Politik

Curi Start hingga Koalisi Mengejutkan, Warna-Warni Perebutan Kursi Wali Kota Samarinda

person access_time 5 years ago
Curi Start hingga Koalisi Mengejutkan, Warna-Warni Perebutan Kursi Wali Kota Samarinda

Satu per satu figur mendeklarasikan diri sebagai bakal calon wali kota Samarinda. (Mohamad Imtinan Nauval/kaltimkece.id)

Pilwali Samarinda masih tahun depan. Dinamikanya sudah mulai ramai.

Ditulis Oleh: Arditya Abdul Azis
Kamis, 05 September 2019

kaltimkece.id Tahapan pemilihan wali kota Samarinda berlangsung September 2019. Tak sedikit nama bermunculan. Satu per satu telah mendeklarasikan diri.

Pilwali Samarinda 2020 menjadi yang pertama tak diikuti Syaharie Jaang setelah dua dekade. Faktor ini juga yang membuat banyak tokoh bermunculan. Dari yang menyiapkan jalur partai, hingga mengurai asa lewat independen.

kaltimkece.id merangkum nama-nama yang berpotensi bertarung di pilawali mendatang. Dimulai Muhammad Barkati yang sebulan ini menjabat wawali Samarinda. Secara teknis, ia bertindak sebagai petahana jika sungguh maju di pesta demokrasi tersebut.

Kemudian mantan Plt Sekprov Kaltim Meiliana dan mantan kepala Bappeda Kaltim Zairin Zain. Uniknya, dua nama tersebut sama-sama pernah bertugas penjabat wali kota Samarinda.

Di luar itu ada Apri Gunawan hingga Parawansa Assoniwora yang belum punya jejak politik. Sedangkan dari petinggi partai meliputi Ketua DPD Hanura Kaltim Andi Harun, Ketua DPC Demokrat Samarinda Viktor Yuan, dan mantan anggota DPRD Samarinda, Sarwono.

Dari semua bakal calon yang muncul ke publik, Zairin Zain dan Sarwono telah curi start. Keduanya mantap berpasangan. Bahkan telah mengusung tagline. Yakni Samarinda Bangkit. Keduanya juga sudah melakukan peresmian rumah pemenangan. Berlokasi di jalan M Yamin, Minggu, 1 September 2019.

Zairin dan Sarwono mendeklarasikan diri maju lewat jalur independen. Bukan tanpa alasan. Menurut keduanya, jalur independen justru memperbesar peluang. Sejak melakukan penggalangan sepekan lalu, telah terkumpul 1.000 fotokopi KTP dan surat dukungan bermaterai. Target adalah 50 ribu.

Lewat jalur independen, Zairin-Sarwono meyakini lebih leluasa menyatukan semua entitas masyarakat. Mulai politik, tokoh, paguyuban, dan kelompok masyarakat lainnya. Terlebih maju lewat partai politik juga tidak mudah. Prosesnya panjang. Turut melibatkan dewan pimpinan pusat (DPP) partai politik di Jakarta. Meski demikian, Zairin diketahui telah mendaftar ke sejumlah partai.

“Semua entitas kami rangkul. Tapi partai politik tidak akan kami abaikan. Apalagi punya kursi di DPRD,” ucap Sarwono saat peresmian posko pemenangan tersebut.

Zairin dan Sarwono boleh jadi yang pertama berpasangan. Tapi bukan yang pertama urusan deklarasi. Justru Parawansa Assoniwora yang paling dulu. Deklarasi pemuda kelahiran Pare-Pare, Sulawesi Selatan, itu berlangsung di hadapan sekitar 100 orang. Ditandai dengan hajatan sederhana di Roemah Joeanda, Sabtu, 17 Agustus 2019.

Pria yang biasa disapa Ancah itu mengusung tagline Samarinda Berani. Tim telah disebar mengumpulkan dukungan. Bergerilya di 59 Kelurahan dari 10 kecamatan. Targetnya 60 ribu dukungan.

Ancah memiliki latar belakang sebagai aktivis lingkungan. Juga berlatar belakang pendidikan S2 dari University of Cambridge, Inggris. 

Undang-Undang 8/2015 tentang Pilkada merincikan syarat untuk pasangan calon kepala daerah dan wakilnya diajukan secara perseorangan. Salah satunya adalah mengumpulkan dukungan berupa KTP sebanyak 6,5 hingga 10 persen dari total jumlah Daftar Pemilih Tetap (DPT) dalam pemilu sebelumnya.

Di Samarinda, jumlah DPT Pemilu 2019 sebanyak 557.051 pemilih. Artinya, jika pasangan bakal calon ingin mengajukan diri maju dalam bursa wali kota dan wakil wali kota Samarinda, pasangan tersebut harus memiliki setidaknya 7,5 persen atau sekitar 41.779 dukungan KTP.

Merapat ke Partai

Lain Ancah, lain lagi Meiliana. Ia sudah didekati beberapa partai. Kini dalam tahapan pemantapan koordinasi. Jika tidak ada partai mengusung, Meiliana membidik jalur independen. “Saat ini saya resmi menjadi masyarakat sipil biasa. Ke depan saya ada rencana dan pasti ikut pilwali,” terangnya.

Meiliana telah mendaftar di PDI Perjuangan. Salah satu alasan merapat ke partai tersebut yakni kedekatan dengan para pentolannya. “Dulu waktu saya masih sebagai Plt wali kota, seringkali di beberapa kegiatan bersama Pak Siswadi (ketua DPC PDIP Samarinda). Sudah ada chemistry saya sama beliau. Semoga ke depan bisa terus bersama,” tandasnya.  

