Terkini

Aktivitas Ekonomi dari Dalam Lapas, Perabotan Karya Warga Binaan Diburu Masyarakat Kukar

person access_time 3 years ago
Aktivitas Ekonomi dari Dalam Lapas, Perabotan Karya Warga Binaan Diburu Masyarakat Kukar

Pembuatan perabotan di workshop Lapas Kelas IIA Tenggarong. (aldi budiaris/kaltimkece.id)

Lapas Kelas IIA Tenggarong menelurkan berbagai pola pembinaan untuk mendorong narapidana menjadi produktif.

Ditulis Oleh: Aldi Budiaris
Sabtu, 20 Februari 2021

 

kaltimkece.id Lapas Kelas IIA Tenggarong sempat menyita banyak perhatian publik Kutai Kartanegara baru-baru ini. Namun bukan karena aksi kriminal maupun insiden narapidana kabur. Melainkan aktivitas di dalamnya yang membuat para warga binaan produktif. Bahkan bisa mendulang rupiah dengan cara halal.

Belakangan, keberadaan Lapas Kelas IIA Tenggarong dengan produk kerajinan buatan warga binaan, sudah cukup diketahui di masyarakat sekitar. Tak sedikit yang memesan khusus kepada warga binaan untuk dimanfaatkan secara komersil.

Selasa, 16 Februari 2021, media ini berkesampatan berkunjung ke lapas di Jalan Mangkuraja, Loa Ipuh, Tenggarong, Kutai Kartanegara. Fasilitas ini berdiri dengan gerbang besar berbahan besi dengan lapisan ornamen kedaerahan. Di kedua sisi pintu, terdapat berbagai jenis furniture seperti kursi dan meja berbahan dasar kayu ulin, jati, dan meranti.

Sebagian perabotan tersebut, dibuat langsung di lapas tersebut. Tepatnya dari workshop dengan nama The Bekengkers alias bengkel kerja, yang terletak persis di samping lapangan lapas tersebut. Kedatangan kaltimkece.id hari itu diterima Pejabat Sub Bimbingan Kerja Lapas Kelas IIA Tenggarong, Zairin Zain.

Dari antara warga binaan yang beraktivitas dalam workshop tersebut, salah satunya adalah Kubeng, 44 tahun, narapidana yang menjalani hukuman penjara selama lima tahun. Selama beraktivitas di workshop, ia telah membuat berbagai perabotan. Sebagian telah dijual. “Inilah kegiatan kami setiap harinya. Kami juga bersyukur karena mendapat pengalaman berharga di sini. Bila keluar nanti punya bekal khusus di bidang pertukangan," ucapnya kepada kaltimkece.id.

Kepala Lapas Kelas 2A Tenggarong, Agus Dwirijanto, menerangkan bahwa kegiatan workshop The Bekengkers merupakan program yang sudah berdiri mulai pertengahan 2017. Pembinaan ini diberikan agar para warga lapas memiliki aktivitas positif. Dengan harapan setelah menjalani masa  hukuman, memiliki pengalaman berharga untuk diterapkan di masyarakat nantinya.

"Sebenarnya banyak, kegiatan pembinaan kami. Ada 26 kegiatan. Seperti, keagamaan, barista, barbershop, dan olahraga. Tapi memang paling menonjol adalah kegiatan bengkel kerja. Karena hasil furniture ini tidak hanya bentuk pembinaan. Hasil tangan para napi ini dijual secara ke masyarakat umum," urai Agus.

Menurutnya, pembuatan aneka furniture di lapas bukan semata mengejar profit. Melainkan sebagai bentuk pembinaan kepada napi. Meski demikian, produk yang dihasilkan tetap dikerjakan secara profesional. "Harga sendiri bisa dikatakan bersaing dengan pihak luar. Tergantung perabotan apa yang dibuat dan spesifikasinya," lanjutnya.

Agus pun mencontohkan meja dan kursi multi fungsi buatan warga binaan, bisa dijual dengan harga Rp 500 ribu hingga Rp 1,5 juta. Tergantung bahan dan tingkat kerumitan. Selain membuat perabotan standar, workshop ini memproduksi secara custom dengan detail sesuai permintaan pembeli. Baik dari segi dimensi dan kegunaan.

Sejauh ini, barang yang tercatat diproduksi sudah ratusan unit dengan berbagai bentuk. Namun yang paling laris adalah kursi dan meja lipat berbahan kayu ulin. Bahan ini juga disebut sebagian kalangan sebagai kayu besi lantaran tak mudah lapuk dan tahan lama.

"Kami sementara promosi melalui media sosial dan informasi disampaikan dari mulut ke mulut,” pungkasnya. (*)

 

Editor: Bobby Lolowang

folder_openLabel
shareBagikan Artikel Ini


Artikel Terkait


Tinggalkan Komentar