Terkini

Samarinda Terus Tergenang, Syaharie Jaang Bandingkan dengan Banjir DKI Jakarta

person access_time 4 years ago
Samarinda Terus Tergenang, Syaharie Jaang Bandingkan dengan Banjir DKI Jakarta

Situasi banjir di Jalan Dr Sutomo, Rabu siang, 14 Januari 2020. (wahyu musyifa/kaltimkece.id)

Samarinda masih siaga banjir. Proyek-proyek pengendali terhambat pelaksanaannya.

Ditulis Oleh: Arditya Abdul Azis
Kamis, 16 Januari 2020

kaltimkece.id Banjir masih menggenang Samarinda. Perumahan Bengkuring di Samarinda Utara menjadi titik terparah. Paling lama surutnya. Meski demikian, Wali Kota Syaharie Jaang merasa belum perlu menetapkan status tanggap darurat.

Status banjir Samarinda tetap di level siaga. Pemkot Samarinda masih menunggu hasil rapat untuk menetapkan status terbaru situasi kota ini. “Saya masih menunggu advise (nasihat) dari mereka (instansi-instansi terkait),” sebut Wali Kota Samarinda Syaharie Jaang saat meninjau banjir, Rabu, 15 Januari 2020. “Statusnya nanti dievaluasi. Karena ada ketentuan teknis. Kami akan cepat mengambil keputusan,” lanjutnya.

Meski memiliki kemiripan, baik dari ketinggian dan lokasi genangan, Jaang menilai banjir saat ini berbeda dengan situasi Juni 2019. "Semoga saja Sungai Mahakam tidak pasang sehingga air bisa turun," kata Jaang.

Saat ini sudah dua dapur umum didirikan. Satu milik TNI di Perumahan Bengkuring, satu lainnya dari Dinas Sosial Kaltim, di Jalan DI Panjaitan.

DKI Saja Banjir

Nyaris dua dekade sudah Jaang di kursi kepala daerah. Dari dua periode wakil wali kota, dilanjut dua periode wali kota. Tapi dari dulu hingga sekarang, banjir masih persoalan. Jaang tidak takut dinilai gagal. Masyarakat dipersilakan memberikan penilaian.

Ia lalu menyinggung DKI Jakarta yang belum lama ini juga banjir besar. Padahal berstatus ibu kota. Ditunjang pula fasilitas maupun sumber daya manusia yang lebih andal. “Kami berupaya mengurangi. Mengendalikan,” lanjutnya.

Pemkot Samarinda ditegaskan tak tinggal diam. Sedang dibuat gorong-gorong besar berukuran lebar 6 meter dan tinggi 2,5 meter. Dibangun di persimpangan Jalan Gunung Lingai-Jalan DI Panjaitan, Samarinda Utara. “Memang belum berfungsi dengan baik karena belum selesai. Harapannya kalau itu selesai bisa mengurangi banjir,” sebut Jaang.

Langkah lain adalah normalisasi Sungai Karang Mumus (SKM). Sayangnya, kegiatan tersebut masih terhambat. Diadang dampak sosial. Warga bantaran sungai perlu direlokasi.

Padahal Pemkot mendapatkan dana dari pemerintah pusat. Digelontorkan untuk normalisasi bantaran SKM sisi Pasar Segiri. Setelah relokasi, kawasan bantaran sungai bakal diturap. Dari agenda yang mengemuka itu, Jaang meyakini banjir Samarinda teratasi 40-50 persen.

"Uangnya sudah ada dari BWS (Balai Wilayah Sungai) untuk mengerjakan 300 meter turap," kata Jaang. Sayangnya, dana yang tersedia belum dapat digunakan. Terbentur pemberian dana kerohiman bagi warga relokasi. Pemberian hanya memungkinkan jika pengerjaan tersebut berstatus proyek strategis nasional atau PSN. Pemkot mengajukan normalisasi SKM masuk PSN pada Juni 2019.

Menunggu usulan terjawab, Jaang sempat meminta penurapan dilakukan terlebih dahulu di bantaran SKM sisi Kelurahan Gunung Lingai. Tapi opsi itu juga sulit terwujud. "Tidak bisa dikerjakan setengah-setengah. Misalnya diturap 10 meter kemudian 20 meter pindah, itu tidak ada arti," keluhnya.

Jaang berharap usulan ke PSN segera diterima. Relokasi permukiman bantaran SKM kawasan Pasar Segiri kunci pengurangan banjir Kota Tepian. Badan sungai di kawasan itu telah menyempit. Lebarnya dulu 40 meter. Kini tersisa 5 meter. "Kadang-kadang air di Jembatan 1 dan 2 di Kelurahan Sungai Dama sudah turun, di sana lamban," ucapnya.

Pemkot mendapatkan Rp 5 miliar untuk relokasi warga. Sedangkan dana penurapan mencapai Rp 16 miliar. Masih ada lagi Rp 20 miliar untuk pengerukan Waduk Benanga. “Tempat pembuangan sedimentasi sudah ada. Hanya saja permasalahan di awal tahun, kami persiapkan tender, sudah meminta cepat diselesaikan, ternyata terkendala itu (dana kerohiman)."

Saat ini Pemkot menyiapkan alokasi Rp 5 miliar untuk bantuan korban banjir. Disiapkan melalui dana on call. Penyalurannya menunggu situasi kota masuk kategori tanggap darurat. Sementara ini yang telah disalurkan berasal dari Dinas Ketahanan Pangan Samarinda. Berupa kebutuhan konsumsi serta sayur mayur dan lauk. Ada juga beras 5 ton.

Masih Siaga

Wali Kota turut meninjau Bendungan Benanga pada hari yang sama. Saat didatangi, Tinggi Muka Air (TMA) bendungan mengalami penurunan. Berada di angka 66 sentimeter namun tetap terbilang tinggi.

Hingga Rabu sore, banjir masih menggenang permukiman maupun jalanan di berbagai titik. Dari data Badan Penanggulangan Bencana Daerah (BPBD) Samarinda, sebanyak 7.213 jiwa dari 2.529 kepala keluarga (KK) terdampak. Tersebar di enam kelurahan. Masuk wilayah tiga kecamatan. Yakni Samarinda Utara, Sungai Pinang, dan Sambutan.

Sekretaris BPBD Samarinda Hendra AH merincikan data tersebut melalui tinjauan lokasi dan koordinasi kelurahan serta relawan.  Total lokasi terendam banjir sejak Selasa, 14 Januari 2020, ada di 20 titik jalan, gang, dan permukiman.

Warga terjebak banjir terus dievakuasi. Longsor dilaporkan juga terjadi di tujuh titik. Tidak ada korban jiwa akibat musibah tersebut.

Dari rapat Rabu sore dengan wali kota, status banjir Samarinda masih kategori siaga. Dana bantuan baik obat-obatan hingga makanan tetap disiagakan. Hanya dicairkan jika situasinya sudah tanggap darurat. "Kami pantau terus kondisi banjirnya. Apakah air terus naik atau turun," tutupnya. (*)

 

Editor: Bobby Lolowang

folder_openLabel
shareBagikan Artikel Ini


Artikel Terkait


Tinggalkan Komentar