Ragam

Melepas Reputasi Kumuh Kampung Ketupat

person access_time 5 years ago
Melepas Reputasi Kumuh Kampung Ketupat

Foto: Ika Prida Rahmi (kaltimkece.id)

Kampung ketupat dulu begitu kumuh dan nyaris dibongkar. Keresahan dan keinginan untuk berubah menyulapnya menjadi magnet baru penuh warna.

Ditulis Oleh: Ika Prida Rahmi
Sabtu, 12 Januari 2019

kaltimkece.id Kampung Ketupat Warna-warni di Jalan Mangkupalas, Kelurahan Mesjid, Samarinda Seberang, sejak 11 Agustus  2017 menjadi wisata baru di ibu kota Kaltim. Sisa-sisa kekumuhan kini sulit dijumpai di tempat yang dulunya dipandang sebelah mata.

Sejak diresmikan Pemkot Samarinda, warga Kampung Warna Warni melakukan pembenahan. Setiap sudut dibuat menarik. Belakangan, wisatawan tak sekadar membeli ketupat maupun kerajinan lain. Warna-warni rumah kampung jadi objek menarik untuk berswafoto.

Pemkot Samarinda juga baru-baru ini membangun taman di sisi pinggir Sungai Mahakam. Dibangun akhir 2018 dan kini sudah rampung. Meski belum dibuka resmi, sudah banyak pengunjung datang.

Sebuah tugu ketupat berdiri menjadi icon kampung itu. Khas warna warni juga menghiasi taman. Suasana tempat pengunjung bersantai kian ramai. Posisi taman juga mengahadap Jembatan Mahkota II. Ketika malam, kelap-kelip jembatan menjadikannya destinasi favorit baru di Samarinda.

"Biasanya ramai pengunjung kalau sudah sore, sampai malam juga. Kalau malam itu pengunjung melihat warna warni lampu Jembatan Mahkota II," kata Iin, 40 tahun, pedagang sekitar taman.

Kehadiran taman menjadi suasana baru. Fasilitas demi fasilitas makin mendorong roda perekonomian warga. "Dulu sempat hampir sepi pengunjung. Cuma karena sudah dibangun taman lagi, pengunjung ramai. Ya, sangat membantu ekonomi warga. Seperti saya berjualan makanan disini," tambah Iin.

Sebelum menjadi salah satu tempat wisata, Kampung Ketupat awalnya permukiman padat . Suasananya kumuh dan terletak di pinggir Sungai Mahakam. Bahkan dianggap mengganggu estetika keindahan kota. Pernah dianggap sebagai sumber penyakit sosial.

Namun, kesan itu perlahan hilang. Permukiman kumuh disulap menjadi kampung nan cantik. Diberi nama Kampung Ketupat Warna-warni, karena warganya rata-rata pengrajin ketupat. Rumah-rumah di dalamnya juga beraneka warna. Ribuan kaleng cat dihabiskan dalam revitalisasi itu. Persis seperti Kampung Warna-warni Jodipan, Klojen, di Malang, Jawa Timur. 

Ide mengubah kampung yang tadinya kumuh menjadi kaya warna itu, datang dari Ansarullah, camat Samarinda Seberang. Inisiatifnya mencuat setelah mengemukanya wacana pembongkaran. Gubernur Kaltim periode sebelumnya, Awang Faroek Ishak, berencana membebaskan Samarinda dari jamban.

"Januari 2017, Pak Gubernur melontarkan kalimat tak mau lagi melihat di pinggiran Sungai Mahakam itu ada jamban," kata Ansarullah kepada kaltimkece.id, Kamis 10 Januari 2019.

Selain menyulap fisik kampung, satu yang dirasa perlu adalah mengubah perilaku. Warga sebelumnya begitu gemar membuang sampah ke sungai. "Saya terus berpikir mulai saat itu, bagaimana caranya memberdayakan masyarakat supaya mau berubah. Akhirnya saya dapat ide warga ini baiknya diberdayakan. Caranya saya bikin seperti gotong royong, tapi dalam hal membangun kampung," urai Ansarullah.

Dengan percaya diri, niat Anasarullah disosialisasikan. Kampung Ketupat dipilih karena warganya jarang diberdayakan. Gayung bersambut, rencananya disambut antusias. "Tapi mereka tanya catnya dari mana. Nah, terus saya bilang nanti saya usahakan."

Bermodal proposal, bantuan dana corporate social responsibility diajukan kepada perusahaan dan bank. Niat mulia disambut positif. Bantuan berupa cat maupun uang diterima. "Saya datang ke Bank BPD (Bankaltimtara) dapat bantuan 65 kaleng cat. Terus saya datang lagi ke BPR, dikasih uang Rp 3 juta," ucap Anasarullah.

