Lingkungan

Gerakan Tiga Sahabat Memberantas Sampah

person access_time 1 year ago
Gerakan Tiga Sahabat Memberantas Sampah

Dari kiri: Ronald, Nor Raudah, dan Ardhy. Mereka aktif melakukan gerakan menjaga lingkungan hidup. FOTO: SEPTIANUS HENDRA-KALTIMKECE.ID

Berbagai upaya dilakukan ketiga sahabat di Balikpapan ini demi tinggal di lingkungan yang sehat. Termasuk menjadikan rumah sebagai penampungan sampah.

Ditulis Oleh: Septianus Hendra
Rabu, 31 Mei 2023

kaltimkece.id Sampah-sampah yang berserakan di Balikpapan membuat Nor Raudah, Ardhy, dan Ronald resah. Ketiga sahabat itu khawatir, sampah-sampah yang tidak terkelola bakal menyebabkan krisis iklim kian parah. Mereka lantas berikrar melakukan gaya hidup peduli lingkungan hidup. Mulanya, janji tersebut mereka wujudkan dengan selalu membawa tas ramah lingkungan setiap kali berbelanja.

Pada Februari 2022, Raudah, Ardhy, dan Ronald memperluas gerakan cinta lingkungan dengan membuat akun Instagram @dari.hulu. Lewat akun media sosial ini, mereka memberikan edukasi kepada masyarakat untuk peduli terhadap lingkungan. Di sisi lain, mereka juga aktif memisahkan sampah yang masih bisa dimanfaatkan.

Kepada kaltimkece.id pada Selasa sore, 30 Mei 2023, Raudah menjelaskan tentang penggunaan nama Dari Hulu. Nama ini dipilih untuk mengingatkan kepada masyarkat agar menyelesaikan permasalahan lingkungan dari hulunya.

“Hulunya sampah itu adalah masyarakat. Jadi, permasalahan sampah bisa diatasi bila masyarakat mau mengatasinya,” ujar perempuan berusia 34 tahun itu.

Raudah dan rekan-rekannya sempat menemui hambatan saat memulai gerakan. Raudah mengatakan, sejumlah pengikut Dari Hulu kerap melaporkan kebingungan menindaklanjuti sampah yang sudah mereka pilah, sebagaimana anjuran Dari Hulu. Merespons laporan tersebut, Raudah, Ardhy, dan Ronald mendirikan empat selter atau tempat penampungan sampah dari masyarakat.

Selter-selter sampah tersebut tersebar di sejumlah kawasan di Balikpapan. Salah satunya di rumah Raudah di Kelurahan Karang Rejo, Balikpapan Tengah. Ia menerangkan, sampah dari masyarakat yang masih bisa dimanfaatkan seperti plastik dapat disetor ke selter-selter tersebut. Oleh pengelola selter, sampah tersebut dijual ke bank sampah.

Sebagian rumah Raudah di Kelurahan Karang Rejo, Balikpapan Tengah, dimanfaatkan untuk menampung sampah yang masih bisa dimanfaatkan. FOTO: SEPTIANUS HENDRA-KALTIMKECE.ID

“Hasil dari penjualan sampah ini akan dibelikan bibit mangrove. Bibit tersebut kemudian disumbangkan ke pengelola mangrove untuk ditanam,” terangnya. Kini, sambung dia, ada lebih 300 orang yang konsisten mengirimkan sampah ke selter-selter. “Sampah yang orang-orang setor merupakan sampah hasil dari aktivitas sehari-hari mereka,” imbuhnya.

Bukan hanya menjadi tempat penampungan sampah, selter di kediaman Raudah juga menjadi toko yang menjual sejumlah kebutuhan pokok. Beberapa di antaranya yakni kacang merah, biji jagung, kacang ijo, teh, serbuk jahe, hingga gula merah. Semua barang tersebut tidak disimpan di wadah plastik melainkan stoples kaca. Raudah mengatakan, hal ini dilakukan untuk meminimalisasi sampah plastik sekali pakai.

“Kami juga mewajibkan pengunjung membawa wadah sendiri dan tidak membawa plastik,” katanya.

Raudah menjelaskan, tujuan utama dari gerakan ini adalah mengurangi jumlah sampah di tempat pembuangan akhir (TPA). Sampah yang menumpuk di TPA disebut dapat memberikan berbagai dampak buruk. Salah satunya berdampak buruk bagi lingkungan hidup. Tumpukan sampah, kata dia, dapat menghasilkan gas metana dan karbondioksida. Kedua gas ini merupakan penyebab utama lapisan ozon menipis.

“Buang sampah di tempatnya itu bukan solusi. Kita harus sadar untuk memilah sampah dari sumbernya agar tidak bercampur dan menjadi satu di TPA,” ujarnya. Yang paling ditakutkannya dari tidak terkelolanya sampah dari hulu adalah terjadinya over kapasitas di TPA Manggar. “Bayangkan kalau TPA penuh, mau buang ke mana lagi sampah?” ucapnya.

Di rumahnyaRaudah juga membuka toko ramah lingkungan. FOTO: SEPTIANUS HENDRA-KALTIMKECE.ID

Raudah menganjurkan kepada masyarakat yang ingin melakukan gaya hidup minim sampah agar memulainya dengan langkah-langkah kecil. Salah satunya membawa tas kain saat hendak berbelanja. Tas kain bisa dipakai berulang-ulang ketimbang tas plastik. “Kita harus berpikir jauh ke depan,” serunya.

Selain melalui platform digital, Raudah bersama timnya juga kerap memberikan edukasi lingkungan hidup ke sekolah-sekolah. Beberapa waktu lalu, mereka mengadakan bazar minim sampah dan memberikan sejumlah kiat mendapatkan penghargaan adiwiyata di SMA 7 Balikpapan. Sebagai informasi, adiwiyata adalah salah satu program Kementerian Lingkungan Hidup dalam rangka mendorong terciptanya pengetahuan dan kesadaran warga sekolah melestarikan lingkungan hidup.

“Salah satu edukasi yang kami berikan adalah mengajarkan mereka supaya bisa mengelolah sampah jadi kompos,” tutup Raudah. (*)

shareBagikan Artikel Ini


Artikel Terkait


Tinggalkan Komentar