Selain PDIP, Meiliana juga mendaftar ke Partai Demokrat. Sejauh ini, sudah tiga partai membuka pendaftaran calon wali kota dan wakil wali kota Samarinda. Ketiganya adalah Golkar, PDIP, dan Demokrat. Sejumlah nama telah mendaftar ke masing-masing partai di antaranya Meiliana, Zairin Zain, dan Apri Gunawan.

Apri sebelumnya mendeklarasikan diri di Taman Samarendah, Jalan Bhayangkara, Sabtu, 20 Juli 2019. Maju dengan tagline Samarinda adalah Kita. Pengusaha muda itu memastikan tak maju secara independen. “Saya dekat dengan teman-teman parpol. Baik dengan PKB, Gerindra, Golkar, PKS, dan semuanya saya dekati. Komunikasi saya pun sudah terjalin dengan tujuh partai,” katanya.

Meski demikian, dinamika politik membuatnya menyiapkan beberapa opsi. Langkah pasti akan diambil pada Desember hingga Januari tahun depan. Sejauh ini sudah dua partai menyatakan dukungan. Apri juga telah mengambil formulir pendaftaran di PDI Perjuangan, 4 September 2019.

Gerindra Rangkul PDIP?

Ketua DPD Gerindra Kaltim, Andi Harun, juga memastikan bertarung di pilwali kelak. Politikus yang baru dilantik sebagai anggota DPRD Kaltim 2019-2024 itu sudah bersiap. Kini tinggal menunggu instruksi partai di tingkat pusat.

Andi Harun bahkan mempertimbangkan mendaftar ke PDIP. Hal ini menjadi salah satu kejutan mengingat Gerindra selama ini dikenal sebagai rival PDIP. Meski demikian, Andi meredakan opini tersebut. Pilpres telah selesai. Di level daerah pun kondisinya berbeda. Kans koalisi begitu terbuka.

“Kita akan lihat. Saya akan menghormati semua proses di partai politik. Dan pada waktunya sebagai bakal calon wali kota, saya akan mengikuti proses itu. Saya juga akan mendaftar ke PDI Perjuangan. Tinggal waktunya belum ditentukan,” terang Andi Harun.

Dari kalangan petinggi partai, nama Viktor Yuan adalah salah satu yang mengemuka. Ia ketua DPC Demokrat Samarinda. Mengusung tagline Kerja Sepenuh Hati Menuju Samarinda Juara. Viktor mengaku telah mendapat restu DPP partai berlambang mercy tersebut.

"Insya Allah saya siap maju. Telah diperintahkan DPP Demokrat untuk melakukan komunikasi ke sejumlah partai. Demokrat hanya memiliki lima kursi di DPRD Samarinda,” sebutnya.

Demokrat memerlukan tambahan satu atau dua partai untuk bisa mencalonkan kadernya. Tapi niatan itu dihadapkan situasi partai yang masing-masing mengusung calon. Sedangkan hampir semua partai tak dapat mengusung calon sendiri. Komunikasi mau tak mau harus gencar.

Demokrat berencana melanjutkan koalisi dengan PKS dan NasDem yang terbentuk pada pilwali 2015. Tapi tak menutup kemungkinan memulai babak baru dengan PKB, PDIP, Golkar, Gerindra dan Hanura. "Bahkan ke partai tanpa kursi di parlemen. Seperti PSI, Garuda, dan Perindo," ucapnya.

Kans Petahana

Baru sebulan ini ia menjabat wawali Samarinda. Posisi itu, membuat Barkati bertindak sebagai petahana dalam pilwali mendatang. Barkati sejak jauh hari menyatakan kesiapan. Tapi bila ada partai yang mengusung. Mental untuk bertarung telah disiapkannya. “Itu tergantung partai yang mengelola nanti. Saya siap aja untuk dipertarungankan. Saya ini orangnya ijtihad,” sebutnya.

Menurut pengamat politik Lutfi Wahyudi, status petahana yang disandang Barkati tak sepenuhnya memberi keuntungan. Bagaimanapun, status orang nomor dua di Samarinda hanya setahun lebih diemban. Waktu singkat sulit untuk jadi jaminan. Berbeda status petahana yang disandang Jaang dan mendiang Nusyirwan Ismail dalam pilwali terakhir.

"Kalau petahana yang kemarin itu ibarat matahari kembar. Kalau yang ini terlalu redup. Ibarat lampu, Jaang terlalu dominan. Sehingga dia (Barkati) sulit menonjol. Kontestan lainnya pun berpikir sangat mungkin untuk dikalahkan," terang Lutfi.

Tanpa petahana yang dominan membawa hawa positif. Persaingan lebih berimbang. Bagi masyarakat, lebih banyak pilihan tersedia. Samarinda memerlukan kualitas dan kapabilitas pemimpin yang mumpuni. Terutama untuk membenahi sejumlah masalah di dalamnya. Khususnya permasalahan banjir yang menjadi keresahan utama warga.

"Harusnya masyarakat berpikir setelah sekian lama dipimpin dengan ritme yang landai-landai saja, Samarinda memerlukan pemimpin yang mampu melakukan terobosan," tutup Dosen Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik, Universitas Mulawarman, tersebut. (*)

 

Editor: Bobby Lolowang

folder_openLabel
shareBagikan Artikel Ini


Artikel Terkait


Tinggalkan Komentar