Ragam

Cara Sigit Phrabu Memperbaiki Kesenian lewat Teater

person access_time 1 year ago
Cara Sigit Phrabu Memperbaiki Kesenian lewat Teater

Ini adalah salah satu teater yang disutradarai Sigit Hadi Suyitno. FOTO: ISTIMEWA

Bagi sutradara asal Samarinda ini, teater bukan sekedar pentas drama. Kegiatan tersebut menjadi jalan baginya memperbaiki kualitas pendidikan seni.

Ditulis Oleh: Muhammad Al Fatih
Selasa, 13 Juni 2023

kaltimkece.id Tiga belas tahun silam, Sigit Hadi Suyitno bersama beberapa mahasiswa Universitas Mulawarman menyambangi Tempat Pembuangan Akhir (TPA) Bukit Pinang di Samarinda Ulu. Di situ, mereka memunguti sampah. Bukan untuk dikomersialkan, kegiatan yang mereka lakukan itu merupakan bagian dari pelatihan mendalami sebuah peran.

Anak-anak muda tersebut tergabung dalam Unit Kegiatan Mahasiswa (UKM) Yupa. Pada November 2010 itu, Sigit adalah pembina organisasi teater dan seni rupa tersebut. “Waktu itu, kami akan mengikuti teater yang berkaitan dengan kaum miskin kota,” kata Sigit kepada kaltimkece.id, Selasa, 6 Juni 2023, di Student Centre Unmul.

Lelaki yang kerab dipanggil Sigit Phrabu itu juga merupakan sutradara dalam berbagai teater yang diikuti UKM Yupa. Berbagai hal unik dilakukan Sigit bersama para anggota UKM Yupa dalam mempersiapkan sebuah teater. Selain memungut sampah, mereka juga pernah bermeditasi hingga berdialog dengan sejumlah gelandangan di Kompleks Citra Niaga, Samarinda Kota.

“Setelah selesai berkegiatan, kami melakukan catatan dan evaluasi,” ucap Sigit. Pria kelahiran Lamongan, 7 Februari 1983, itu menjelaskan, cara-cara tersebut dilakukan karena teater bukan sekedar kesenian. Baginya, teater adalah alat komunikasi masyarakat dan cara untuk memaknai kehidupan.

Jiwa teater yang mengalir di darah Sigit disebut warisan dari ayah dan kakeknya. Ayah dan kakeknya merupakan dalang yang kerap mengadakan ludruk di Jawa. Saat kecil, Sigit sering melihat anak-anak asuh ayah dan kakeknya berlatih ludruk di rumahnya. “Ketoprak dan ludruk itu juga bagian dari teater,” terangnya.

Ia menyebutkan, teater kerap salah kaprah dinilai. Tidak sedikit yang menganggap teater adalah pementasan drama yang hanya dimainkan di atas panggung. Padahal, setiap kegiatan yang mengandung seni peran bisa disebut teater. Selain ketoprak dan ludruk di Jawa, tambah Sigit, lenong dari kesenian Betawi serta mamanda dan sandima dari Kalimantan juga teater.

Bersama UKM Yupa, Sigit mengukir banyak prestasi. Salah satunya didapat di Pekan Seni Mahasiswa Nasional di Kendari, Sulawesi Tenggara. Dalam kompetisi tersebut, Yupa menyabet juara kedua. Sigit juga pernah menghadiri Kongres Kebudayaan Indonesia pada 2015. Hasil dari kongres turut memberi andil dalam terbentuknya Undang-Undang 5/2017 tentang Pemajuan Kebudayaan. Dalam kongres tersebut, Sigit mengusulkan tentang pentingnya integrasi seniman dan dunia pendidikan. Menurutnya, pendidikan seni kerap diremehkan.

“Guru-guru yang ditunjuk mengajar pelajaran kesenian kerap tidak berkompeten di bidangnya,” sebut alumnus Fakultas Hukum, Unmul, ini.

Usulan yang disampaikan Sigit dan rekan-rekannya mendapat respons. Pada 2018, Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan mencanangkan Gerakan Seniman Masuk Sekolah. Dalam program ini, praktisi kesenian dibolehkan mendampingi murid-murid sekolah dalam berkegiatan seni. Sempat mandek karena pandemi, gerakan tersebut kembali dilaksanakan pada 2022.

Sigit Hadi Suyitno, sutradara teater sekaligus pembina UKM Yupa, Unmul. FOTO: ISTIMEWA

Selain bersuara mengenai integrasi kesenian dan pendidikan, dalam Kongres Kebudayaan Indonesia 2015, Sigit turut menyampaikan tentang pentingnya sertifikasi seniman. Menindaklanjuti pendapat tersebut, pemerintah membentuk pasal 39 ayat 2 dalam UU Pemajuan Kebudayaan. Bunyi pasal tersebut adalah, pemerintah pusat maupun daerah dituntut melakukan pembinaan untuk meningkatkan jumlah dan mutu sumber daya manusia di bidang kebudayaan. Sertifikasi seniman pun diterbitkan Lembaga Sertifikasi Profesi (LSP P2) Bidang Kebudayaan.

Sigit berharap, pemerintah provinsi dapat menafsirkan dan melaksanakan Peraturan Daerah Kaltim 10/2022 tentang Pemajuan Kebudayaan dengan tepat. Beleid tersebut merupakan produk hukum turunan UU Pemajuan Kebudayaan. “Bukan hanya sekedar membuat perda saja,” ujarnya.

Pentingnya Pengarsipan Teater

Sigit turut memberikan pandangan mengenai perkembangan dunia teater di Samarinda. Menurutnya, teater di kota ini masih memiliki beberapa kekurangan. Salah satunya mengenai pengarsipan. Pengarsipan atau dokumentasi dari kegiatan teater dinilai masih minim. Berdasarkan informasi yang diterima Sigit, masalah ini terjadi karena teater dianggap berbeda dengan sastra atau seni rupa.

“Teater disebut bukan kegiatan seni yang ada wujudnya. Kami tahu ini dari cerita mulut ke mulut saja,” bebernya.

Lewat teater, Sigit Hadi Suyitno juga memperbaiki kekurangan kesenian Indonesia. FOTO: ISTIMEWA

Padahal, sambung dia, pengarsipan teater juga penting. Rahmat Gobel pernah menulis esai berjudul Seandainya Sastra Indonesia Tanpa Jassin di Harian Kompas. Dalam esai tersebut, ia membahas ihwal pentingnya pengarsipan dalam dunia sastra. Esai tersebut kemudian mendasari dijadikannya H.B Jassin sebagai pahlawan nasional pada tahun lalu. Jassin merupakan satu-satunya pengumpul dokumentasi sastra terlengkap di Indonesia.

Sigit pun mengapresiasi orang-orang yang secara mandiri mengarsipkan kegiatan teater. Salah satunya Dadang Ari Murtono, penulis buku Salasilah Mahakam: Meneroka Riwayat Teater di Samarinda. Dalam buku tersebut, Dadang mewawancarai pelaku-pelaku teater di Samarinda yang telah berkiprah cukup lama.

Sigit berharap, upaya yang dilakukan Dadang itu juga diikuti pemerintah. Minimal, ujarnya, pemerintah mengarsipkan kegiatan-kegiatan di Taman Budaya Samarinda. Fasilitas tersebut merupakan tempat pentas berbagai kesenian.

“Selama ini, pemerintah fokus ke museum sejarah namun melupakan museum seni,” tutupnya. (*)

shareBagikan Artikel Ini


Artikel Terkait


Tinggalkan Komentar