Ekonomi

Ridha Wirakusumah, Putra Rektor Pertama Unmul yang Ditunjuk Jokowi Pimpin Lembaga Ratusan Triliun Rupiah

person access_time 3 years ago
Ridha Wirakusumah, Putra Rektor Pertama Unmul yang Ditunjuk Jokowi Pimpin Lembaga Ratusan Triliun Rupiah

Ridha Djuanda Muliawibawa Wirakusumah.

Presiden Jokowi membentuk Indonesia Investment Authority, lembaga yang mengelola ratusan triliun rupiah investasi global. Dipimpin putra rektor pertama Unmul Sambas Wirakusumah. 

Ditulis Oleh: Muhammad Rizki Al Hadid
Rabu, 17 Februari 2021

kaltimkece.id Sosok Ridha Wirakusumah melambung setelah Presiden Joko Widodo menunjuknya sebagai CEO Indonesia Investment Authority (INA). Yang istimewa, Ridha adalah putra Prof Sambas Wirakusumah, rektor pertama Universitas Mulawarman, Samarinda. Pria yang menjabat CEO Permata Bank tersebut memimpin lembaga pengelola investasi atau sovereign wealth fund yang diperkirakan menampung ratusan triliun rupiah.

Ridha lahir pada 26 April 1963 di Bogor, Jawa Barat. Nama lengkapnya adalah Ridha Djuanda Muliawibawa Wirakusumah. Ketika Prof Sambas menjabat sebagai rektor Unmul pada 1972, ia masih berusia sembilan tahun.  

Laki-laki yang kini berusia 57 tahun tersebut merupakan jebolan dari universitas luar negeri. Sebagaimana dicatat laman resmi Bank Permata, Ridha memperoleh gelar sarjana sains (bachelor of science) dari Ohio University, Jepang, pada 1985. Dua tahun kemudian, ia meraih predikat master administrasi bisnis (master of business administration) dari universitas yang sama. Adapun gelar doktornya, diraih dari City University Hong Kong pada 2016 untuk bidang administrasi bisnis.

Ridha bukan orang sembarangan di sektor perbankan. Ia adalah bankir dengan jabatan mentereng. Di antaranya, Managing Partner di DNB Consulting and Investments, Hong Kong (2014-2016), Anggota Dewan Komisaris PT Austindo Nusantara Jaya Tbk (2014-2016), Anggota Dewan Komisaris Postcard and Tag, Hong Kong (2015-2016), Anggota Dewan Komisaris PT Bayan Resources Tbk (2016), dan Direktur Utama PT Maybank Indonesia Tbk. (2009-2011).

Ayah Ridha, Prof Sambas, adalah lulusan dan dosen Fakultas Pertanian Universitas Indonesia, sekarang Institut Pertanian Bogor. Ia ikut mendirikan Akademi Ilmu Kehutanan (AIK) Jabar di Kabupaten Sumedang sekaligus direktur pertama pada 1967. Sementara itu, di Kaltim, Unmul yang sudah 10 tahun berdiri belum memiliki rektor. Prof Sambas pun ditugaskan sebagai rektor Unmul pada 1972.

Selama delapan tahun di Kaltim, Prof Sambas membangun Pusat Studi Reboisasi Hutan Tropika Humida. Unmul juga menjadi pusat unggulan pendidikan Hutan Hujan Tropika se-Asia Tenggara di bawah kepemimpinannya. Sambas juga membawa Fakultas Kehutanan sebagai ikon Unmul yang mendalami bidang hutan tropis basah. Prof Sambas wafat pada 6 Agustus 2019 dalam usia 84 tahun di Rumah Sakit Mayapada Lebak Bulus, Jakarta Selatan.

Tentang Lembaga Pengelola Investasi

Ide membentuk Indonesia Investment Authority (INA) --nama resmi lembaga pengelola investasi atau sovereign wealth fund-- muncul dari upaya pemerintah mencari dana pembangunan. Jika selama ini melalui utang luar negeri, tidak dengan INA yang berfokus kepada investasi asing. Investor global bisa menanamkan modal di INA. Selanjutnya, INA mengelola investasi tersebut melalui kerja sama multipihak termasuk dengan BUMN. Dengan demikian, status dana yang masuk bukanlah pinjaman atau utang melainkan investasi alias modal.

