Terkini

Sempat Salat dengan Polisi, Demonstran Bertahan hingga Malam sebelum Dibubarkan Samurai

person access_time 5 years ago
Sempat Salat dengan Polisi, Demonstran Bertahan hingga Malam sebelum Dibubarkan Samurai

Salah seorang pengunjuk rasa berdiri di depan pagar DPRD Kaltim, (Wahyu Musyifa/kaltimkece.id)

Massa kali ini tak sebanyak sebelumnya. Tapi tensi tetap panas seperti biasa.

Ditulis Oleh: Arditya Abdul Azis
Senin, 30 September 2019

kaltimkece.id Aliansi Kaltim Bersatu kembali mengepung Kantor DPRD Kaltim, di Jalan Teuku Umar, Karang Paci, 30 September 2019. Aksi kali ini berlangsung hingga malam. Hingga mengundang reaksi keras dari sekelompok warga.

Aksi digelar masih sebagai penolakan Undang-Undang Komisi Pemberantasan Korupsi (UU KPK) yang telah direvisi serta Rancangan UU KUHP. Seperti demonstrasi sebelumnya, massa mulai berkumpul di Islamic Center, Jalan Slamet Riyadi, sekitar pukul 10.10 Wita.

Di lokasi kumpul tersebut, jajaran Polresta Samarinda dan TNI mengamankan 27 pelajar SMK. Ketahuan hendak mengikuti unjuk rasa. Para pelajar kemudian digiring ke masjid Polresta Samarinda. Dilakukan pendataan dan pemeriksaan.

Dari hasil pemeriksaan itu, polisi menemukan di antaranya yang bukan lagi pelajar. Mengaku hanya ikut-ikutan. Ada yang tubuhnya dipenuhi tato. "Diajak teman ikut demo. Saya bolos. Tadi dijemput teman langsung ke Islamic Center," sebut seorang pelajar kepada kaltimkece.id.

Kasat Reskrim Polresta Samarinda, AKP Damus Asa, menjelaskan pengamanan pelajar tersebut berkaitan surat edaran Menteri Pendidikan dan Kebudayaan Muhadjir Effendy. Juga telah ditindaklanjuti pemerintah daerah. Surat Edaran 9/2019 tentang Pencegahan Keterlibatan Peserta Didik dalam Aksi Unjuk Rasa karena Berpotensi Kekerasan.

Selain surat edaran, pihaknya mengamankan anak-anak tersebut karena tidak memiliki izin dari sekolah maupun orangtua. Rata-rata berasal dari Loa Janan, Kutai Kartanegara, dan kawasan Samarinda. Dari 27 yang diamankan, 22 berstatus pelajar SMK dan SMP. Lima di antaranya bukan pelajar lagi.

Menurut Humas Aksi Aliansi Kaltim Bersatu, Yohanes Richardo, aparat tak hanya mengamankan pelajar dalam upaya meredam gelombang unjuk rasa. Sejumlah mahasiswa disebut turut diamankan. Yakni beberapa demonstran dari Kampus Institut Agama Islam Negeri Samarinda, Politeknik Pertanian dan Politeknik Negeri Samarinda. Polisi diklaim meminta kelompok mahasiswa tersebut untuk tak terlibat aksi.

Redakan dengan Salawatan

Senin, 30 September 2019, demonstran mulai memenuhi di titik kumpul sejak pagi. Baru bergerak menuju Kantor DPRD Kaltim sekitar pukul 13.00 Wita. Tiba sekitar pukul 13.31 Wita, pengunjuk rasa sudah disambut kawat berduri. Bahkan jajaran Polresta Samarinda mengenakan songkok hingga serban putih. Sedangkan para polwan berkerudung putih. Semuanya berdiri tegak di depan gerbang DPRD Kaltim. Berjaga sambil melantunkan salawat.

Nuansa agamais jadi cara lain meredam massa dari tindak vandal. Personel dengan seragam lengkap serta kendaraan anti huru-hara tetap disiagakan. Sebanyak 1050 personel gabungan Polri dan TNI dikerahkan.

