Kutai Kartanegara

Cerahnya Masa Depan Kukar dari Sektor Pertanian yang Bisa Gantikan Peran Batu Bara

person access_time 3 years ago
Cerahnya Masa Depan Kukar dari Sektor Pertanian yang Bisa Gantikan Peran Batu Bara

Petani memanen padi di Kaltim. (foto: arsip kaltimkece.id)

Sektor pertanian di Kukar terus meningkat satu dasawarsa terakhir. Layak menjadi fondasi ekonomi pada masa depan. 

Ditulis Oleh: Fel GM
Senin, 30 November 2020

kaltimkece.id Sama sekali tak keliru bila Pemkab Kutai Kartanegara menjadikan sektor pertanian sebagai penopang ekonomi masa depan. Dalam satu dasarwarsa terakhir, sektor tersebut menggeliat luar biasa. Sumbangsih komoditas pertanian terhadap ekonomi Kukar adalah kedua tertinggi setelah sektor pertambangan dan penggalian.

Mengacu kepada data Badan Pusat Statistik Kukar, produk domestik regional bruto (PDRB) dari sektor pertanian terus naik sejak 2010. PDRB dari sektor ini sebesar Rp 7,79 triliun pada 2010 dan meningkat dua kali lipat menjadi Rp 20,84 triliun pada 2018. Peningkatan tersebut juga diiringi dengan naiknya sumbangsih sektor pertanian terhadap total PDRB Kukar. Pada 2010, sektor ini hanya memberi andil 6,42 persen, sementara pada 2018 menjadi 12,98 persen (Kukar dalam Angka 2019, hlm 474-477).

Sektor pertanian dalam menyumbang PDRB Kukar hanya kalah dari sektor penggalian. Sudah jamak diketahui, Kukar sebagaimana daerah lain --dengan sumber daya alam besar-- sangat menggantungkan perekonomian dari sektor pertambangan dan penggalian. Namun demikian, kebergantungan terhadap sektor pertambangan itu pelan-pelan makin berkurang. Masih menurut BPS Kukar, sektor pertambangan menyumbang 81,67 persen dari total PDRB pada 2010. Jumlahnya berkurang drastis pada 2018 yang tinggal 64,91 persen. 

Perubahan struktur ekonomi tersebut sesuai dengan visi-misi kabupaten ini. Butir keempat misi pemimpin daerah adalah meningkatkan pengelolaan pertanian dan pariwisata untuk percepatan transformasi struktur ekonomi daerah. Singkatnya, Kukar berupaya melepaskan kebergantungan terhadap sumber daya alam tak terbarukan. Sektor pertanian dalam arti luas dan pariwisata bisa menjadi pengganti fondasi ekonomi daerah.

Kepala Dinas Pertanian dan Peternakan Kukar, Sutikno, membenarkan bahwa pemkab telah memberi dukungan masif kepada sektor pertanian. Langkah itu selaras dengan Rencana Pembangunan Jangka Menengah Daerah (RPJMD) dan Rencana Strategis (Renstra) Kukar.

“Lagi pula, potensi lahan pertanian di Kukar masih sangat luas. Pemkab sangat serius mendukung sektor pertanian tersebut,” jelasnya.

Dukungan tersebut diwujudkan dalam berbagai bentuk. Pemkab senantiasa memberikan bantuan bibit dan alat mesin pertanian kepada kelompok tani. Sarana penunjang infrastruktur pertanian seperti jalan usaha tani, embung, dan jaringan irigasi terus dibangun. Pemkab juga mendorong pembukaan sawah baru untuk meningkatkan produksi pangan.

“Bentuk keseriusan yang lain, selama pandemi Covid-19, tidak ada pemotongan anggaran untuk sektor pertanian,” tegas Sutikno. Berkat dorongan pemkab tersebut, sektor pertanian di Kukar terus tumbuh. BPS mencatat, pertumbuhan positif sektor ini rata-rata 5,3 persen dalam sepuluh tahun belakangan.  

