Terkini

Perjalanan Petani Perempuan dari Berau yang Jantungnya Bocor, Berobat Tanpa Biaya, Tiga Hari Tidur di Terminal

person access_time 3 years ago
Perjalanan Petani Perempuan dari Berau yang Jantungnya Bocor, Berobat Tanpa Biaya, Tiga Hari Tidur di Terminal

Uriana Lencau menderita jantung bocor sejak masih balita. (samuel gading/kaltimkece.id)

Uriana Lencau sempat membiarkan penyakitnya bertahun-tahun karena tak punya biaya.

Ditulis Oleh: Samuel Gading
Senin, 22 Februari 2021

kaltimkece.id Uriana Lencau sedang mencangkul di kebun ketika dadanya diserang nyeri yang begitu hebat. Pandangannya mulai berkunang-kunang. Rasa sakit menusuk sampai ke punggung. Perempuan 42 tahun itu pun jatuh dan terduduk. Di atas ladang padi di Desa Bena Baru, Kecamatan Sambaliung, Berau, kaki Uriana berlumuran lumpur.

April 2020, ketika hari sedang panas-panasnya, Uriana menyadari bahwa sakit itu bersumber dari penyakit lama yang kambuh. Pada 2009, ia divonis mengalami atrial septal defect atau sekat serambi jantung berlubang saat memeriksakan diri di RSUD Abdul Rivai Berau. Menurut dokter, Uriana mengidap kondisi ini sedari balita. Uriana tak bisa berbuat banyak karena tidak memiliki biaya. Penyakit itu didiamkan bertahun-tahun. Lagi pula, ia tidak ingin meninggalkan anak satu-satunya sendirian karena suaminya telah meninggal dunia pada awal 2018.

"Saya akhirnya ke Samarinda pada Agustus 2020. Bawa pakaian dan uang seadanya. Anak saya, masih 12 tahun, saya bawa," tutur Uriana Lencau kepada reporter kaltimkece.id, Senin, 22 Februari 2021, di Samarinda.

Setibanya di Samarinda, Uriana tidak tahu harus tinggal di mana. Ia tak punya seorang keluarga pun di Kota Tepian. "Akhirnya, saya tidur di terminal selama tiga hari," jelasnya.

Pada saat itu, Uriana diarahkan dan diizinkan tinggal di Rumah Singgah Sementara di Jalan Dr Sutomo, Kelurahan Sidodadi, Samarinda. Di rumah kayu tersebut, Uriana mendapat tempat tinggal dan makanan. Semua disediakan relawan meski masih seadanya. Selama tujuh bulan, Uriana bolak-balik Samarinda-Berau untuk berobat di RSUD Abdoel Wahab Sjahranie. Ongkosnya tak sedikit. Uriana mengaku, mendapat bantuan dari kebaikan keluarga, warga desa, dan gereja. 

Operasi di Jakarta

Uriana menerima kabar kelam. Tim dokter yang ditugaskan memeriksa jantungnya menyatakan, tidak siap mengoperasi. Lubang di sekat serambi jantung sudah terlampau besar. Uriana dirujuk ke Rumah Sakit Jantung dan Pembuluh Darah Harapan Kita di Jakarta.

"Saya bilang, saya tidak punya biaya. Akhirnya rumah sakit memberi saya surat rujukan yang berlaku satu bulan," terangnya.

Uriana jelas pusing bukan kepalang. Untuk tiket berangkat saja, ia harus merogoh kocek Rp 2,5 juta. Belum lagi biaya tinggal di sana. Padahal, untuk bertahan hidup saja, dia sudah tidak punya uang.

"Saya hanya bisa pasrah," lanjut Uriana dengan mata berkaca-kaca.

Kesusahan Uriana didengar Ketua Rumah Singgah Sementara, Setiawan, 39 tahun. Lelaki yang bekerja sebagai peternak kambing itu memutar otak mencarikan biaya. Solusi akhirnya ditemukan. Dia dan delapan relawan lain sepakat menceritakan kisah dan kabar Uriana ke berbagai media sosial. "Kami mencoba viralkan. Siapa tahu ada hamba Allah memberikan bantuan," terang laki-laki berjanggut itu.

Mukjizat Itu Nyata

Setiawan dan relawan akhirnya mengunggah kisah dan kondisi Uriana pada Minggu malam, 21 Februari 2021, pukul 20.00 Wita, ke berbagai media sosial seperti Facebook, Instagram, dan WhatsApp. Tidak disangka, kurang dari 24 jam, bantuan tiba. Keesokan paginya, seseorang yang tidak ingin disebutkan namanya bersedia membayar rapid test antigen Uriana dan anaknya. "Termasuk membeli dua tiket, nilainya Rp 2,5 juta," terang Setiawan.

Uriana dipastikan berangkat ke Jakarta, Rabu, 24 Februari 2021, pukul 10.00 Wita. Ia hanya perlu biaya tambahan untuk kebutuhan selama di ibu kota negara. "Untuk biaya tinggal di Jakarta, saya berkoordinasi dengan salah satu rumah tinggal di sana. Mudahan bisa dibantu juga," kata Setiawan. Ia berharap, bantuan untuk Uriana terus berdatangan. Lagi pula, masih banyak yang diperlukan seperti pakaian dan biaya menetap di Jakarta.

"Tidak masalah jumlahnya kecil atau besar. Yang penting, bisa membantu Ibu Uriana," harapnya. (*)

 Editor: Bobby Lolowang

folder_openLabel
shareBagikan Artikel Ini


Artikel Terkait


Tinggalkan Komentar