Selama pengunjuk rasa berorasi, kepolisian terus membalas dengan salawat. Menurut Kasubbag Humas Polresta Samarinda, Ipda Danovan, metode tersebut dilakukan sejumlah polres daerah lain. Bertujuan mendinginkan tensi demonstrasi. "Harapannya, mereka (demonstran) bisa ikut serta salawatan," jelasnya.

Ditolak Masuk

Delapan tuntutan dikemukakan massa dalam unjuk rasa kali ini. Yakni mendesak presiden secepatnya mengeluarkan perppu UU KPK. Juga menolak segala UU yang melemahkan demokrasi. Pengunjuk rasa juga menolak TNI dan Polri menempati jabatan sipil dan tuntutan dibebaskannya aktivis pro-demokrasi.

Tuntutan lain adalah menghentikan militerisme di tanah Papua, menuntaskan pelanggaran HAM serta mengadili para penjahatnya. Termasuk yang duduk di lingkaran kekuasaan.

Massa juga menuntut dihentikannya tindakan represif TNI, POLRI, dan ormas reaksioner terhadap gerakan rakyat. Selain itu, mengadili, mendenda, menghukum penjara, hingga mencabut izin korporasi pelaku pembakar lahan.

Di luar delapan tuntutan itu, massa masih menargetkan dapat menduduki kantor DPRD Kaltim. Bermaksud membacakan tuntutan di lingkungan DPRD Kaltim. "Kami kembali membawa brand mosi tidak percaya. Apabila mengajak negosiasi, mediasi, dan audiensi, kami menolak. Mereka telah membuat kebijakan yang tidak berpijak kepada rakyat," ucap Yohanes Richardo.

Dari pantauan media ini, massa tak sebanyak aksi sebelumnya. Aliansi Garuda Mulawarman yang membawahi sejumlah lembaga mahasiswa di Universitas Mulawarman, memutuskan menarik diri setelah aksi 26 September 2019.

"Namun dengan keluarnya mereka dari aliansi, tak menurunkan semangat kami untuk turun aksi. Massa kami tetap banyak dan masih antusias," tambahnya. Sekitar pukul 14.00 Wita, massa berhasil menyingkirkan kawat berduri di depan kantor DPRD Kaltim. Hingga bisa saling berhadapan dengan aparat yang memasang jajaran polwan di posisi terdepan. Demonstran membalas dengan mengerahkan mahasiswi di barisan depan.

Setelah satu jam berorasi, sekitar pukul 14.20 Wita, massa ditemui empat anggota DPRD Kaltim. Yakni Rusman Yaqub dari PPP, Syafruddin dari PKB, Sarkowi V Zahry dari Golkar, dan Maskur Syarmian dari PKS. Rusman Yaqub dan Sarkowi, juga Syafruddin, mendatangi mahasiswa dan naik ke mobil pikap panggung orasi. Tapi anggota dewan tak diberi kesempatan bicara. Rusman dan Sarkowi yang sempat naik, memutuskan turun. Saat hendak masuk kembali ke kawasan Kantor DPRD Kaltim, massa membuat barikade. Tiga anggota dewan tersebut dikurung. Aksi memanas dan nyaris ricuh. "Jangan kasih jalan," teriak orator.

Beberapa personel polisi dan satpam segera keluar barisan. Menjemput tiga wakil rakyat di kerumunan. Sempat terjadi aksi saling dorong. Hingga ketiganya lolos dari kurungan dan masuk areal DPRD Kaltim.

Sekitar pukul 14.50 Wita dari dalam gedung, Syafruddin bicara menggunakan pengeras suara milik Polresta Samarinda. Ia meminta diberi ruang mediasi. Tapi massa menolak. Meneriaki legislator dari PKB tersebut pembohong.

