WARTA

Perlu Banyak Tangan Terlibat untuk Kembangkan Wisata Berau

person access_time 1 year ago
Perlu Banyak Tangan Terlibat untuk Kembangkan Wisata Berau

Pengelola resor di Pulau Maratua semakin teruji untuk melayani tamu baik nasional maupun internasional. FOTO: ISTIMEWA

Wisata menjadi harapan ekonomi Berau setelah era pertambangan dan perkebunan. Bagaimana Pemkab Berau membangun wisata mereka? 

Ditulis Oleh: Robithoh Johan Palupi
Kamis, 25 Mei 2023

kaltimkece.id Berau memiliki beragam potensi wisata alam yang belum termaksimalkan. Beragam upaya dari para pemangku kepentingan terus dilakukan. Sinergi yang baik ternyata belum bisa membuat wisata Bumi Batiwakkal mendunia. Pekerjaan rumah masih terlalu banyak untuk diselesaikan. Memajukan pariwisata, memang tidak bisa dilakukan secara instan.

Tepuk tangan meriah mengiringi gerakan gemulai Anna Bogdanova yang baru saja mempertontonkan kepiawaiannya menari Bali. Meski tidak dengan balutan pakaian adat, Anna berhasil memukau para wartawan yang pada akhir pekan di awal Mei lalu bersilaturahmi dengan Bupati Berau, Sri Juniarsih. Anna, dan 9 orang turis mancanegara lain, hadir dalam ramah tamah di salah satu rumah makan di Tanjung Redeb, Sabtu 6 Mei 2023. Kehadirannya di Berau, dalam rangkaian promosi wisata yang disponsori pengusaha lokal Berau, H Abidinsyah.

“Ini pertama kali saya ke Berau, sambutan luar biasa bagi saya, juga teman-teman lain. Terima kasih Ibu Bupati, juga Pak Haji yang memberikan kemudahan kami bisa mencoba berwisata ke Berau,” ungkap Anna.

Sri Juniarsih, Bupati Berau. FOTO: RJ PALUPI

Perempuan kelahiran St Petersburg, Rusia itu menjadikan Bali sebagai destinasi wisata yang selalu dikunjunginya, setiap tahun. Sejak 2011 lalu, Anna hilir mudik Rusia-Indonesia. Perempuan berambut pirang itu mengaku jatuh cinta pada pesona alam dan keramahan masyarakat Indonesia. Bahkan, saat usianya kala itu baru 11 tahun, Anna sudah mulai belajar untuk belajar ragam tarian Bali. Saat berkenalan dengan kaltimkece.id, Anna dengan bangga menyebut dirinya dengan nama; Kadek Anna.

Kesibukannya keliling objek wisata di pulau-pulau sekitar Bali, membuatnya bertemu dengan Abidinsyah. Haji Bidin, begitu pria itu biasa disapa, adalah pengusaha asal Berau yang saat ini sedang fokus membangun resor di wilayah Mandalika, Lombok Tengah, Nusa Tenggara Barat. Bagi Haji Bidin, Berau tetaplah rumah yang juga harus dikenalkan ke masyarakat internasional.

“Saya dengan biaya sendiri, membawa turis mancanegara ke Berau, dengan harapan mereka akan menjadi influencer untuk mengenalkan potensi wisata yang kita miliki. Selama di Berau, mereka saya ajak ke Maratua, dan mengunjungi pulau-pulau di sekitarnya,” ungkap pria berkaca mata itu.

“Memang, ada banyak hal yang masih kurang dari daya dukung wisata di Berau. Ini yang harus segera dicarikan solusinya oleh pemerintah,” lanjut Haji Bidin.

Faktor yang dinilai sangat penting untuk segera dicarikan solusi adalah mahalnya biaya menuju objek wisata di Berau. Tiket penerbangan dari Bali ke Maratua, bisa menghabiskan Rp 4 juta per orang untuk sekali jalan. Belum lagi untuk keperluan penginapan dan akomodasi selama di Maratua. “Jika ditotal, per kepala, untuk satu minggu di Maratua, bisa menghabiskan 20 juta rupiah. Apalagi kalau mau menyelam, yang tentu harus ada biaya tambahan lagi. Ini tentu sangat memberatkan bagi kebanyakan wisatawan,” ungkap Haji Bidin.

Panorama alam Berau. FOTO: RJ PALUPI

Persoalan biaya mahal untuk berwisata ke Maratua, memang sudah menjadi rahasia umum. Sebagai destinasi wisata premium, Maratua memang masuk kategori eksklusif. Basis pengembangan wisata di Berau, menurut Ilyas Natsir, Kepala Dinas Pariwisata dan Kebudayaan Berau, diarahkan untuk menjadi wisata berkelanjutan. Hal inilah yang membuat harga yang harus dibayar oleh wisatawan, relatif jadi lebih mahal.

“Memang jadi persoalan sendiri, karena lokasi wisata di Berau bisa dikategorikan dalam kelas eksklusif. Tapi kami juga tetap melakukan upaya untuk bisa meningkatkan jumlah kunjungan ke Berau terus meningkat. Selain itu, kami juga tetap memberikan opsi bagi wisatawan dengan budget terbatas, untuk bisa ke Berau. Memang tidak mudah, tapi kami tetap berusaha,” ungkapnya.

Hal senada juga disampaikan Pj Sekretaris Daerah Berau, Agus Wahyudi. Satu kendala yang sejauh ini belum bisa dipecahkan adalah mahalnya tiket penerbangan ke Berau. Upaya Pemkab Berau melakukan lobi-lobi baik ke Kementerian Perhubungan, ataupun maskapai penyedia jasa penerbangan, masih terus dilakukan. Saat ini, hanya ada dua maskapai yang melayani rute penerbangan reguler ke Tanjung Redeb, Wings Air (Lion Air Group) dan Citylink (Garuda Indonesia Group). Sementara hanya ada satu penerbangan terjadwal ke Bandara Maratua, yang dilayani oleh Susi Air.

