Musik

Ulasan Mendetail dari Penampilan Mirabeth Sonia setelah Standing Ovation Lima Juri

person access_time 4 years ago
Ulasan Mendetail dari Penampilan Mirabeth Sonia setelah Standing Ovation Lima Juri

Ganit Mirabeth Sonia (foto: halaman Facebook Indonesian Idol)

Mirabeth Sonia membuat Samarinda dan Kaltim bangga. Ia menampilkan banyak hal yang luar biasa.

Ditulis Oleh: Fel GM
Rabu, 04 Desember 2019

kaltimkece.id Wakil Samarinda di Indonesian Idol, Ganit Mirabeth Sonia, tampil memukau di babak Spekta Top 13. Lima juri mengganjar kemampuannya dengan standing ovation selepas membawakan Let It Be dari The Beatles.

Senin, 2 Desember 2019, Mirabeth naik panggung mengenakan gaun krem. Gaun yang biasa-biasa saja namun tetap membuat Mirabeth anggun. Rok pendeknya dinaungi renda dari atasan. Di bagian lengan kirinya, berjuntai kain yang sama. Yang membuat istimewa adalah pilihan warna gaun. Warna krem yang selaras dengan riasan wajah membuat Mirabeth menjadi sosok sentral di tengah panggung berlatar biru dan hitam. Pencahayaan remang dan sederhana justru membuat kehadiran vokalis yang lahir pada 19 Juni 1995 ini makin megah.

Setelah menuju ke tengah panggung, intro --kependekan dari introduction-- mulai dimainkan. Bagian pembuka ini saja sudah mengagetkan karena didominasi petikan sape, alat musik khas suku Dayak. Mirabeth bak sedang mengabarkan identitas sekaligus mempromosikan daerah asalnya. Bagaimanapun, Mirabeth mewarisi darah Dayak dari ayahnya, Merkurius Ukung. Adapun ibunya, mendiang Gene Paula Makagiansar, berdarah Talaud, Sulawesi Utara.

Baca juga:
 
Selepas petikan sape sepanjang satu bar, Mirabeth mengambil nada pertama. Ia memilih tangga nada yang lebih rendah --bahkan hingga satu setengah nada lebih rendah-- dari versi asli Let It Be yang dinyanyikan Paul McCartney-nya The Beatles.
 
When I find myself in times of trouble
(Ketika aku mendapati diriku pada masa-masa sulit)
 
Mother Mary comes to me
(Bunda Maria datang kepadaku)
 
Speaking word of wisdom, let it be
(Berbicara kata-kata yang bijak, biarkanlah)
 

Let It Be memang terdengar seperti lagu rohani di lirik pembuka. Padahal, Maria di lagu tersebut sebenarnya merujuk kepada nama ibu Paul McCartney yang menggubah lagu ini. Dalam sejumlah wawancara, Let It Be kerap dicemooh John Lennon, pentolan Beatles yang lain. Lennon memang disebut-sebut seorang ateis.

Kembali ke panggung Indonesian Idol, pilihan nada rendah Mirabeth dapat dimaklumi. Penyanyi biasa memilih cara ini agar suaranya kelak mampu mendaki bagian tertinggi di pertengahan atau akhir. Namun, risikonya besar. Mirabeth, misalnya, sedikit kerepotan mengatasi nada-nada rendah di dua-tiga not pembuka tembang. Untungnya hanya sesaat. Mirabeth tahu benar bahwa ia memiliki keunikan dan keunggulan di timbre atau warna suara. Itulah yang menutupi kerepotan tadi di samping karena jumlah not rendah dalam lagu ini memang hanya sedikit.

Nada di bait-bait selanjutnya dititi dengan mudah oleh Mirabeth. Para juri seperti Maia Estianty, Bunga Citra Lestari, dan Anang Hermansyah, menikmati penampilan alumnus TK Pembina I Samarinda, SD Advent Samarinda, dan SMP-SMA Katolik Santo Fransiskus Assisi Samarinda ini. Refrain pertama dilewatinya dengan mudah. Ia memilih susunan not yang sesuai dengan versi asli Let It Be. Namun, jika diperhatikan benar-benar, Mirabeth mengambil teknik berbeda terutama untuk titik-titik pengambilan napas.

