Politik

Pikir-Pikir Jalur Independen, Dukungan Parpol Tetap Rebutan

person access_time 5 years ago
Pikir-Pikir Jalur Independen, Dukungan Parpol Tetap Rebutan

Manuver politik kian ramai jelang Pilwali Samarinda 2020. (ilustrasi: freepik)

Jalur independen tak semahal dukungan parpol. Tapi lebih sulit untuk diwujudkan.

Ditulis Oleh: Arditya Abdul Azis
Senin, 09 September 2019

kaltimkece.id Jauh sebelum tahapan pemilihan wali kota (pilwali) Samarinda dimulia, sosok-sosok peminat pertarungan tersebut bermunculan. Bahkan tak sedikit memulai langkah dengan keyakinan di jalur independen. Tapi pelan-pelan, bantuan partai politik tetap tak bisa dihindari.

Dalam berbagai kesempatan, para bakal calon ini menyatakan niat maju Pilwali Samarinda 2020 lewat jalur independen. Dari pengamatan kaltimkece.id, para bakal calon tersebut meliputi Parawansa Assoniwora, Apri Gunawan, Meliana, Zairin Zain, dan Sarwono. Dua nama terakhir bahkan mantap untuk berpasangan.

Sejak September 2019, beberapa partai politik telah membuka ruang penjaringan bakal calon wali kota Samarinda. Mulai PDI Perjuangan, Partai Golkar, Partai Demokrat, dan Partai Amanat Nasional. Sejumlah nama populer telah mengambil formulir pendaftaran. Dan di antara daftar nama tersebut, terdapat figur-figur yang sebelumnya menyatakan niat di jalur independen.

Dari penelusuran media ini, para bakal calon merapat ke PDI Perjuangan di antaranya Meliana, Apri Gunawan, Ridwan Tasa, Edi Kurniawan, Barkati, dan Andi Harun. Sedangkan Golkar adalah Zairin Zain, Meiliana, Apri Gunawan, Ridwan Tasa, dan Sarifah Masitah. Sementara Partai Demokrat yakni Meiliana, Zairin Zain, dan Viktor Yuan. Adapun PAN baru membuka pendaftaran pada Senin sore, 9 September 2019. Hingga berita ini dirangkum, terpantau belum ada bakal calon mendaftar.

Merinci nama-nama yang merapat ke parpol, tampak Parawansa Assoniwora dan Sarwono bertahan dengan pilihan awal, jalur independen. Dikonfirmasi kaltimkece.id, Zairin Zain menyebut langkahnya tersebut bertujuan menjalin komunikasi yang baik kepada sejumlah parpol. Menurutnya, tanpa dukungan parpol, kedudukan kepala daerah sangat rentan digoyahkan. "Kalau kita membelakangi partai, nanti kita juga yang repot ke depan," sebut Zairin. "Kita lihat situasi, apakah tetap di jalur independen, atau nantinya mengharapkan adanya dukungan," tambahnya.

Berbeda dengan Zairin, Sarwono menegaskan fokusnya di jalur independen. Ia tak mempermasalahkan merapatnya Zairin ke sejumlah partai. Sudah biasa dalam komunikasi politik. Yang jelas, Zairin belum menyerahkan formulir pendaftaran ke setiap partai yang sudah disambanginya.

Sarwono optimistis duetnya dengan Zairin sudah paten di jalur independen. Kalaupun ada partai tetarik mengusung, diberi ketentuan untuk tak merombak komposisi yang ada. "Tapi waktu masih panjang. Kita harus menghargai masing-masing partai punya kebijakan dan kebijakannya bukan hanya di daerah. Penentuannya di DPP (dewan pimpinan pusat)," tambahnya.

Sarwono tampak enggan berspekulasi. Ia memilih berkonsentrasi menggalang dukungan. Namun tak disebutkan pula berapa dukungan telah dikantongi. "Kalau saya sebutkan 5000, ternyata hari ini sudah bertambah lagi. Jadi tidak bisa saya sebutkan berapa jumlah dukungan," pungkasnya.

Sementara itu, Apri Gunawan sebelumnya juga memilih jalur independen untuk bertarung di pilwali. Namun, semakin mendekati pergantian tahun, ia turut merapatkan barisan ke parpol. Apri menyadari untuk memegang jabatan orang nomor satu di Samarinda, jalur independen tidak akan cukup. Kekuatan parpol tetap memegang peranan penting. Ia telah mengambil formulir pendaftaran di Golkar dan PDI Perjuangan.

"Saya ingin melihatkan kepada publik bahwa saya serius. Mudah-mudahan dari beberapa formulir partai ini saya bisa memenuhi syarat dan prasyarat. Untuk kemudian bisa didorong partai-partai tersebut," ungkapnya.

Sulitnya Jalur Independen

Parawansa Assoniwora yang memilih fokus di jalur independen, mengakui pilihan tersebut tidaklah mudah. Bakal calon lainnya yang merapat ke parpol pun bisa dimaklumi. Tantangannya banyak. Terutama ketika melakukan sosialisasi untuk mendulang dukungan di lapangan.

"Alhamdulillah banyak dukungan. Walaupun ada yang meminta kompensasi, kami coba jelaskan dan akhirnya tetap memberikan dukungan," sebut Ancah, sapaannya.

Optimisme Ancah di jalur independen, kian kuat setelah mengumpulkan dukungan 2 ribu KTP. Didapatkan dalam satu minggu terakhir setelah fokus sosialisasi pada bulan-bulan sebelumnya. Ia berharap konsistensinya di jalur independen, menjadi nilai jual di mata publik.

Menurut pengamat politik Lutfi Wahyudi, hal lumrah dalam pertarungan politik figur-figur bermain dua kaki di jalur independen maupun parpol. Tentu saja para bakal calon mempertimbangkan cara paling realistis untuk memuluskan niat maju di pilwali mendatang. "Ketika ada orang lain melakukannya dan dia tidak merasa cukup percaya diri, bisa jadi dia juga akan melakukan hal sama," ungkap akademisi Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik, Universitas Mulawarman tersebut.

Langkah sejumlah bakal calon juga gambaran bahwa jalur independen memiliki tahapan yang sangat merepotkan. Dukungan publik mesti didapat secara langsung. Dalam jumlah besar pula. Tapi kelebihannya, bakal calon di jalur ini memungkinkan maju dengan budget yang jelas lebih rendah.  "Parpol tidak selalu finansial. Bisa dimaknai sebagai kompensasi. Seperti dukungan untuk membesarkan nama partai itu sendiri," pungkas Lutfi. (*)

 

Editor: Bobby Lolowang

folder_openLabel
shareBagikan Artikel Ini


Artikel Terkait


Tinggalkan Komentar