Ekonomi

Pesan dari Melambungya Harga Minyak Goreng, Ironi Kaltim Penghasil CPO yang Tak Punya Industri Hilir

person access_time 2 years ago
Pesan dari Melambungya Harga Minyak Goreng, Ironi Kaltim Penghasil CPO yang Tak Punya Industri Hilir

Ilustrasi minyak goreng.

Kaltim masih menghadapi masalah klasik. Daerah penghasil CPO tanpa industri hilir.

Ditulis Oleh: Giarti Ibnu Lestari
Jum'at, 03 Desember 2021

kaltimkece.id Sudah hampir empat bulan harga minyak goreng merangkak. Padahal, bahan baku utama minyak goreng dihasilkan di Kaltim. Apa daya, minyak sawit mentah (crude palm oil/CPO) dari Bumi Mulawarman hanya diekspor mentah-mentah. Kenaikan harga minyak goreng sebenarnya bisa menguntungkan Kaltim jika berposisi sebagai produsen. Bukannya konsumen seperti sekarang.

Menurut pantauan Dinas Perdagangan Samarinda, harga minyak goreng sudah naik sejak September 2021. Harga terbaru pada Rabu, 1 Desember 2021, minyak goreng masih berkisar Rp 17 ribu hingga Rp 21 ribu per liter berdasarkan data dari 11 pasar tradisional di Kota Tepian.

"Padahal, harga minyak goreng normalnya Rp 12 ribu sampai Rp 13 ribu per liter. Kenaikan harga komoditas ini merata di seluruh Indonesia," demikian Kepala Seksi Pengendalian Bahan Pokok Strategis, Dinas Perdagangan Samarinda, Heny Kartika Handayani.

_____________________________________________________PARIWARA

Dinas Perdagangan Samarinda telah mengambil langkah strategis. Operasi pasar bekerja sama dengan Bulog diadakan selama dua hari pada 1 dan 2 Desember 2021. Lokasinya di Pasar Merdeka dan Pasar Sungai Dama. Minyak goreng milik Bulog bermerek Minyak Kita dijual Rp 15 ribu per liter.

“Selama dua hari, Bulog menyediakan stok 500 liter minyak goreng. Antusias masyarakat luar biasa," sebut Heny.

Ironi Daerah Penghasil CPO

Melambungnya harga minyak goreng jelas ironi bagi Kaltim. Provinsi ini memiliki 1,22 juta hektare kebun sawit sebagaimana catatan Badan Pusat Statistik Kaltim. Pada 2020, publikasi Dinas Perkebunan Kaltim menunjukkan, produksi tandan buah segar (TBS) menembus 17,72 ton atau setara 3,8 juta ton CPO.

Pembina Gabungan Pengusaha Kelapa Sawit Indonesia (Gapki) Kaltim, Azmal Ridwan, mengatakan bahwa produksi CPO Kaltim tahun ini bahkan meningkat. Sejak Januari hingga November 2021 saja, angkanya sudah mencapai 4 juta ton CPO. Peningkatan produksi diiringi kenaikan harga CPO. Dari biasanya Rp 9 ribuan per kilogram, CPO yang dihasilkan dari lebih 60 tempat pengolahan buah kelapa sawit di Kaltim kini bertengger di Rp 15 ribuan per kilogram.

“Untuk harga tandan buah segar (TBS) yang biasanya Rp 1.200 per kilogram, kini Rp 3 ribu per kilogram," tutur Azmal Ridwan.

Ke mana saja 4 juta ton CPO yang Kaltim produksi itu?

Azmal menjelaskan, sebagian kecil minyak sawit mentah dijual di dalam negeri yakni dikirim ke Surabaya. Sebagian besar CPO Kaltim diekspor. Negara tujuan ekspor adalah Tiongkok, Jepang, dan Korea. “Sisanya Pakistan dan India," jelas Azmal Ridwan yang dua periode menjabat ketua Gapki Kaltim.