Anggota dewan juga mempersilakan perwakilan 30 mahasiswa masuk gedung DPRD untuk mediasi. Tapi juga tak direspons.  Mahasiswa tetap dengan pendiriannya, menduduki kantor DPRD Kaltim. "Kami berikan waktu hingga pukul 18.00 Wita. Kami mengajak untuk audiensi di dalam. Akan kami tanda tangani dan teruskan. Kami menerima mahasiswa untuk berdialog. Tapi bila mereka tidak ingin, kami akan kembali masuk," ucap Rusman Yaqub.

Setelah anggota DPRD meninggalkan pengunjuk rasa, massa beristirahat dan melaksanakan salat ashar berjamaah. Para polisi ikut berbaur dalam ibadah tersebut.

Kedatangan Pelajar

Setelah sempat lengang, Jalan Teuku Umar kembali dipenuhi lautan massa. Makin ramai karena pelajar SMK ikut bergabung. Massa demonstran kembali besar. Perwakilan pelajar bahkan diberi panggung orasi.

Hingga waktu menunjukkan pukul 17.18 Wita, massa di depan gerbang mulai maju dan berusaha masuk. Polisi dengan serban dan kerudung putih dipukul mundur. Petugas segera masuk halaman DPRD Kaltim. Gerbang langsung ditutup. Massa berusaha merobohkan gerbang setinggi empat meter tersebut tapi gagal.

Sekitar pukul 17.30 Wita, demonstran akhirnya terpecah dua bagian. Mengepung bagian lain pintu masuk DPRD Kaltim. Sebagaimana aksi sebelumnya, massa berusaha mendobrak gerbang di sisi kanan. Peringatan tembakan langsung diletuskan aparat. Meriam air juga disemburkan. Satu per satu demonstran tumbang. Segera digotong keluar barisan.

Pukul 18.00 Wita, waktu berdemo telah habis. Tapi massa masih bertahan. Terus berusaha memasuki kantor dewan. Beberapa kali aksi lempar batu terjadi. Sedangkan upaya merobohkan pagar tetap tak berjalan mulus.

Baca juga:
 

Setelah setengah jam, aparat kembali mengambil tindakan. Gas air mata ditembakkan ke udara. Massa kocar-kacir. Terhitung 14 tembakan dilepaskan. Jalan Teuku Umar sampai dipenuhi kabut. Massa lagi-lagi berjatuhan.

Seluruhnya langsung digotong ke rumah sakit dan klinik terdekat. Rata-rata mengalami sesak napas hingga jatuh pingsan. Tak sedikit mendapatkan luka di bagian kepala akibat lemparan batu dari kawasan DPRD Kaltim.

Setelah asap mereda, massa kembali berkumpul di Jalan Teuku Umar. Pengunjuk rasa yang kesal membalas dengan lemparan batu. Sebagian meluapkan dengan membakar sampah. Gas air mata terus ditembakkan petugas.

Massa yang terus tertekan, memilih berkumpul di simpang tiga Jalan Tengkawang. Sekitar pukul 19.00 Wita, akses sekitar ditutup. Gas air mata terus ditembakkan. Situasi ini berlangsung hingga pukul 20.42 Wita.

Sekitar pukul 21.00 Wita, demonstran didatangi segerombolan orang tak dikenal. Ramai-ramai mengatasnamakan warga sekitar. Datang membawa senjata tajam serupa pedang katana bak seorang samurai. Sebagian lagi membawa balok. Sambil mengacungkan senjata tersebut, gerombolan orang itu meminta massa membubarkan diri. "Bubar kalian! Kami warga sini mau istirahat. Bubar kalian," teriak salah seorang dari gerombolan itu.

Korlap aksi melalui pengeras suara meminta massa mundur. Perlahan, demonstran yang tak ingin berurusan dengan kelompok pembawa senjata, membubarkan diri.

Pukul 21.30 Wita, pengunjuk rasa bubar seluruhnya. Polisi terpantau tetap berjaga hingga pukul 22.15 Wita. (*)

 

Editor: Bobby Lolowang

folder_openLabel
shareBagikan Artikel Ini


Artikel Terkait


Tinggalkan Komentar