Kesehatan

Secercah Asa dari Transfer Antibodi, Metode Menjanjikan Selamatkan Nyawa Pasien Covid-19

person access_time 4 years ago
Secercah Asa dari Transfer Antibodi, Metode Menjanjikan Selamatkan Nyawa Pasien Covid-19

Ilustrasi transfer plasma (foto: istimewa)

Sejumlah pasien Covid-19 dengan kondisi parah berhasil diselamatkan lewat terapi antibodi melalui transfer plasma. Sejumlah peneliti berpendapat, metode ini cukup menjanjikan.

Ditulis Oleh: Fel GM
Jum'at, 03 April 2020

kaltimkece.id Para ahli di seluruh dunia terus berusaha mengembangkan antivirus dan vaksin SARS-Cov-2 yang aman bagi manusia. Namun demikian, proses menemukan obat dan penangkal itu memerlukan waktu panjang, sementara virus merebak begitu cepatnya. Bak oase di padang pasir, secercah harapan menyeruak di tengah situasi itu. Transfer plasma melalui terapi antibodi pasif disebut cukup menjanjikan.

Transfer plasma adalah metode "kuno" yang dipakai ketika suatu wabah merebak. Pada Perang Dunia II, terapi ini digunakan kepada prajurit Amerika Serikat yang diserang campak dan hepatitis. Pada 1988, antibodi tikus yang sudah disesuaikan bagi manusia diperkenalkan untuk melawan infeksi Respiratory Syncytial Virus. Virus menular ini menyerang sistem pernapasan bayi (Covid-19, Passive Transfer of Antibodies: Too Often Forgotten, jurnal, 2020, hlm 2).

Distribusi antibodi melalui plasma juga sudah dipakai saat dunia melawan wabah influenza, H1N1 atau flu Spanyol, SARS, hingga MERS. Tingkat keberhasilannya memang tidak konsisten. Beberapa pasien membaik sementara yang lain tidak berpengaruh apa-apa. Walaupun demikian, para ahli sepakat bahwa perawatan berbasis plasma bisa dipilih sembari menanti antivirus dan vaksin Covid-19 dikembangkan. 

Metode ini tidak terlalu sulit untuk dipahami karena relatif sederhana. Transfer plasma pada dasarnya berlandas kepada konsep kekebalan pasif. Dimulai dengan mengumpulkan plasma orang-orang yang pulih dari infeksi Covid-19. Di dalam plasma kelompok yang sudah pulih ini, terkandung antibodi yang telah berkembang secara alami dalam merespons SARS-CoV-2. Sistem kekebalan pasien yang telah sembuh ini membentuk antibodi baru yang "cerdas." Antibodi ini mampu menyingkirkan virus secara selektif karena hanya menargetkan protein yang dibentuk oleh SARS-CoV-2. 

Langkah selanjutnya adalah memindahkan plasma berisi antibodi "cerdas" tersebut kepada orang lain yang masih berjuang melawan infeksi virus. Transfer plasma biasanya menggunakan selang infus.

"Ketika antibodi tersebut dimasukkan secara pasif kepada seseorang yang sakit, ia akan membantu melawan infeksi secara lebih efektif dan sembuh sedikit lebih cepat," kata Dr Bruce Sachais, kepala petugas medis di kantor pusat New York Blood, organisasi palang merah setempat (Blood Plasma Treatment for Coronavirus Set to Get Its First Trial Run in New York, artikel Time, 2020).

Laporan Keberhasilan

Distribusi plasma antarmanusia untuk pasien Covid-19 dengan gejala berat telah dilakukan di Tiongkok. Adalah lima pasien Covid-19 yang sakit parah di Rumah Sakit Rakyat Ketiga Shenzhen, yang diberikan terapi ini. Semua pasien ini telah mengalami gagal napas berat. Bakteri yang menyebabkan pneumonia juga terdeteksi di organ dalam. 

Tim medis menginjeksi kelima pasien itu dengan plasma yang diambil dari pasien yang pulih. Setelah sepekan transfusi berjalan, hasilnya terlihat. Status klinis semua pasien meningkat. Suhu tubuh mereka berangsur normal. Skor penilaian kegagalan organ juga membaik. Yang terakhir, uji laboratorium menyatakan mereka negatif dari SARS-CoV-2 setelah 12 hari transfusi (Convalescent Plasma to Treat Covid-19: Possibilities and Challenges, jurnal, 2020).

Dr Kyle Annen adalah direktur medis di Children's Donor Blood Center, Colorado, AS, yang melihat secercah harapan dari metode ini. Ia menjelaskan, transfer pasif antibodi adalah mengambil plasma orang yang baru pulih dari Covid-19. Pasien yang sembuh ini harus dipastikan tidak menyimpan virus di tubuhnya lagi. Plasma mereka kemudian dipindahkan kepada pasien Covid-19 yang belum mampu memproduksi antibodi yang cukup untuk mengalahkan virus. 

"Ini adalah pilihan terbaik yang kami miliki," kata Annen seperti dikutip dari artikel ABC News berjudul Colorado Hospital Calling for Donors to Help with Experimental, 'Promising' Coronavirus Treatment (2020).

Berternak Plasma, Memanen Antibodi 

Transfer plasma segera dikembangkan secara luas di Amerika Serikat. Pemerintah Federal AS, melalui Administrasi Makanan dan Obat, bahkan telah mengizinkan dokter menggunakan transfer plasma untuk terapi COVID-19. Izin ini memang baru diberikan untuk kasus Covid-19 yang mengancam nyawa di bawah persetujuan darurat. 

Penelitian mengenai efektivitas transfusi plasma ini juga terus berjalan di banyak negara bagian di AS. Untuk saat ini, setiap pasien kemungkinan menerima satu unit plasma dengan volume 200-250 sentimeter kubik. Masalahnya adalah jumlah plasma orang-orang yang telah sembuh dari Covid-19 masih terbatas. Lagi pula, tidak semua plasma mereka kaya akan antibodi Covid-19.  

Emergent BioSolutions adalah sebuah perusahaan biofarmasi di Maryland, AS, yang sedang mengumpulkan plasma dari pasien yang pulih. Perusahaan tersebut mencari sumber antibodi di luar manusia. Kuda menjadi pilihan yang paling menjanjikan. Berdasarkan penelitian terdahulu, kuda mampu menghasilkan plasma yang kaya antibodi. Antibodi ini akan "diternakkan" di tubuh kuda dengan lebih dahulu menginfeksi hewan dengan virus SARS-CoV-2. Setelah kuda menghasilkan antibodi, plasma mereka dipanen. Perusahaan optimistis, volume plasma yang dihasilkan kuda-kuda ini sangat besar sehingga dapat digunakan bagi orang banyak. (*)

Baca juga ulasan mendalam kami yang lain:
 
Senarai Kepustakaan
 
Ikuti berita dan ulasan berkualitas kaltimkece.id dengan menyukai halaman Facebook kami berikut ini:

 

folder_openLabel
shareBagikan Artikel Ini


Artikel Terkait


Tinggalkan Komentar