Azmal menambahkan, asosiasi terus mendorong pemerintah segera merealisasikan industri hilir CPO di Kaltim. Hilirisasi adalah jawaban agar komoditas mentah ini memiliki nilai tambah, satu di antaranya, minyak goreng. Kaltim tidak perlu lagi mengekspor minyak dalam bentuk mentah jika memiliki industri turunan.

Dalam analisis akademikus dari Fakultas Ekonomi dan Bisnis, Universitas Mulawarman, Hairul Anwar, ada tiga kelompok masalah dari kenaikan harga minyak goreng. Pertama, suplai atau penawarannya bermasalah. Kedua, masalah pandemi yang merusak rantai penawaran dan permintaan. Ketiga adalah masalah struktur industri.

"Pemilik pabrik minyak goreng bukan berarti pemilik perkebunan. Mereka juga membeli CPO. Ketika harga CPO naik, harga minyak goreng ikut naik,” terang Hairul Anwar. Perbedaan struktur industri ini menyebabkan kenaikan harga minyak goreng. Lagi pula, sambungnya, Kaltim tidak punya pabrik minyak goreng sehingga terkena imbas kenaikan harga.

Ratusan Produk Turunan Sawit

Minyak sawit merupakan bahan baku utama dari ratusan produk yang berguna bagi manusia. Menurut Kementerian Perindustrian, minyak kelapa sawit terbagi menjadi dua jenis yaitu CPO (minyak mentah) dan minyak inti sawit. Kedua jenis minyak ini dapat diolah sehingga menghasilkan setidaknya 12 senyawa dan produk turunan pertama.

Selusin senyawa dan produk tersebut adalah olein, asam amino, asam lemak sawit (palm fatty acid distillate/PFAD), vitamin A dan E, karoten, asam lemak (fatty acid), stearin, tiga jenis gliresida, lipase, protein sel tunggal, sabun, dan es krim.  

Dari 12 senyawa turunan pertama tersebut, diperoleh lagi beragam senyawa dan produk turunan kedua. Olein atau fraksi cair minyak sawit akan menghasilkan minyak goreng, mentega putih (shortening), dan metil ester (bahan biodiesel). Senyawa PFAD dapat dibuat sabun cuci, metil ester, bubuk lemak, dan pengganti mentega cokelat.

Selanjutnya, senyawa stearin yang diperlukan dalam produksi mentega, kosmetik, mentega putih, minyak nabati (vegetable ghee), dan vanaspati. Yang terakhir adalah senyawa PFAD dengan turunan terbanyak yaitu senyawa ester asam lemak, garam metalic, lemak amino, lemak alkohol, dan gliserol. Seluruh senyawa yang dihasilkan PFAD ini diperlukan oleh ratusan produk jadi.  

_____________________________________________________INFOGRAFIK

Hairul Anwar dari Unmul menilai, walaupun ada ratusan produk turunan sawit, Kaltim tidak mempunyai satu pun pengolahan CPO. Hal ini menjadi pekerjaan rumah pemerintah daerah. Apabila Pemprov Kaltim ingin menggandeng swasta membangun pengolahan CPO, komunikasi yang baik harus tercipta.

“Pemerintah perlu menanyakan yang mereka (swasta) perlukan. Industri pengolahan perlu biaya tidak sedikit. Harus ada penawaran menarik,” jelasnya.

Komunikasi pemprov dan pemkab/pemkot bersama swasta dapat menciptakan kerja sama yang jelas. Industri hilirisasi memerlukan insentif karena swasta selalu berorientasi kepada laba. “Tanpa insentif dari pemerintah daerah, biaya yang tinggi akan menyebabkan swasta sulit bersaing. Pada akhirnya, mereka enggan berinvestasi,” tutupnya. (*)

Editor: Fel GM

folder_openLabel
shareBagikan Artikel Ini


Artikel Terkait


Tinggalkan Komentar