Ekonomi

Bontang, Kota Keempat Se-Indonesia dengan Penduduk Terbanyak yang Miliki Mobil, Mengapa Bisa?

person access_time 4 years ago
Bontang, Kota Keempat Se-Indonesia dengan Penduduk Terbanyak yang Miliki Mobil, Mengapa Bisa?

Fasilitas produksi PT Pupuk Kaltim, satu dari dua perusahaan yang memengaruhi perekonomian Bontang.

Bontang adalah kota keempat di Indonesia dengan kepemilikan mobil tertinggi. Hanya di bawah Tangerang Selatan, Badung, dan Palangkaraya, berikut penjelasannya.

Ditulis Oleh: Fel GM
Rabu, 03 Juni 2020

kaltimkece.id Bontang tidak bisa disebut sebagai kota besar. Luas wilayah kota dengan tiga kecamatan ini hanya 161,85 kilometer persegi, empat kali lebih kecil dari Samarinda. Jumlah penduduknya sekitar 174 ribu jiwa dengan kepadatan penduduk 1.101 jiwa per kilometer persegi (Kota Bontang dalam Angka, 2019, hlm 63-64).

Namun demikian, kepemilikan mobil oleh penduduk dari kota kecil ini sangat tinggi. Menurut Sensus Ekonomi Nasional pada 2018 yang diadakan Badan Pusat Statistik, Bontang adalah kota keempat di Indonesia dengan rumah tangga terbanyak yang memiliki kendaraan roda empat sebagaimana dilansir dari Lokadata

Secara berurutan, kota dan kabupaten dengan kepemilikan tertinggi roda empat adalah sebagai berikut: Kota Tangerang Selatan di Banten adalah yang tertinggi dengan 31,5 persen rumah tangga memiliki mobil. Selanjutnya adalah Kabupaten Badung di Bali dengan 29,6 persen rumah tangga, Palangkaraya di Kalteng (29,4 persen), dan Bontang di Kaltim (27,9 persen). 

Menariknya lagi, masih dari sensus tersebut, Balikpapan masuk sepuluh besar. Dengan demikian, ada tiga kota di Kalimantan dalam top ten daftar ini, dua di antaranya dari Kaltim. Balikpapan di peringkat kedelapan sebagai kota dengan rumah tangga terbanyak yang memiliki mobil dengan persentase 26 persen. 

Kembali ke Bontang, dengan angka 27,9 persen rumah tangga, artinya, hampir 28 dari 100 rumah tangga di kota ini mempunyai kendaraan roda empat. Jika hasil Sensus 2010 ada 35.728 rumah tangga di Bontang, sekurang-kurangnya 10 ribu rumah tangga telah mempunyai mobil. Angka kepemilikan ini diyakini lebih tinggi mengingat data jumlah rumah tangga yang dipakai adalah hasil sensus terakhir pada sepuluh tahun lampau.

Bontang memang memiliki kemiripan dengan posisi pertama dalam daftar ini, Tangerang Selatan. Baik Bontang maupun Tangsel, sama-sama berstatus kota industri. Bontang, bagaimanapun, adalah kota di tepi laut yang berkembang dengan dua perusahaan berskala internasional yakni PT Badak NGL dan PT Pupuk Kaltim. 

Mengapa Bisa Bontang?

Banyaknya penduduk Bontang yang memiliki kendaraan roda empat tidak terjadi begitu saja. Beragam faktor melatarbelakanginya. Yang pertama adalah kondisi jalan di Kota Bontang terbilang baik. Menurut Dinas Pekerjaan Umum dan Penataan Ruang Bontang, seperti dikutip BPS dalam Bontang dalam Angka (2019), panjang jalan di kota ini adalah 206 kilometer. Sepanjang 71 kilometer di antaranya telah diaspal. Sementara dilihat dari kondisinya, 182 kilometer jalan dalam kondisi baik. Hanya 4 kilometer yang tergolong rusak berat pada 2018. 

Faktor berikutnya yang menunjang tingginya kepemilikan mobil di Bontang adalah pendapatan dan pengeluaran masyarakat yang baik. Menurut Survei Sosial Ekonomi Nasional pada 2018, sebanyak 79,49 persen rumah tangga di Bontang menghabiskan lebih dari Rp 4 juta sebulan. 

“Dari pengeluaran Rp 4 juta sebulan itu, hampir 60 persen (sekitar dari Rp 2.400.000 per bulan) justru bukan untuk makanan,” demikian ulasan BPS Bontang (hlm 381). Struktur seperti ini berbeda dengan banyak daerah di mana pengeluaran rumah tangga lebih besar untuk membeli bahan makanan. 

Pengeluaran per kapita sebulan di Bontang juga tinggi. Menurut Sensus Ekonomi 2018, sebanyak 58,58 persen atau mayoritas penduduk Bontang memiliki pengeluaran per kapita di atas Rp 1.500.000 per bulan. Bandingkan dengan Samarinda, hanya 44,19 persen penduduk yang mencatatkan pengeluaran per kapita di angka yang sama. 

Masih ada kondisi lain yang ikut mendukung tingginya kepemilikan mobil di Bontang. Angka kemiskinan di kota ini rendah. Pada 2019, jumlah penduduk miskin di Kota Taman tercatat 7.470 jiwa atau hanya 4,22 persen. Angka kemiskinan ini sangat rendah jika dibandingkan dengan sekup Kaltim (5,94 persen) untuk periode yang sama. Begitu pula jika disandingkan dengan angka kemiskinan nasional yakni 9,22 persen per Januari 2020.

Banyaknya masyarakat berpenghasilan baik, sementara jumlah penduduk miskin tergolong kecil, menyebabkan jurang ketimpangan di Bontang tidak terlampau dalam. Ketimpangan pendapatan suatu masyarakat biasanya diukur dengan rasio gini. Rasio ini menggunakan nilai antara 0 sampai 1. Koefisien gini yang makin mendekati 0 diartikan semakin merata pendapatan masyarakat. Sebaliknya, kian mendekati 1, kian dalam jurang ketimpangan pendapatan tersebut. Menurut catatan BPS Bontang, rasio gini pada akhir 2018 sebesar 0,342. Koefisien rasio gini yang lebih kecil dari 0,4 ini menunjukkan ketimpangan perekonomian di Bontang tergolong rendah.

Dari faktor-faktor pendukung itulah, tidak mengherankan bila kepemilikan mobil di Bontang sangat tinggi. (*) 

folder_openLabel
shareBagikan Artikel Ini


Artikel Terkait


Tinggalkan Komentar