Ragam

Menambang Rezeki dari Hidroponik

person access_time 1 year ago
Menambang Rezeki dari Hidroponik

Agung Slamet Muttakin, sekretaris Panti Asuhan Ruhamaa. FOTO: MUHAMMAD AL FATIH-KALTIMKECE.ID

Usaha hidroponik mengantarkan panti asuhan di Samarinda ini menuju kemandirian. Tak hanya kebutuhan pangan tercukupi, kasnya pun terpenuhi.

Ditulis Oleh: Muhammad Al Fatih
Selasa, 20 Juni 2023

kaltimkece.id Merembetnya pandemi Covid-19 di Samarinda tiga tahun silam membuat pikiran Agung Slamet Muttakin kalut. Wabah tersebut menyebabkan donasi Panti Asuhan Ruhamaa di Jalan Pangeran Suryanata, Samarinda Ulu, yang dikelola Agung berkurang drastis. Kedua matanya sembab saat melihat anak-anak yatim dan piatu asuhannya.

“Saat itu, ada sekitar 31 anak yang perlu diberi makan,” kata pria yang menjabat sekretaris Panti Asuhan Ruhamaa itu kepada kaltimkece.id, Sabtu, 17 Juni 2023.

Tak ingin kalah dengan keadaan, Agung segera bertindak. Pada penghujung 2020, ia bersama para warga Panti Asuhan Ruhamaa merekait wadah hidroponik menggunakan 20 batang paralon. Semua paralon dilubangi kecil-kecil. Setiap paralon berisikan 10 lubang. Lubang-lubang tersebut kemudian diisi dengan bibit sayuran yang telah diolah sebelumnya.

Agung mengaku tidak punya pengalaman menanam hidroponik. Ia hanya lulusan sarjana ekonomi di Sekolah Tinggi Ekonomi Islam SEBI Depok. Semua ilmu bercocok tanam tanpa tanah ia pelajari di internet. Beberapa hal yang dipelajarinya yakni menentukan titik lubang di paralon, penempatan wadah hidroponik yang tepat agar mendapatkan sinar matahari, hingga pemilihan benih dan nutrisi tanaman.

“Nutrisi tanaman hidroponik berbeda dengan tanaman konvensional,” ucapnya. Tanaman dengan medium konvensional umumnya memakai pupuk NPK. Sementara tanaman hidroponik menggunakan pupuk bernama AB Mix.

Melansir Pertanian.go.id, pupuk NPK adalah pupuk majemuk yang mengandung nitrogen, fosfor, dan kalium. Sedangkan AB Mix merupakan campuran antara nutrisi A yang mengandung makro hara dan nutrisi B yang mengandung mikro hara. Makro dan mikro hara merupakan kandungan-kandungan yang bermanfaat untuk pertumbuhan hidroponik. Biasanya, AB Mix berbentuk cairan dan butiran.

Agung pun menebang beberapa pohon yang berdiri dekat wadah hidroponiknya. Hal ini dilakukan agar tanaman hidroponiknya mendapatkan sinar matahari yang cukup untuk berfotosintesis. Berjalannya waktu, tanaman-tanaman tersebut bersemi dengan subur hingga tiba masa panen. Para penghuni Panti Asuhan Ruhamaa akhirnya menikmati sayur-sayuran tersebut. Bibir Agung merekah melihatnya.

Kebun hidroponik di Panti Asuhan Ruhamaa, Samarinda. FOTO: MUHAMMAD AL FATIH-KALTIMKECE.ID

Akan tetapi, masalah belum jengah mengusik. Hasil panen tersebut, kata Agung, tak cukup memenuhi kebutuhan seluruh warga panti asuhan. Uang kas yang ada pun tak cukup mengembangkan usahanya. Tak mati akal, Agung menceritakan kendala hidroponiknya di Facebook.

Cerita tersebut segera direspons sejumlah warganet. Salah seorang di antaranya adalah dosen Fakultas Pertanian, Universitas Mulawarman. Sang dosen disebut mengirimkan puluhan paralon ke Panti Asuhan Ruhamaa. Ada juga yang menyumbangkan bantuan mesin air dan tong. Menyambut bantuan tersebut, Agung memperluas usahanya.

