Balikpapan

Kisah Suami-Istri Membangun Usaha Mantau

person access_time 1 year ago
Kisah Suami-Istri Membangun Usaha Mantau

Sejumlah orang tengah membuat mantau khas Balikpapan. FOTO SEPTIANUS HENDRA

Bekas karyawan perusahaan tambang emas ini memulai usaha dengan modal Rp 3 juta. Kini, ia punya dua cabang dan 10 karyawan berkat kudapan khas Balikpapan.

Ditulis Oleh: Septianus Hendra
Sabtu, 20 Mei 2023

kaltimkece.id Libur kerja Kayin Fauzi sudah di pengujung masa akhir. Sebelum hari itu tiba, pria yang bekerja di sebuah perusahaan tambang emas di Kelurahan Puruk Cahu, Kabupaten Murung Raya, Kalimantan Tengah, itu teringat sesuatu. Koleganya berpesan agar Kayin membawakan kudapan khas Balikpapan saat kembali bekerja.

Suatu hari pada 2007 itu, Kayin dilanda kebingungan. Ia nyaris tak tahu makanan apa yang menjadi ciri khas tempat tinggalnya tersebut. Sempat terlintas di benaknya mengenai amplang. Akan tetapi, pikiran tersebut segera dibuangnya jauh-jauh. Pasalnya, kerupuk berbahan daging ikan itu dapat ditemui di hampir semua daerah di Kalimantan.

Kayin lantas mediskusikan kudapan khas Balikpapan kepada istrinya, Rusmianie, yang jago membuat kue. Sang istri menawarkan membuat mantau khas Balikpapan. Tanpa membuang waktu, Kayin setuju dengan ide tersebut. Mereka lantas bersama-sama membuat penganan berbahan baku tepung terigu tersebut.

Kayin akhirnya kembali bekerja dengan membawa beberapa mantau buatan istrinya. Si pemesan disebut amat menyukai makanan ringan tersebut. Hal ini memunculkan ide baru di benak Kayin. Ia berencana menjadikan mantau sebagai oleh-oleh khas Balikpapan untuk dikomersialkan.

“Pada 2007 itu juga, kami (Kayin dan istrinya) memproduksi mantau dalam jumlah banyak dan menjualnya,” cerita pria berusia 55 tahun itu kepada kaltimkece.id, Jumat, 19 Mei 2023.

Kayin lantas berhenti bekerja agar bisa fokus mengembangkan usahanya. Ia bersama istrinya kemudian membuka toko di Jalan Ahmad Yani, Balikpapan Tengah. Usahanya itu diberi nama Pondok Mantau. Produksi mantau waktu itu terbatas. Mereka hanya mengandalkan mixer, blender, kompor, serta wadah mengukus yang sudah dimiliki sebelumnya.

Menikmati mantau semakin sedap dengan cocolan seperti capit kepiting lada hitam. FOTO SEPTIANUS HENDRA

Membuat mantau disebut sama seperti membuat roti. Kayin menjelaskan, tepung terigu dan beberapa bahan diaduk menggunakan mixer hingga halus. Adonannya kemudian dipotong-potong berbentuk bulat atau sesuai keinginan lalu didiamkan hingga mengembang. Setelah itu, adonan siap dikukus.

“Proses pembuatanya berlangsung selama dua jam,” jelasnya.

Sejak pertama kali dipasarkan, mantau buatan Kayin dan Rusmianie disukai banyak orang. Kayin mengatakan, penjualan mantaunya lebih ramai pada akhir pekan dan tanggal merah. Mereka pun membuka satu cabang lagi dan menambah karyawan. Saat ini, mereka memiliki 10 karyawan. Enam karyawan dipekerjakan di toko Jalan Ahmad Yani. Toko tersebut sekaligus sebagai rumah produksi mantau.

Kayin menyebutkan, modalnya membuka usaha tersebut adalah Rp 3 juta. Kini, ia dan Rusmianie memproduksi mantau sebanyak 1.000 buah per hari. Harganya bervariasi, dari Rp 45 ribu hingga Rp 90 ribu per kotak. Satu kotak berisi 10 mantau. “Rasanya manis, gurih, dan lembut. Rasanya semakin istimewa jika dipadu dengan olahan daging sapi dan lada hitam,” ucapnya.

Kayin Fauzi dan istrinya, Rusmianie, pemilik Pondok Mantau di Balikpapan. FOTO SEPTIANUS HENDRA

Pondok Mantau menyediakan berbagai cocolan untuk menyantap mantau. Cocolan tersebut seperti sapi lada hitam, capit kepiting lada hitam, ayam lada hitam, dan jamur lada hitam. Hal ini dilakukan untuk menyediakan berbagai varian mantau dan menyelaraskan selera konsumennya.

“Yang terbaru, sesuai permintaan pelanggan setia kami, ada mantau gandum,” bebernya.

Pondok Mantau pernah diliput berbagai media nasional dan mancanegara seperti Delicious Work Time dan Astro TV Malaysia. Kayin berharap, usahanya dikenal masyarakat luas. “Kami akan terus berinovasi dengan menghadirkan menu-menu baru,” pungkasnya. (*)

shareBagikan Artikel Ini


Artikel Terkait


Tinggalkan Komentar