (JBS).

Pembangunan jalan tol diharap meningkatkan infrastruktur dan pengembangan kawasan ekonomi terpadu. Salah satunya, terhubungnya jalan tol langsung ke Bandara Internasional Sultan Aji Muhammad Sulaiman, Sepinggan.

Direktur Utama PT JBS STH, Saragi, optimistis memenuhi target jumlah kendaraan yang melintasi Jalan Tol Balikpapan-Samarinda per harinya. Sebab, Samboja sebagai daerah yang dilewati tol resmi menjadi bagian ibu kota negara baru. “Saat ini kami menargetkan sekitar 10 ribu kendaraan melewati jalan tol itu setiap harinya,” jelas Saragi lewat keterangan pers yang diterima kaltimkece.id. (*)

 

Editor: Bobby Lolowang

folder_openLabel
shareBagikan Artikel Ini


Artikel Terkait


Tinggalkan Komentar