Dari bantuan itu, terkumpul cat sebanyak 128 kaleng. Tekad warga kian bulat. Wali Kota Samarinda Syaharie Jaang sampai hadir ketika permukiman mulai dicat baru. TNI, Polri, pelajar, dan pegawai kelurahan maupun kecamatan tak ketinggalan partisipasi.

"Kami semua bergerak membangun. Kehadiran Bapak Wali Kota membuat warga senang dan semakin yakin kampung ini akan diubah," kata Ansarullah.

Cat yang dikumpulkan sempat tak cukup mewarnai seluruh rumah. Camat pun sampai kehabisan ide. Untungnya, dari keadaan itu muncul inisiatif warga. Arisan cat dikemukakan demi memastikan semua rumah dicat warna-warni.

"Arisan mengumpulkan uang Rp 2 ribu setiap hari. Selama dua pekan, terkumpul Rp 700 ribu. Jadi, siapa yang dapat, dia yang mengecet rumahnya."

Arisan cat berlanjut hingga setahun. Setelah seluruh permukiman rampung, warga kembali arisan pengadaan tong sampah. Cara berswadaya terus terjadi dalam membangun Kampung Ketupat.

Pola Ansarullah terbilang berhasil mengubah kebiasaan warga. Setelah muncul kepedulian lingkungan, warga kampung melakukan penanaman di sekeliling kampung. "Warga menanam pepohonan dan bunga-bunga. Sampai akhirnya, saya juga mengajarkan mereka membuat pupuk sendiri. Setelah itu kampung dipenuhi tanaman," terangnya.

Keberhasilan kampung dibangun secara swadaya, akhirnya mendatangkan bantuan dengan sendirinya. Dana dari Pemkot Samarinda mengucur lewat Program Kota Tanpa Kumuh atau Kotaku. Maka terbangunlah gerbang dan pernak-pernik kampung lainnya.

"Dananya Rp 200 juta. Yang digelontorkan ke kampung ternyata lebih berhasil. Mereka bisa membangun gerbang. "

Makin lama, bantuan tambah besar. Kementerian Pekerjaan Umum Dan Perumahan Rakyat tak ketinggalan. Bantuan dana Rp 16 miliar digelontorkan untuk membangun kampung. "Warga kampung dapat proyek Rp 16 miliar dalam membangun jalan sekitar 1 kilometer. Jalan itu tadinya dari kayu ulin lebar 1,5 meter. Kini sudah di cor beton empat meter," ungkap Ansarullah.

Rentetan inisiatif dan partisipasi pemerintah hingga swasta, melepas Kampung Ketupat dari reputasi kumuh. Sejumlah penghargaan pun diterima. Kecamatan Samarinda Seberang meraih tempat kedua dalam award kebersihan keindahan kota bertajuk Samarinda Adipura. Ansarullah pun meraih predikat camat terbaik di Kaltim.

"Sampai saat ini banyak sudah yang berkunjung ke kampung. Sekarang kampung itu jadi destinasi wisata baru di Samarinda."

Dana Rp 16 miliar menjadi modal pembangunan kampung dari 2019 hingga 2021. Kelak, berbagai infrastruktur baru diadakan. Setelah jalan dan taman, berdiri kawasan wisata kuliner. Termasuk yang sedang mengemuka, pembangunan wadah pengelolaan sampah komunal. Warga nantinya tidak lagi membuang saluran tinja ke sungai.

Sekretariat kampung juga masuk agenda. Tempat ini kelak menjadi pusat aktivitas tokoh masyarakat dan warga. Penduduk juga akan dibangunkan wadah pengamparan jemuran daun kelapa. Di sini, pengunjung bisa melihat langsung aktivitas warga membuat ketupat.

"Selain itu warga dapat pelatihan mulai melukis dalam air dan melukis daun. Membuat meja, kursi dari botol, dan banyak lagi. Semua pelatihan sedang berlangsung. Semua diberdayakan sesuai kelompok keterampilan yang dimiliki. Insha Allah tingkat kesejahteraan mereka meningkat nantinya."

Berkat Kampung Ketupat, Ansarullah bercita-cita menjadikan Samarinda Seberang sebagai kota wisata. Sudah banyak destinasi bisa dijadikan magnet para wisatawan. Dari ujung ke ujung, ada saja bisa dikunjungi. Mulai Kampung Ketupat, Kampung Tenun, Kampung Buah, Kampung Bahasa Inggris, masjid tertua, Makam Daeng Mangkona, dan banyak lagi.

"Saya memiliki harapan Samarinda Seberang menjadi kota wisata setelah Tenggarong, Kukar," imbuhnya. (*)

 

Editor: Bobby Lolowang

folder_openLabel
shareBagikan Artikel Ini


Artikel Terkait


Tinggalkan Komentar