Kutai Kartanegara

Runtun Perkara Tongkang Tersangkut Tujuh Jam, Bagian Bawah Jembatan Martadipura Rusak

person access_time 2 years ago
Runtun Perkara Tongkang Tersangkut Tujuh Jam, Bagian Bawah Jembatan Martadipura Rusak

Ponton yang mengangkut rangka conveyor tersangkut di Jembatan Martadipura, Kota Bangun (foto: kaltimkece.id)

Tongkang tersangkut tujuh jam di Jembatan Martadipura. Bagian bawah jembatan rusak. 

Ditulis Oleh: Aldi Budiaris
Jum'at, 08 April 2022

kaltimkece.id Langit sedikit berawan ketika sebuah tugboat yang menarik tongkang bernomor lambung SP3000i mendekati Jembatan Martadipura. Datang dari Samarinda melawan arus Sungai Mahakam, ponton yang mengangkut rangka besi berwarna biru itu masuk ke bawah jembatan. Beberapa detik kemudian, desis logam bergesekan terdengar. Ponton terhenti di bawah struktur tersebut.

Jumat, 8 April 2022 pukul 09.30 Wita di Jembatan Martadipura, Kota Bangun, Kutai Kartanegara, rangka konveyor batu bara di atas ponton tersangkut di bawah bentang utama jembatan. Tongkang tujuan Kecamatan Tabang, Kukar, itu terjebak. Ia tidak bisa ditarik ke hulu, begitu juga ke hilir. Sampai selepas salat Jumat, pukul 13.00 Wita, alat transportasi sungai itu tetap tertahan. 

Camat Kota Bangun, Mawardi, segera berkoordinasi dengan nakhoda kapal. Camat meminta muatan besi itu dipotong. Mawardi khawatir, struktur jembatan bergeser sehingga berdampak besar bagi akses darat di sejumlah kecamatan di Kukar. Masalahnya, dari pandangan mata, sambung Mawardi, konstruksi di bawah jembatan sudah tidak sebagaimana mestinya. Besi di bawah jembatan disebut bengkok walaupun tidak ada yang patah.

"Kami sudah berkoordinasi dengan Dinas Pekerjaan Umum Kukar untuk segera menilai kelayakan dan keamanan jembatan,” terangnya kepada kaltimkece.id.

_____________________________________________________PARIWARA

Kepala Bidang Bina Marga, Dinas Pekerjaan Umum Kukar, Restu Irawan, mengatakan, sudah mengirim tim untuk menginventarisasi kerusakan jembatan. Saat ini, ia belum bisa memaparkan dampak dari tabrakan karena masih dalam penilaian. Yang jelas, kata Restu, kerusakan jembatan terlihat di bagian rel gondola. Rel ini berfungsi sebagai jalur teknisi yang bertugas memelihara bagian bawah jembatan.  

Tujuh Jam Tersangkut

Besi konveyor yang tersangkut akhirnya dipotong. Tongkang pun dipindah dari bawah jembatan pukul 16.00 Wita atau setelah lewat tujuh jam. Restu menyayangkan tindakan perusahaan pelayaran yang membawa rangka konveyor. Sebagai informasi, konveyor adalah instalasi yang digerakkan dengan mesin untuk memindahkan batu bara. Dari lokasi penumpukan di tepi sungai, batu bara dicurahkan ke atas tongkang lewat bantuan konveyor. 

Restu menyatakan, perusahaan seharusnya menganalisis ketinggian muatan sebelum berlayar. Rangka konveyor sebenarnya bisa dilepas-lepas kemudian dirakit kembali di tempat tujuan. "Dari sini, ada indikasi kelalaian," sebut Restu kepada kaltimkece.id

Ia menambahkan, muatan tongkang yang melintas di bawah jembatan sudah seharusnya dikurangi. Apabila Jembatan Martadipura terus-terusan ditabrak, struktur jembatan akan berubah dan itu sangat berbahaya. “Jembatan didesain untuk menerima beban dari atas, bukan dari bawah,” terangnya. 

Menurut catatan Dinas PU Kukar, insiden ini adalah yang keempat kali sepanjang 2022. Jembatan Martadipura sudah dua kali ditabrak tongkang batu bara dan satu kali oleh tugboat (kapal tarik). 

Kepala Seksi Keselamatan Berlayar dan Patroli, Kantor Kesyahbandaran dan Otoritas Pelabuhan Kelas II Samarinda, Slamet Isyadi, memberi penjelasan tambahan. Tongkang SP3000i membawa muatan rangka konveyor batu bara seberat 1.600 ton. KSOP disebut tengah berkomunikasi dengan perusahaan pemilik kapal dan tongkang. Slamet mengatakan, muatan yang tersangkut perlu dipotong agar tongkang bisa segera dipindahkan dari bawah jembatan.

“Setelah itu, kami evaluasi semuanya. Kapal juga ditunda untuk melanjutkan perjalanan," imbuhnya.

_____________________________________________________INFOGRAFIK

Perjalanan Panjang Jembatan

Jembatan Martadipura sudah kerap menemui masalah sejak dibangun pada 2001. Jembatan yang membentang di atas Sungai Mahakam ini menghubungkan Desa Liang di Kota Bangun dan Desa Sebelimbingan di Kecamatan Kenohan. Konstruksi jembatan selesai pada 2006 dengan biaya Rp 105 miliar. Bentang tengahnya sepanjang 200 meter sementara keseluruhan bentang 560 meter dengan tinggi muka air pasang tertinggi 15 meter. 

Walaupun sudah diresmikan Menteri Dalam Negeri HM Maruf pada 2006, jembatan ini belum bisa digunakan. Masalahnya, sisi sebelah Sebelimbingan berupa rawa-rawa yang luas. Jalur pendekat tidak bisa dibangun hanya dengan menimbun rawa-rawa. Selain perlu jutaan kubik tanah uruk, cara ini dinilai rawan karena jalan akan terendam saat musim hujan.  

Jembatan yang sudah diresmikan pun belum bisa digunakan sehingga dijuluki Jembatan Abunawas selama hampir 10 tahun. Padahal, jembatan ini adalah satu-satunya harapan bagi Kecamatan Kenohan, Muara Wis, Muara Muntai, Kembang Janggut, dan Tabang, untuk lepas dari keterisolasian jalur darat.

Jalan pendekat akhirnya dibangun dengan teknik pile slab atau jalan layang. Biayanya tentu sangat besar. Jalan layang sepanjang 1 kilometer saja memerlukan dana Rp 60 miliar hingga Rp 80 miliar. Sementara jalan layang yang diperlukan jembatan ini mencapai 15 kilometer. Pembangunan jalan pile slab itu akhirnya selesai pada 2015. Jembatan Martadipura pun beroperasi sampai belakangan ini sering ditabrak ponton yang melayani industri pengerukan batu bara. (*)

Editor: Fel GM

folder_openLabel
shareBagikan Artikel Ini


Artikel Terkait


Tinggalkan Komentar