“Infrastruktur yang kami miliki, sudah mencukupi untuk pendaratan pesawat yang mengangkut penumpang dalam jumlah besar. Bandara Kalimarau, bisa untuk landing pesawat berbadan besar, sementara Bandara Maratua, bisa untuk mendarat pesawat kelas ATR-72. Tapi itu belum cukup karena masih harus mengajak maskapai untuk bisa membuka rute reguler ke Berau,” ungkap mantan Kepala Badan Perencanaan Pembangunan (Bappeda) Berau itu.  

“Sebenarnya ada solusi yang ditawarkan dari maskapai agar bisa mendaratkan pesawat di Berau, dengan cara subsidi untuk block seat. Jadi pemerintah diminta menjamin keterisian kursi pesawat sampai 30 persen. Tentu ini dengan dana subsidi. Hal inilah yang juga perlu kajian mendalam, karena harus dipertimbangkan kesiapan keuangan daerah,” lanjutnya.

Sri Juniarsih, Bupati Berau juga menjadikan pariwisata sebagai isu yang masuk agenda program kerja. Bagi perempuan pertama yang terpilih sebagai Bupati Berau, potensi wisata di daerahnya akan bisa menopang ekonomi masyarakat, di saat Berau sudah tidak lagi mengandalkan hasil sumber daya alam. Saat ini, tumpuan ekonomi Berau masih tergantung keberadaan sektor pertambangan batu bara dan perkebunan sawit.

“Kami tidak tinggal diam. Memang membangun pariwisata tidak semudah tatanan konsep di atas kertas. Perlu sinergi semua bidang. Hal inilah yang akan terus kami upayakan,” ujar Sri Juniarsih.

Berau juga memiliki wisata kuliner dengan pamandangan yang indah. FOTO: RJ PALUPI

CAMPUR TANGAN PROVINSI

Kerja Pemkab Berau mengembangkan pariwisata di Maratua sebenarnya tidak sendirian. Pemerintah Provinsi Kaltim bahkan menjadikan kawasan yang masuk Kecamatan Kepulauan Derawan itu dalam rencana kerja strategis. Dr Meiliana, mantan Sekretaris Provinsi Kalimantan Timur, ditunjuk Gubernur Isran Noor untuk menjadi komandan pada lembaga bernama Tim Percepatan Kerja Sama Pengembangan Strategis Kepulauan Maratua. Tim ini telah bekerja sejak 2019.

Dari pemaparan Dr Meiliana kepada kaltimkece.id, kendala terbesar pengembangan wisata Maratua adalah persoalan infrastruktur. Ia tidak menampik jika saat ini wisatawan belum menempatkan Maratua sebagai prioritas destinasi. “Persoalannya ya karena masih mahal,” ungkapnya.

Seperti yang disampaikan Agus Wahyudi, Meiliana pun mengaku terus melakukan upaya lobi-lobi ke Kementerian Perhubungan dan maskapai penerbangan. Maratua bakal menjadi lebih populer ketika ada penerbangan terjadwal yang harganya bisa lebih dijangkau.

“Benar, bahwa target wisatawan bukan hanya lokal, tapi juga internasional. Hanya saja kalau menjangkau Maratua saja masih susah, ya pastinya sulit untuk bisa kita kembangkan,” lanjutnya.

Drs Ahmad Herwansyah, kepala Dinas Pariwisata Kalimantan Timur. FOTO: RJ PALUPI

Persoalan pengembangan wisata Maratua, atau Berau pada umumnya, juga disoroti Kepala Dinas Pariwisata Kalimantan Timur, Drs Ahmad Herwansyah. Ia menyebut, ada 4 pilar utama pengembangan wisata. Itu meliputi, destinasi, industri, pemasaran, dan sumber daya manusia.

Sisi destinasi, Kaltim telah menetapkan Berau dalam kelompok prioritas. Keberadaan Kepulauan Derawan, juga Biduk-biduk, dan Talisayan, membuat Berau memiliki kekayaan destinasi yang lebih tinggi daripada daerah lain. “Dengan adanya keinginan meningkatkan kemudahan menjangkau destinasi wisata ini, Pemprov Kaltim juga memberikan banyak daya dukung, misalnya infrastruktur jalan, di Berau lebih massif,” ungkapnya.

Menurut Ahmad Herwansyah, persoalan infrastruktur ini akan menjadi kunci yang memudahkan pilar-pilar lainnya bekerja maksimal. Dengan sarana yang baik, industri pariwisata juga akan semakin hidup. Dari para pelaku industri ini pula, pemasaran akan lebih mudah untuk melakukan promosi dan menggaet wisatawan. Seiring hal itu berjalan, sumber daya manusia, termasuk di dalamnya mencakup kelembagaan, akan lebih mudah ditingkatkan.

“Pilar-pilar itu memang tidak bisa berdiri sendiri. Layaknya sebuah bangunan, tiang penyangga juga harus berdiri bersama-sama. Memang tidak mudah, karena pariwisata juga harus melibatkan sektor-sektor lain. Alhamdulillah, sejauh ini Pemprov Kaltim memberikan porsi perhatian dan dukungan yang besar pada isu pariwisata. Saya yakin, jika sinergi ini bisa terus berlanjut, industri pariwisata Kaltim tidak kalah dengan daerah lain yang sudah maju seperti Bali, Lombok, ataupun Labuan Bajo,” pungkasnya. (*)

shareBagikan Artikel Ini


Artikel Terkait


Tinggalkan Komentar