Ragam

Stasiun Karantina Pertanian Samarinda Bantah Penyiksaan Sapi Pakai Crane: Itu Lebih Minim Risiko

person access_time 2 years ago
Stasiun Karantina Pertanian Samarinda Bantah Penyiksaan Sapi Pakai Crane: Itu Lebih Minim Risiko

Aktivitas bongkar muat sapi pakai crane di Pelabuhan Samarinda. (foto: istimewa)

Dinas Kesehatan Hewan memastikan, bongkar muat sapi pakai crane melanggar peraturan. Akan tetapi, cara yang manual disebut lebih sadis.

Ditulis Oleh: Giarti Ibnu Lestari
Jum'at, 17 Juni 2022

kaltimkece.id Sebuah video yang menampilkan beberapa ekor sapi digantung pakai unit crane tengah viral di media sosial. Sapi-sapi itu dipindahkan dari kapal ke truk. Lokasinya di Pelabuhan Samarinda, Jalan Yos Sudarso, Kelurahan Pelabuhan, Samarinda Kota. Aksi tersebut dianggap penyiksaan terhadap hewan.

Kepada kaltimkece.id, koordinator bongkar muat sapi di Pelabuhan Samarinda, Asikin, membenarkan, video tersebut dibuat di Pelabuhan Samarinda pada Selasa, 14 Juni 2022. Ia mengaku ada saat bongkar muat sapi pakai unit crane berlangsung. Akan tetapi, ia menolak jika hal itu disebut penyiksaan hewan.

“Itu tidak menyakiti hewan karena (tali) disangkutkan di bagian tanduk dan melingkar melalui hidung,” katanya. Ia menyebut, bongkar muat ternak pakai  crane sudah dimulai sejak 2008.

Mengangkut sapi pakai unit crane bukan tanpa alasan. Asikin menjelaskan, pada Selasa itu, pelabuhan kedatangan banyak sapi dari Kupang, Nusa Tenggara Timur (NTT). Jumlahnya mencapai 682 ekor. Sapi-sapi itu hendak didistribusikan ke sejumlah daerah di Kaltim.

“Kasihan juga sapinya karena waktu itu kepanasan di kapal. Jadi, pakai crane untuk mempercepat waktu bongkar muat ternak. Biar cepat juga makannya,” jelasnya. Dia mengklaim, selama mengangkut sapi pakai crane, tidak pernah ada sapi mengalami luka. Selain pakai crane, pemindahan sapi di Pelabuhan Samarinda juga menggunakan cara manual yaitu menggiring sapi.

_____________________________________________________PARIWARA

Dinas Peternakan dan Kesehatan Hewan Kaltim meninjau Pelabuhan Samarinda, Kamis, 16 Juni 2022. Kepada media ini, Sub Koordinator Kesehatan Masyarakat Veteriner, Dinas Peternakan dan Kesehatan Hewan Kaltim, Yulis Tanty, mengatakan, peninjauan itu dalam rangka mengecek bongkar muat sapi pakai crane. Akan tetapi, Dinas Kesehatan Hewan tidak menemukan aktivitas tersebut.

Yulis memastikan, bongkar muat sapi pakai crane tidak boleh. Masalahnya, cara seperti itu bisa melukai hewan. Yulis bahkan menyebut, menggantung sapi pakai crane adalah perbuatan melanggar Undang-Undang 18/2009 tentang Kesejahteraan Hewan.

“Setiap pemindahan hewan ternak harus melihat kondisi dan kesejahteraan hewan, tidak membuat takut dan tidak melukai. Seharusnya digiring satu per satu sehingga tidak stres,” ucapnya.

Pendapat berbeda disampaikan Kepala Stasiun Karantina Pertanian Kelas I Samarinda, Dokter hewan (Drh) Wirawan Budi Utomo. Menurut Wirawan, mengangkut sapi pakai crane masih wajar. Alasannya sama seperti Asikin, yakni, tali tidak diikat di leher tapi di tanduk dan mulut sapi sehingga tidak membuat rasa sakit.

“Kalau di leher tentu menyakitkan tapi ini di tanduk dan moncong sapi. Jadi, tidak ada efek sampingnya,” terangnya.

Menurunkan sapi dari kapal juga bisa menggunakan jaring. Tetapi, kata Wirawan, cara tersebut tidak efektif. Selain memakan waktu banyak, menggunakan jaring disebut lebih menyiksa hewan. Pernah, cerita dia, sapi mengalami patah kaki karena terkena jaring. Selain itu sapi juga mengalami kepanasan karena mesti melewati ruang bawah kapal.

“Kondisi di palka bawah kapal itu ‘kan panas. Jadi, kemungkinan kematian sapi itu malah tinggi karena palka itu,” bebernya.

Wirawan menyadari, bongkar muat sapi menggunakan crane bisa menimbulkan kontra karena tidak enak dipandang. Akan tetapi, dia menegaskan, cara tersebut tidak menyiksa hewan. “Menggunakan crane itu lebih minim risiko,” imbuhnya.

_____________________________________________________INFOGRAFIK

Sebenarnya, sambung dia, ada cara yang lebih bijak memindahkan sapi. Yaitu menyimpan sapi di kontainer khusus hewan yang terdapat lubang pernapasan. Jadi sapi tidak perlu lagi dipindahkan dari kapal ke truk. Menggunakan kontainer, sapi bisa langsung jalan dari kapal. “Itulah yang cocok,” sebutnya.

Di sisi lain, Wirawan membeberkan, kebutuhan sapi di Kaltim rata-rata per tahunnya 60.000 ekor. Adapun kebutuhan khusus Iduladha mencapai 5.000-6.000 ekor sapi. Sapi dari Kupang disebut yang paling banyak dikonsumsi Kaltim. Sekali kirim jumlahnya mencapai 150 ekor. Selain itu, sapi Sulawesi turut memenuhi kebutuhan Kaltim dengan jumlah yang lebih sedikit. (*)

Editor: Surya Aditya

folder_openLabel
shareBagikan Artikel Ini


Artikel Terkait


Tinggalkan Komentar