Refrain lagu legendaris ini terdiri dari pengulangan kalimat let it be sebanyak empat kali. McCartney, penyanyi aslinya, mengambil napas di tengah-tengah yakni antara let it be kedua dan ketiga. Mirabeth tidak. Ia menarik napas setelah let it be pertama lalu menghabiskan tiga let it be berikutnya dalam setarikan napas. Keunggulan Mirabeth ini memang sudah disadari para juri sedari babak audisi. Tidak lepas dari Mirabeth sebagai seorang penyelam profesional. Ia memiliki pekerjaan sampingan sebagai mermaid atau putri duyung.

Petikan sape kembali hadir untuk mengantar ke bagian kedua Let It Be. Suara perkusi terutama floor-tom drum muncul. Lagu terdengar makin megah. Mirabeth menambahkan beberapa improvisasi di bagian ini. Meskipun kreasi nada cukup sederhana, improvisasi Mirabeth tetap selaras dengan chord. Refrain kedua disajikan dengan baik. Lewat suntikan falsetto Mirabeth yang sangat khas di kalimat let it be, tak bisa dipungkiri, menambah kesyahduan tembang.

Dua menit sudah Mirabeth di atas panggung. Suaranya masih terjaga ketika singgah di nada-nada sedang dan tinggi. Ia pun bersiap memasuki bagian yang paling menggetarkan. Mirabeth sengaja menyulap nada-nada di part ketiga Let It Be. Susunan nada yang ia dan pelatihnya gubah ini, sesungguhnya adalah persiapan menuju klimaks. Ibarat pendakian, inilah lereng terakhir sebelum mencapai puncak gunung.

And when the night is cloudy
(Dan ketika malam yang berawan)
 
There is still a light that shines on me
(Masih ada cahaya yang bersinar kepadaku)
 
Shine on until tomorrow, let it be
(Bersinar sampai esok, biarkanlah)
 

Mirabeth akhirnya benar-benar tiba di puncak dengan cara yang sempurna. Refrain ketiga, berbeda dengan yang pertama dan kedua, dijadikan sebagai nada-nada tertinggi dari keseluruhan lagu. Secara teknis, Mirabeth membuat refrain ketiga ini naik satu oktaf (delapan not) dari dua refrain terdahulu. Ia sangat sempurna melahapnya. Ia bahkan mengambil seluruh bagian ini dalam satu tarikan napas. Dengan cermat pula, ia memenggal let it be menjadi tiga --dari seharusnya empat-- kalimat.

Apalagi tantangan yang tak bisa digapai ketika puncak telah tercapai? Mirabeth benar-benar menikmati bagian-bagian berikutnya. Judika mengangguk-angguk setelah tercengang hebat. Anang, seperti biasa ketika melihat peserta Idol tampil sempurna, menggigit bibir bawahnya sembari menggelengkan kepala. Maia sudah lepas kendali. Ia berteriak heboh sendiri.

Mirabeth tak segera berpuas. Ia menyiapkan sebuah kejutan lagi. Interlude lagu ini, yang dalam versi asli dimainkan Beatles dengan suara organ, diganti falsetto Mirabeth. Bagian ini dipilih sebagai penutup yang sangat manis. Mirabeth sedikit melencengkan tiga nada terakhirnya. Gubahan yang menurut Maia, amat mahal harganya karena sukar menemukan not indah seperti yang Mirabeth nyanyikan. Teknisnya, Mirabeth membelokkan dengan brilian sebanyak setengah nada di tiga atau empat not akhir. Judika sampai memejamkan mata ketika telinganya meresapi bagian ini.

Falsetto Mirabeth mengakhiri penampilannya. Seluruh juri berdiri. Lima-limanya bertepuk tangan tinggi-tinggi. Seisi studio bergemuruh. Maia lagi-lagi lepas kendali. Ia sampai berebah di meja juri. Ari Bernardus Lasso dan Anang tak henti-henti memberikan pujian. Menurut Lasso, suara Mirabeth sangat magis sehingga membuat orang lain bisa masuk ke lagu. Mirabeth, kata bekas vokalis Dewa 19 itu, “Adalah kekuatan sebuah kesederhanaan.” (*)

Tulisan ini adalah opini. Penulis merupakan editor in chief kaltimkece.id.

folder_openLabel
shareBagikan Artikel Ini


Artikel Terkait


Tinggalkan Komentar