Terbesar di Kaltim

Tujuan Kukar memilih sektor pertanian dalam rencana besar transformasi ekonomi adalah tepat. Kukar adalah kabupaten terdepan di Kaltim untuk sektor ini. Menurut Hasil Survei Pertanian Antar Sensus (SUTAS) 2018 Kaltim, jumlah petani di Kukar adalah yang terbanyak di Bumi Etam. Kabupaten ini memiliki 68.384 rumah tangga usaha pertanian atau 31,33 persen dari total rumah tangga usaha pertanian se-Kaltim.

Memiliki jumlah petani terbesar di Kaltim, Kukar adalah yang terdepan dalam produksi sejumlah komoditas pertanian. Menurut Kaltim dalam Angka 2020 yang disiarkan BPS, ada 23 komoditas pertanian yang didominasi Kukar. Paling mencolok adalah produksi padi. Pada 2019, panen padi Kukar mencapai 121.202 ton atau 47,8 persen produksi provinsi.

Komoditas berikutnya dari tanaman hortikultura. Kukar adalah penghasil terbesar bawang merah dengan panen 588 kuintal panen (34 persen produksi Kaltim) pada 2019. Begitu juga cabai rawit, hasil panen dari Kukar sebesar 33.443 kuintal (41 persen) dan cabai besar 19.397 kuintal panen (41 persen). Komoditas selanjutnya yaitu tomat dengan hasil panen 26.243 kuintal (35 persen), dan ketimun 60.825 kuintal (46 persen).

Kukar juga menjadi kabupaten terdepan di Kaltim dari tanaman biofarmaka. Produksi jahe Kukar pada 2019 sebesar 892 ton atau 76 persen dari total produksi jahe Kaltim, sementara mahkota dewa sebesar 21 ton (45 persen). Produksi buah-buahan di Kaltim sebagian besar juga berasal dari Kukar. Kabupaten ini adalah penghasil terbesar mangga, durian, pisang, nanas, rambutan, termasuk buah naga.

Baca juga:

 

Tidak hanya di darat, komoditas pertanian dari laut dan perairan Kukar juga yang terbesar di Kaltim. Sebanyak 42.950 ton ikan tangkapan laut dari Kukar pada 2019 atau 36 persen dari total produksi Kaltim. Sementara untuk perikanan tangkap di perairan umum daratan, produksi Kukar mencapai 35.348 ton atau 55 persen dari produksi Kaltim.

Kukar juga penghasil komoditas budi daya perikanan terbesar di Kaltim. Produksi gurami mencapai 6 ton, baung sebesar 2,333 ton, bawal 10,2 ton, dan jelawat 251 ton. Demikian pula untuk jenis mujair, patin, toman, lele, nila, dan gabus, Kukar adalah penghasil utama di Bumi Mulawarman.

Pertahankan Lumbung Pangan

Segala potensi tersebut menyebabkan Pemkab Kukar tidak ragu-ragu memajukan sektor pertanian. Menurut Pelaksana Tugas Bupati Kukar, Chairil Anwar, Kukar sudah memegang peranan besar sebagai lumbung pangan Kaltim. Seiring penetapan kabupaten ini sebagai ibu kota negara, peranan tersebut akan semakin besar lagi.

Chairil berharap, setelah IKN resmi pindah ke Kaltim, Kukar menjadi daerah penyangga utama. Akan ada jutaan penduduk yang diprediksi masuk ke Kaltim. Sudah sepantasnya, terang Plt Bupati, Kukar menjadi daerah swasembada pangan.

“Hingga sekarang ini, Kukar memiliki lahan yakni 2,72 juta hektare. Dengan luas wilayah tersebut, Kukar sangat berpotensi untuk mengembangkan sektor pertanian,” imbuh Chairil. Menurutnya, masih banyak lahan tidur di Kukar. Lahan seperti itu harus dimaksimalkan sehingga peran lumbung pangan tetap terjaga.

“Kami menaruh harapan besar kepada petani-petani muda lulusan dari fakultas pertanian untuk kembali ke desa. Mereka adalah pionir bagi pemuda-pemuda desa. Dengan demikian, sektor pertanian di Kutai Kartanegara bisa semakin maju,” kuncinya. (*)

Temui kami di Instagram!

folder_openLabel
shareBagikan Artikel Ini


Artikel Terkait


Tinggalkan Komentar