Lahan seluas 18x20 meter di Panti Asuhan Ruhamaa yang menjadi tanah wakaf dimanfaatkan untuk kebun hidroponik. Kini, kebun tersebut memiliki 354 paralon dengan daya tanam sebanyak 3.540 bibit. Sayur-sayuran yang ditanam pun semakin bervariasi seperti seledri, selada, pak choi, kangkung, hingga bayam.

Hasil berhidroponik tersebut tak hanya mampu memenuhi kebutuhan pangan Panti Asuhan Ruhamaa tapi juga menambah kasnya. Sebagian sayuran, kata Agung, dijual ke sejumlah orang. Salah seorang konsumennya adalah pedagang soto di Jalan Kadrie Oening. Pedagang yang merupakan tetangga Agung itu disebut rutin memesan seledri di Panti Asuhan Ruhamaa.

“Tiga hari sekali, kami mengirimkan setengah kilogram seledri ke pedagang soto itu,” kata Agung.

Panti Asuhan Ruhamaa tidak menjual semua hasil hidroponiknya. Hanya sebagian selada dan seledri yang dikomersialkan. Adapun kangkung, pak choi, dan bayam, mereka konsumsi sendiri. Dalam memasarkan sayur-sayurannya, Agung menjalin kemitraan dengan beberapa pengusaha hidroponik yang dikenalnya saat ia bergabung dengan Asosiasi Hidroponik Samarinda.

Para pengusaha itu disebut memegang pasar yang cukup besar. Mereka dapat menyuplai sayuran hidroponik ke pusat perbelanjaan, warung makan cepat saji, hingga restoran grill. Bermitra dengan pengusaha-pengusaha itu membuat Panti Asuhan Ruhamaa kecipratan rezeki.

“Kami menjual sayuran hidroponik melalui mereka. Akhir-akhir ini, permintaan semakin naik,” tutur Agung.

Harga seledri yang diproduksi Panti Asuhan Ruhamaa adalah Rp 40-45 ribu per kilogram. Agung mengatakan, harga tersebut tak akan berubah banyak walau pada musim tertentu, harga seledri dapat meroket. Pada musim Lebaran, misalnya, harga seledri milik pedagang lain disebut bisa mencapai Rp 100 ribu per kg.

“Tak mengubah harga inilah yang membuat kami tak pernah kehilangan pelanggan,” ucapnya.

Para warga Panti Asuhan Ruhamaa. FOTO: ISTIMEWA

Kendala Berhidroponik

Bercocok tanam menggunakan media air bukan tanpa kendala. Agung menyebut, kendala paling besar yang dihadapinya dalam berhidroponik adalah sumber daya manusia. Anak-anak Panti Asuhan Ruhamaa yang menjadi rekan kerjanya disebut tak cepat memahami cara berhidroponik. Mereka juga tak menetap. Sebagian orang bahkan sudah ada yang meninggalkan panti.

“Kalau mereka sudah pergi, saya mesti mengajari anak-anak lain dari nol lagi,” ucapnya. Kondisi ini menyebabkan produksi sayuran hidroponik terganggu. Penjualan sayuran hidroponik pun sempat disetop. Walau demikian, Agung menghargai setiap prosesnya.

“Lagi pula, ini hanya bagian dari aktivitas belajar mereka,” sambungnya.

Berhidroponik bukan satu-satunya usaha yang pernah dilakukan Agung. Ia sempat berusaha ikan hias, salah satunya ikan guppy. Ikan yang biasa hidup di air tawar itu dibanderol seharga Rp 10-15 ribu per ekor. Usaha tersebut berhenti ketika ikan-ikannya tumbuh besar. Ikan-ikan itu juga menjadi santapan berang-berang. Kehadiran hewan ini tak lepas dari lokasi Panti Asuhan Ruhamaa yang berdekatan dengan hutan dan rawa.

Kini, Agung tengah menyusun sejumlah program untuk menambah pemasukan Panti Asuhan Ruhamaa. Semua ini ia lakukan demi menghidupi anak-anak asuhannya. “Supaya mereka selalu semangat dan bahagia,” tutup lelaki kelahiran Demak, Jawa Tengah, itu. (*)

shareBagikan Artikel Ini


Artikel Terkait


Tinggalkan Komentar