Ekonomi

Harga Minyak Mentah Dunia Anjlok, Permintaan Produksi Migas Pertamina Hulu Mahakam Terancam

person access_time 3 years ago
Harga Minyak Mentah Dunia Anjlok, Permintaan Produksi Migas Pertamina Hulu Mahakam Terancam

PT PHM sebagai operator WK Mahakam menjaga target produksi selama pandemi. (istimewa)

Harga minyak dan gas dunia sedang anjlok. Dipicu pasokan berlimpah yang diperburuk lemahnya permintaan akibat pandemi Covid-19.

Ditulis Oleh: Giarti Ibnu Lestari
Selasa, 10 November 2020

kaltimkece.id Produksi minyak dan gas PT Pertamina Hulu Mahakam (PHM) di Wilayah Kerja (WK) Mahakam hingga September 2020 (kwartal 3) berhasil terhindar dari dampak pandemi covid-19. Masih sesuai Rencana Program dan Anggaran (Work Program & Budget/WP&B), bahkan melewati target. Namun demikian, penurunan harga minyak mentah dunia yang tengah terjadi dikhawatirkan berpengaruh terhadap permintaan produksi migas PT PHM.

Hingga akhir September 2020, rata-rata produksi gas WK Mahakam mencapai 606 mmscfd (wellhead), dengan target teknis WP&B 2020 adalah 590 mmscfd atau 3 persen di atas target. Sedangkan untuk likuid (minyak dan kondensat) produksinya mencapai 29,6 kbpd, atau 4 persen lebih tinggi dari target teknis WP&B 2020 yakni 28,4 kbpd.

Capaian tersebut dipicu penambahan produksi sejumlah sumur baru yang selesai dibor pada 2019 dan mulai berproduksi awal tahun ini. Serta penerapan berbagai inovasi dalam upaya pemeliharaan sumur-sumur (work over dan well services) yang ada.

Dari sisi pendapatan, bagi hasil untuk Pemerintah RI adalah US$ 406,64 juta, selisih 2 persen dari target WP&B 2020 yakni US$ 416,97 juta. Hal ini terjadi karena rendahnya harga minyak dan gas dunia akibat pasokan berlimpah dan diperburuk lemahnya permintaan akibat pandemi.

General Manager PHM, Agus Amperianto mengatakan bahwa produksi minyak dan gas di WK Mahakam hingga Kwartal 3 2020 tetap baik, dan sejauh ini tidak terdampak pandemi Covid-19.  “Kami tetap berjuang dan berdoa agar pandemi ini tidak memengaruhi kinerja produksi PHM di WK Mahakam. Namun ke depan hal yang harus kita cermati dan menjadi keprihatinan bersama adalah dampak penurunan harga minyak mentah dunia terhadap permintaan produksi migas kami,” ucap Agus Amperianto.

Sebagaimana diketahui, harga minyak mentah dunia anjlok dan pernah mencapai US$ 30 per barel, sebagai akibat dari banjir pasokan di pasar. Ditambah lemahnya permintaan global buntut pandemi Covid-19.

Agus Amperianto berharap dalam situasi lemahnya permintaan, ditambah harga minyak mentah dunia yang rendah, pemerintah bersedia memberikan insentif terhadap industri hulu migas demi mengurangi tekanan.

Sejauh ini, meski mengelola wilayah kerja migas yang telah berada pada fase penurunan produksi secara alamiah, PHM ditegaskan tetap berusaha keras memberikan kontribusi yang baik bagi penerimaan negara. Dilakukan dengan cost efficiency, berbagai inovasi, terutama dalam kegiatan pengeboran dan pemeliharaan sumur. Penghematan tersebut akan menurunkan pula cost recovery yang hingga September 2020 nilai optimasinya mencapai US$ 303,85 juta.

Pada 2020 PHM menargetkan mengebor 79 sumur tajak dan 1 sumur eksplorasi (South Peciko). Hingga akhir September 2020 telah dibor 63 sumur tajak dan 1 sumur eksplorasi. Banyaknya sumur dibor merupakan upaya memaksimalkan cadangan hidrokarbon mengingat cadangan dan produksi sumur-sumur yang ada sudah semakin marjinal. Sebagai pembanding, pada 2019 PHM mengebor 127 sumur tajak dari target 118. (*)

 

Editor: Bobby Lolowang

Ikuti berita-berita berkualitas dari kaltimkece.id dengan mengetuk suka di halaman Facebook kami berikut ini:

folder_openLabel
shareBagikan Artikel Ini


Artikel Terkait


Tinggalkan Komentar