Konsep menghimpun sumber dana pembangunan negara dari sovereign wealth fund atau SWF sebenarnya bukan hal baru. Sejumlah negara maju telah menerapkan sejak lama. Arab Saudi, Singapura, Norwegia, adalah salah tiganya. Arab Saudi bahkan tengah berupaya menyalip Norwegia menjadi negara dengan dana SWF terbesar di dunia. Pada 2016, Saudi menyiapkan USD 20 triliun atau setara Rp 280 kuadriliun (sekitar 140 kali APBN RI) untuk dana investasi.

Walaupun demikian, tidak semua skema SWF patut ditiru. Di Malaysia, pola SWF yang bernama 1MDB justru berakhir dengan skandal megakorupsi.

Di Indonesia, INA resmi dibentuk pada Desember 2020 melalui Peraturan Pemerintah 73/2020 tentang Lembaga Pengelola Investasi. Lembaga ini lahir atas amanat UU Cipta Kerja. Pemerintah menetapkan modal awal INA Rp75 triliun yang dipenuhi melalui dua tahap. Modal awal INA sebesar Rp15 triliun sedangkan sisanya disetor bertahap sampai akhir 2021. Potensi modal yang dikelola INA diperkirakan mencapai Rp 150 triliun.

Setelah mengumumkan formasi Dewan Pengawas dan Dewan Direksi INA, Selasa, 16 Februari 2021, Presiden Jokowi menyampaikan sejumlah hal. Menurut Jokowi, INA diyakini mampu membawa Indonesia mengejar ketertinggalan dan memperoleh kepercayaan nasional dan internasional. “INA mempunyai posisi sangat strategis dalam percepatan pembangunan berkelanjutan,” kata Jokowi sebagaimana dikutip dari Sekretariat Negara.

Adapun Ridha, mengatakan bahwa INA mencari dana modal dan bukan dana pinjaman. Ia berharap, semua dana yang dipercayakan kepada INA bisa bertumbuh terus. Dana ini merupakan dana abadi yang semakin lama bisa memakmurkan anak cucu.

Harapan dari Unmul

Akademikus dari Fakultas Ekonomi, Universitas Mulawarman, Aji Sofyan Effendi, mengapresiasi kebijakan pemerintah pusat membentuk INA. Sofyan menyebut, lembaga ini sangat strategis terutama ketika Indonesia akan memindahkan ibu kota negara ke Kaltim. “Hampir 70 persen skema pembiayaan ibu kota negara ini kerja sama dan investasi luar negeri. Saya pikir, Ridha sebagai leader bisa berperan aktif,” urainya.

Sofyan juga menyinggung peran rektor pertama Unmul, Sambas Wirakusumah, yang meletakkan dasar pendidikan di Unmul. Fondasi itu juga Sambas bangun dalam diri Ridha.

Rasa bangga terpilihnya Ridha juga datang dari Rektor Unmul Prof Masjaya. Kepada kaltimkece.id, Masjaya mengaku bahwa hubungannya dengan Sambas cukup baik. Sebelum dan setelah terpilih sebagai rektor Unmul, Masjaya sering mengunjungi Sambas.

“Jadi hubungan emosional dengan beliau tak bisa dipisahkan. Kebahagiaan beliau merupakan rasa syukur bagi Unmul,” ucapnya. Ia meyakini, ketekunan orangtua menurun sehingga Ridha akan bekerja dan membawa amanah. “Insya Allah Ridha punya kepedulian dan keinginan membangun bangsa,” urainya.

Baca juga:
 

Wakil Rektor Unmul Bohari Yusuf mengatakan, secara pribadi dan kelembagaan, ia bangga Ridha terpilih sebagai orang nomor satu di INA. Ia berharap, Ridha bisa mengemban amanah dengan baik dan berkontribusi untuk negara. Dengan adanya orang yang punya ikatan emosional dengan Kaltim, Bohari berharap, ada peningkatan pertumbuhan ekonomi Kaltim khususnya di bidang investasi. (*)

Editor: Fel GM

folder_openLabel
shareBagikan Artikel Ini


Artikel Terkait


Tinggalkan Komentar