Pendidikan

Jamu Buatan Unmul untuk Garda Terdepan Melawan Covid-19, dari Hutan Jadi Imun Booster

person access_time 4 years ago
Jamu Buatan Unmul untuk Garda Terdepan Melawan Covid-19, dari Hutan Jadi Imun Booster

Satgas Penanggulangan Covid-19 Universitas Mulawarman memotori pembuatan jamu NEESFARM. (giarti ibnu lestari/kaltimkece.id)

Komposisi jamu ini nyatanya bersumber utama dari hutan-hutan Kaltim. Menjadi potensi daerah menghadapi pandemi covid-19.

Ditulis Oleh: Giarti Ibnu Lestari
Sabtu, 28 Maret 2020

kaltimkece.id Virus corona yang mewabah menjadi ancaman untuk banyak manusia. Dari berbagai penjuru bumi, hingga di timur Kalimantan. Banyak yang bereaksi dengan menyiapkan langkah antisipasi hingga penangkal. Universitas Mulawarman salah satu yang tak ketinggalan.  

Universitas negeri di Kaltim ini menelurkan jamu yang diracik dari berbagai bahan alami. Berfungsi menjaga daya tahan tubuh. Dikemas dalam botol berukuran 250 mililiter (ml). Diberi nama NEESFARM. Disebut-sebut mujarab untuk meningkatkan daya tahan tubuh.

Uji coba pembuatan telah dilakukan 26 dan 27 Maret 2020. Diproduksi 300 botol. Sementara dibagikan untuk kalangan Unmul secara gratis. Alias tidak diperjualbelikan. Nantinya dibagikan kepada para pekerja medis. Seperti dokter dan perawat se-Kaltim sebagai garda terdepan penanganan Covid-19.

Sekretaris Satuan Tugas (Satgas) Penanggulangan Covid-19 Universitas Mulawarman (Unmul), Prof Dr Esti Handayani Hardi, mengatakan bahwa Satgas Covid-19 Unmul dibentuk atas rekomendasi rektor Unmul. Bertujuan membawa universitas berperan aktif dalam penanggulangan Covid-19 di Indonesia, khususnya Kaltim.

"Hampir seluruh fakultas terlibat dalam Satgas Penanggulangan Covid-19 Unmul. Seperti Fakultas Hukum, Fisipol, Farmasi, Kehutanan, Perikanan, Pertanian, dan Kedokteran. Awalnya satgas ini bertugas memberikan masukan untuk memberlakukan kebijakan atau langkah-langkah bagaimana mencegah dan menanggulangi Covid-19. Itu fungsi awalnya," jelas dosen Fakultas Perikanan tersebut.

Satgas Penanggulangan Covid-19 Unmul diketuai Dr dr Nataniel Tandirogang, yang juga ketua Ikatan Dokter Indonesia (IDI) Kaltim. Satgas ini terdiri dari tiga bidang. Yakni Bidang Sosialisasi, Bidang Kajian Kebijakan/ Analisis Risiko, dan Bidang Penanggulangan.

Bidang Sosialisasi bertugas memberikan informasi terkait Covid-19. Dari cara penanggulangan dan meningkatkan imunitas tubuh kepada seluruh civitas akademik dan masyarakat. Salah satunya dengan membuat jamu.

Dipercaya menjaga dan meningkatkan daya tahan tubuh. Diinisiasi para anggota satgas, terutama DR Fajar Prasetya, dosen Farmasi Unmul. Dia juga yang meracik jamu tersebut. "Di Kalimantan banyak bahan alami. Dan orang Indonesia biasa minum jamu. Untuk itu kami bergerak cepat. Membuat jamu karena tak terlalu ribet cara pembuatannya.”

Setelahnya dievaluasi khasiat dan dampaknya bagi tubuh. Jika semua sudah baik, pada 30 atau 31 Maret 2020 mulai diproduksi secara massal. Sebanyak 10 ribu botol. Dibagikan kepada para petugas medis. Seperti dokter dan perawat se-Kaltim secara gratis. Dilakukan bertahap. Dari 1.000 botol, menyusul 9 ribu lainnya. “Kami bekerja sama dengan salah satu perusahaan jamu di Indonesia. Karena tidak mungkin kami produksi sendiri. Biayanya dari IDI Kaltim," jelas perempuan berkacamata tersebut.

Fajar Prasetya, peracik dan pembuat Jamu NEESFARM, mengatakan bahwa jamu tersebut dirancang untuk meningkatkan kekebalan tubuh. Bahan-bahannya sudah dikenal umum. Komposisinya meliputi daun kelor, meniran, kunyit, jahe, sambiloto, dan madu kelulut.

"Jamu ini kami harap dapat meningkatkan rasa percaya diri teman-teman yang berjuang di garda terdepan penanggulangan Covid-19 saat ini. Agar mereka tidak merasa sendiri. Pembuatan jamu ini menjadi langkah untuk memberi kontribusi nyata dalam upaya mencegah dan menanggulangi Covid-19," ungkap Dosen Farmasi Unmul itu.

"Untuk pemilihan komposisi, karena untuk memelihara daya tahan tubuh, kami pilih bahan-bahan alami,” sambungnya.

Sebelum covid-19 mewabah, bahan-bahan jamu tersebut tak terlalu sulit didapat. Namun belakangan, beberapa bahan mesti didatangkan dari Pulau Jawa. Dikirim dalam keadaan kering dan dihaluskan hingga proses menjadi jamu di laboratorium Fakultas Kehutanan Unmul.

Dekan Fakultas Kehutanan Unmul, Prof Dr Rudianto Amirta, mengatakan bahwa Kesatuan Pengelolaan Hutan Produksi (KPHP) Kendilo sebagai penyedia madu kelulut, menjadi salah satu bahan pembuatan jamu tersebut.

Fakultas Kehutanan Unmul sebagai Ketua Forum dan Pembina KPHP Kendilo mencoba menggandengkan niat baik itu dengan apa yang menjadi keutaamaan sektor kehutanan.

"Saat ini KPHP Kendilo membina 10 kelompok tani hutan. Per bulannya mampu memanen 200 liter madu kelulut. Dalam usaha pembuatan jamu imun booster ini, KPHP Kendilo memberikan kami madu kelulut dengan harga sangat murah. Saat ini sudah siap untuk proses pembuatan jamu massal," jelas Rudianto Amirta.

Hal ini juga sekaligus edukasi bagi masyarakat. Bahwa sumber kesehatan ada di hutan dan menjadi potensi daerah.

Ada 18 orang terlibat dalam pembuatan jamu imun booster tersebut. Terdiri dari dosen dan mahasiswa Fakultas Perikanan, Fahutan, dan Farmasi. "Minuman ini hanya untuk membantu memelihara daya tahan tubuh. Tapi tidak cukup dengan minuman ini saja. Harus dilengkapi penggunaan masker untuk melindungi diri dan orang lain, perilaku hidup bersih sehat (PHBS), cukup istirahat, dan cukup makan", Rudianto Amirta mengakhiri. (*)

 

Editor: Bobby Lolowang

folder_openLabel
shareBagikan Artikel Ini


Artikel Terkait


Tinggalkan Komentar