Ragam

Kedai Kopi Bisa Jadi Brand Ambassador Samarinda

person access_time 3 years ago
Kedai Kopi Bisa Jadi Brand Ambassador Samarinda

Rusmadi Wongso saat membuka pelatihan dan sertifikasi barista di Samarinda. (istimewa)

Pelatihan dan sertifikasi barista tersebut diinisiasi Malabar Mountain Coffee (MMC), produk dagang PT Sinar Mayang Lestari yang dimiliki Slamet Prayoga.

Ditulis Oleh: Robithoh Johan Palupi
Senin, 14 Juni 2021

kaltimkece.id Ketel kecil berisi air panas yang digenggam Dr Ir Rusmadi perlahan dituangkan. Serbuk kopi sudah lebih dulu ditempatkan di dalam kertas penyaring yang sudah diletakkan di atas tempat penyimpan air. Perlahan, air dari ketel disiramkan Wakil Walikota Samarinda itu. Tak lebih lima menit, tetes terakhir cairan berwarna pekat masuk ke dalam cawan penadah kopi.

Pemandangan yang tak biasa, kala orang nomor dua di pemerintahan Kota Samarinda itu menyeduh kopi. Rusmadi memang menyempatkan diri untuk membuka agenda pelatihan dan sertifikasi barista yang digelar di Hayyu Coffee and Bakery, di Jalan M Yamin, Samarinda, Minggu 13 Juni 2021. “Ini pengalaman pertama saya menyeduh kopi, semoga enak ya,” ujar Rusmadi sembari membagikan lima cangkir keramik yang berisi seduhan kopi kreasinya.

Pelatihan dan sertifikasi barista kali ini diinisiasi Malabar Mountain Coffee (MMC), produk dagang dari PT Sinar Mayang Lestari yang dimiliki Slamet Prayoga. Bersama para penggiat kopi di Samarinda, MMC menggagas event dengan dukungan Lembaga Sertifikasi Profesi (LSP) Kopi Indonesia.

“Sebelum masuk ke ujian sertifikasi, kami berusaha untuk membekali para barista dengan pengetahuan standar, sesuai yang akan diujikan saat sertifikasi,” ujar Robi Johan, ketua panitia kegiatan.

“Dari 35 peserta yang mendaftar, akhirnya ada 13 peserta yang melakukan registrasi ulang dan mengikuti pelatihan dan sertifikasi. Jumlah ini memang belum maksimal, karena banyak yang terkendala dengan biaya pendaftaran. Namun, peserta tidak hanya dari Samarinda, tapi ada juga yang dari Kutai Kartanegara dan Balikpapan,” lanjut Robi Johan.

Sementara itu, dalam sambutannya, Slamet Prayoga dari MMC menyebut, keperluan menyertifikasi barista, salah satunya sebagai upaya mengiringi tumbuhnya kedai-kedai kopi. Sejalan dengan hal tersebut, kebutuhan standardisasi kemampuan dan pengetahuan penyeduh kopi juga kian meningkat. Masalahnya, tidak semua barista secara mandiri memiliki kemampuan sumber daya untuk mengikuti ujian sertifikasi. Slamet Prayoga menyebut, kegiatan serupa yang biasa dilakukan di Jakarta atau Bandung, barista bisa mengeluarkan minimal Rp 10 juta.

“Karena itulah kami coba menggelar sertifikasi di Samarinda dengan biaya yang lebih terjangkau,” ungkapnya.

Bagi Slamet Prayoga, ilmu tentang kopi sebenarnya bukan hanya berakhir pada bagaimana menyeduh kopi yang baik. Kualitas sajian kopi juga ditentukan dari budidaya kopi di wilayah perkebunan. Hanya saja, sektor hulu dari industri kopi belum banyak yang melakukannya dengan serius. “Selain budidaya, juga dipengaruhi oleh proses pascapanen, juga proses roasting,” lanjutnya.

“Saya juga orang Samarinda, yang kebeneran memilih jalur sebagai petani kopi, meski saat ini mengelola kebun kopi di Pangalengan (Kabupaten Bandung, Jawa Barat). Alhamdulillah, produk yang saya kembangkan sudah bisa menembus pasar ekspor. Dan saat ini, saya sedang mencoba mengembangkan jenis liberica, dengan membangun kebun di wilayah Pangempang (Muara Badak, Kutai Kartanegara) dan membina petani di daerah Perangat Baru (Kecamatan Marangkayu, Kukar),” tuturnya.

Kebutuhan akan pentingnya membekali barista dengan kemampuan standar juga diamini pengelola Hayyu Coffe and Bakery, Achmad Fachruji. Saat memberikan sambutan di depan peserta kegiatan, juga tamu seperti Kepala Dinas Pariwisata Samarinda, serta Sekretaris Dinas Koperasi dan UKM Samarinda, ia menyampaikan apresiasi atas berlangsungnya kegiatan tersebut. Satu orang barista juga dikirim coffeeshop yang baru berusia 2 tahun itu untuk mengikuti event yang diagendakan berlangsung selama empat hari pelatihan dan dua hari ujian sertifikasi itu. “Terima kasih atas kepercayaannya untuk menggelar kegiatan ini di tempat kami. Semoga dari kegiatan ini, akan melahirkan barista yang profesional,” ungkapnya.

Melihat besarnya antusiasme warga Samarinda menggeluti usaha di bidang kopi, Wakil Walikota Samarinda juga tidak menutup diri akan pentingnya pembinaan. Pelaku usaha kreatif dinilai mantan Dekan Fakultas Perikanan Universitas Mulawarman itu, disebutnya mampu menjadi garda depan peningkatan ekonomi daerah. Serapan tenaga kerja adalah satu dari sekian banyak manfaat positif yang timbul. “Seperti yang dilakukan Pak Slamet Prayoga yang bisa ekspor kopi, ini tentu banyak manfaatnya. Bahkan ekonomi nasional pun akan semakin kuat,” ungkap Rusmadi.

Khusus bagi pelaku industri di Samarinda, politikus yang mendampingi Dr Andi Harun pada Pilkada 2020 itu, akan mencoba menyusun kebijakan yang mendukung pengusaha kopi. Tak hanya manfaat ekonomi, kedai kopi juga bisa jadi brand ambassador akan citra baik satu daerah. Pasalnya banyak masyarakat yang berkunjung ke Samarinda, sebagian di antaranya akan mencari tempat bersantai. Kedai kopi tentu jadi salah satu pilihan.

“Jika mampu melayani tamu, apalagi tamu dari luar daerah dengan baik, tentu yang akan mendapat manfaat adalah Samarinda. Dan ini sejalan dengan visi-misi kami yang ingin menjadikan Samarinda sebagai kota pusat peradaban,” tutur Rusmadi.

“Tuntutan seperti itu tentu tidak mudah. Apalagi di masa pandemi. Tapi seorang barista yang baik tentu akan tetap menjalankan aktivitas bisnis dan pelayanan tamu dengan tetap menjaga protokol kesehatan. Ayo, kita bersama menjaga Samarinda, dan salah satunya lewat kedai kopi,” tutupnya. (*)

folder_openLabel
shareBagikan Artikel Ini


Artikel Terkait


Tinggalkan Komentar