Olahraga

Borneo FC-Persipura Berbagi Poin, Pesan Damai dari Lapangan Hijau

person access_time 5 years ago
Borneo FC-Persipura Berbagi Poin, Pesan Damai dari Lapangan Hijau

Pesan damai dari para pemain Persipura Jayapura. (Mohammad Heldy Juwono/kaltimkece.id)

Olahraga menjadi salah satu sarana untuk menebar kedamaian. Bahwa virus perdamaian juga bisa ditularkan dari lapangan hijau.

Ditulis Oleh: Giarti Ibnu Lestari
Selasa, 20 Agustus 2019

kaltimkece.id Tampil di hadapan publik sendiri, tak membuat Borneo FC digdaya atas tamunya. Persipura Jayapura sukses mencuri poin di Segiri setelah berhasil menahan imbang tuan rumah 1-1, Senin malam, 19 Agustus 2019.

Bagi Borneo, hasil tersebut menjadi yang kesembilan beruntun tanpa kekalahan. Pesut Etam pun kembali ke lima besar klasemen sementara Liga 1 Indonesia 2019. Mengoleksi 21 poin dari 13 pertandingan.

Pelatih Borneo FC, Mario Gomez, menyikapi positif hasil imbang yang didapat timnya. Pertandingan berlangsung ketat. Bola banyak bergulir di lapangan tengah. Skor imbang 1-1 dirasa hasil yang cukup adil. “Bagi kami cuma dua pilihan: satu poin atau tiga poin. Kalau tidak ada kesempatan mendapat tiga poin, setidaknya satu poin," sebut Gomez setelah pertandingan.

Pelatih asal Argentina tersebut meminta anak asuhnya segera fokus agenda ke depan. Borneo FC kembali melakoni partai kandang pada 24 Agustus 2019 kontra Semen Padang. Kebugaran menjadi kunci. Menyiasati jadwal padat yang berisi empat pertandingan dalam 15 hari. “Maka kami harus berjuang ekstra,” sebutnya.

Sementara itu, torehan satu poin membuat Persipura naik ke posisi sembilan dengan raihan 17 poin dari 13 laga. Pelatih Jackson F Tiago mengapresiasi anak asuhnya yang berjuang luar biasa untuk mencuri satu angka. Pertandingan dinilai berjalan sangat menarik. Kedua tim bermain penuh hati-hati.

Kedua gol untuk masing-masing tim baru tercipta pada menit akhir. Banyak keluhan laga berlangsung membosankan pada babak pertama. Namun bagi Tiago, justru pada periode itu kedua tim bermain lebih taktis. Baik Borneo dan Persipura berusaha menetralisir masing-masing lawannya. Baru pada babak kedua masing-masing tim menemukan banyak ruang. Gaya sepak bola liar khas Indonesia pun dipertontonkan. Kedua tim berusaha saling menyerang. Buah dari terkurasnya stamina dan dorongan emosional. “Bagi penonton mungkin itu menarik. Tapi bagi kami para pelatih justru waswas,” terangnya.

Gol pembuka baru datang pada menit 87' via Boaz Solossa untuk Persipura. Namun tuan rumah segera bereaksi cepat. Selang semenit, skor penyama kedudukan dicetak Renan Silva. “Anak-anak mampu menjalankan tugas yang direncanakan dalam latihan dengan sangat luar biasa baik. Maka tak ada alasan untuk kecewa,” tambah mantan pelatih Barito Putera tersebut.

Pesan Damai

Agenda tandang Persipura di Samarinda, jadi momentum bagi puluhan mahasiswa Papua yang menjalani pendidikan di Ibu Kota Kaltim. Sekitar 40 orang menonton langsung di Segiri. Lengkap dengan atribut tim kebanggaan serta spanduk berisi dukungan kepada Tim Mutiara Hitam.

Fans Persipura, demikian juga seluruh penonton dan perangkat pertandingan di Segiri, menyanyikan lagu kebangsaan Indonesia Raya sebelum kickoff. Para pemain memasuki lapangan dengan membawa pesan dalam secarik kertas putih bertuliskan "SAY NO TO RACISM" dan "STOP RASIS".

Dua pesan damai tersebut ditujukan atas isu SARA yang dialami kelompok mahasiswa asal Papua di Malang dan Surabaya, berujung keributan hingga Papua. Untungnya, dampak gejolak itu tak sampai ke Samarinda. Polisi memang menurunkan personel ekstra untuk mengamankan jalannya pertandingan malam itu. Tapi hingga peluit panjang tanda berakhirnya laga berbunyi, tak ada tanda-tanda keributan. Pertanda masyarakat Samarinda tak mudah terprovokasi isu SARA. Terlebih hoax.

“Masyarakat di sini cukup welcome dengan pendatang. Dan di momen seperti ini, jadikanlah olahraga sebagai pemersatu Bangsa Indonesia,” sebut Kapolresta Samarinda Komisaris Besar Polisi Vendra Riviyanto.

Marcel Koibur adalah salah satu mahasiswa asal Papua yang menempuh pendidikan di Samarinda. Ia berkuliah di Fakultas Hukum Universitas Mulawarman. Datang ke Segiri khusus menyaksikan tim kebanggaan bertanding. “Dengan mainnya Persipura di Samarinda, kami (mahasiswa Papua) bangga dan antusias bisa menyaksikan langsung,” sebut Marcel.

Di Samarinda, terdapat sekitar 50 mahasiswa asal Papua merantau menimba ilmu. Jika digabung dengan masyarakat Papua lainnya di Kota Tepian, totalnya ratusan orang. Gejolak yang terjadi dari Malang dan Surabaya memang begitu disayangkan. Namun ia memastikan situasi serupa tak merembet ke Samarinda. “Kami di sini tetap mengedepankan kuliah kami. Tidak terlalu terprovokasi dengan apa yang terjadi. Kami tetap beraktivitas sebagai mahasiswa yang fokus belajar,” terang pria 27 tahun tersebut.

Selama menimba ilmu di Samarinda, Marcel mengaku tak pernah mendapat perlakuan rasis. Ia menjalani kehidupan sebagaimana mahasiswa umumnya. Termasuk mengikuti perlombaan Hari Kemerdekaan 17 Agustus lalu. Pesan-pesan berantai memang banyak diterima kalangan mahasiswa tersebut dari media sosial. Termasuk aplikasi perpesanan WhatsApp. Namun sebagai mahasiswa, ia menegaskan tak mudah terprovokasi. “Kami menjaga nama baik dan persatuan NKRI,” imbuhnya. (*)

 

Editor: Bobby Lolowang

folder_openLabel
shareBagikan Artikel Ini


Artikel Terkait


Tinggalkan Komentar