Ragam

Tradisi Ramadan Bagarakan Sahur, dari Level Kelurahan hingga Kabupaten Tetangga

person access_time 5 years ago
Tradisi Ramadan Bagarakan Sahur, dari Level Kelurahan hingga Kabupaten Tetangga

Foto: Fachrizal Muliawan (kaltimkece.id)

Ramadan segera mencapai puncak. Ditandai dengan salah satu tradisi yang terus terjaga hingga kini di Samarinda.

Ditulis Oleh: Fachrizal Muliawan
Selasa, 04 Juni 2019

kaltimkece.id Bagarakan sahur menjadi sebuah budaya yang dilaksanakan saban Ramadan tiap tahun. Kegiatan membangunkan umat Muslim untuk sahur, sudah jadi kegiatan turun-temurun. Menjadi tradisi yang terus dilestarikan sebagai sebuah khazanah budaya. Sekaligus menyemarakkan bulan suci kaum muslimin.

Tahun ini menjadi warsa keempat Festival Bedug Bagarakan Sahur dihelat Kelurahan Sidomulyo, Samarinda Ilir. Tahun ini dilaksanakan Sabtu malam, 1 Juni 2019. Berlokasi di halaman Majelis Ta'lim Nurul Amin asuhan KH M Zhofaruddin.

Seperti tahun-tahun sebelumnya, bagarakan sahur dilaksanakan atas kerja sama Majelis Ta'lim Nurul Amin,  Gerakan Pemuda Islam Kaya (Gerapik) Kaltim, dan Ikatan Keluarga Alumni Teknik Industri Universitas Mulawarman (IKA-TI Unmul).

Acara ini menjadi hiburan tersendiri bagi masyarakat. Ribuan warga tumpah-ruah. Menyaksikan acara yang dibuka KH M Zhofaruddin atau yang dikenal dengan Guru Udin. Pun di sepanjang rute yang dilalui peserta lomba. Masyarakat antusias menyaksikan.

Dikatakan Guru Udin, Ramadan sebagai bulan penuh berkah, tak ada salahnya dimeriahkan penyambutannya. Maka tak heran, menurut ketua panitia sekaligus Pembina Gerapik Kaltim dan Ketua IKA-TI Unmul Abdurrasyid Rahman, antusiasme masyarakat terhadap acara ini terus meningkat. Begitu juga pesertanya. Terus meningkat dibanding pelaksanaan tahun sebelumnya. "Tahun ini ada 43 tim yang ikut. Itu juga terpaksa kami batasi," terangnya.

Tak berlebihan bila kegiatan ini tidak lagi terbatas tingkat kecamatan. Dilihat dari peserta yang turut ambil bagian, hadir tim dari seluruh kecamatan Kota Tepian. Bahkan dari Kabupaten Kutai Kertanegara.

"Bagarakan sahur ini kegiatan keagamaan yang memiliki nilai budaya. Tumbuh dari masyarakat. Perlu ada pembinaan dari masyarkat dan pemerintah. Karena ini juga langka. Tidak semua daerah memiliki nilai budaya seperti ini. Harus terus kita lestarikan," urai Rasyid.

Keterlibatan IKA-TI dalam acara ini merupakan bagian dari Tri Dharma Perguruan Tinggi, yakni bentuk pengabdian masyarakat. Menurutnya, IKA-TI adalah sebuah organisasi yang tidak sekadar berkecimpung dalam dunia akademik. Tetapi juga bagian dari masyarakat.

"Ini upaya memperkenalkan IKA-TI. Festival Bedug Bagarakan Sahur adalah salah satu bentuk pengabdian kepada masyarakat. Sebagai bagian dari tujuan perguruan tinggi. Ini bagian dari kegiatan sosial IKA-TI," tutur Rasyid.

Biaya Pendaftaran Gratis

Melihat antusiasme seluruh peserta yang adu menampilkan performa terbaik, panitia melakukan siasat untuk meminimalisasi gesekan. Salah satunya dengan membebaskan biaya pendaftaran. "Bahkan kami berikan uang transport asiRp 50 ribu. Juga ada konsumsi," tambah Rasyid.

Hal ini berkaca pada pelaksanaan di tahun kedua. Saat itu sempat terjadi bentrok antar peserta. Menjadi sebuah evaluasi. Bahwa semangat yang dibawa, bukan semangat bertanding, melainkan antusiasme memeriahkan Ramadan. "Semua datang dalam pola pikir memeriahkan bulan suci," ujarnya.

Meski begitu, tetap ada juara yang dipilih. Penilaian diambil berdasar harmonisasi perkusi tabuhan bedug. Sementara ornamen lainnya adalah penilaian pendukung.

Nah, pada 1 Juni 2019 lalu, terpilih sebagai juara tim Rebag Rinding Attack. Kelompok ini adalah peserta dari Kukar. Penilaian tinggi didapat dari kombinasi harmonisasi, kekompakkan, dan penampilan. (*)

 

Editor: Bobby Lolowang

folder_openLabel
shareBagikan Artikel Ini


Artikel Terkait


Tinggalkan Komentar