Ekonomi

Meraup Untung dari Berjualan Siaran Langsung

person access_time 5 years ago
Meraup Untung dari Berjualan Siaran Langsung

Anggie Septiar Anggreyani (busana biru) setelah berjualan via siaran langsung (foto: arditya abdul aziz/kaltimkece.id)

Modal yang murah
Cukup dari rumah
Tak lupa senyum ramah

Ditulis Oleh: Arditya Abdul Azis
Jum'at, 03 Agustus 2018

kaltimkece.id Sapuan tipis di pipi menjadi penutup riasan Anggie Septiar Anggreyani. Setelah memastikan dirinya syantik, ibu rumah tangga berusia 25 tahun itu bersiap-siap di depan kamera Xiaomi Redmi 4 miliknya. Sudah 30 menit dia berdandan dan waktu menunjukkan pukul 15.00 Wita. Anggie harus segera tampil.

Selasa menjelang sore yang mendung itu, 31 Juli 2018, pemilik senyum di balik balutan kerudung hitam itu mulai mengatur barang dagangan. Teras rumahnya di Jalan Pangeran Antasari, Gang 5, Kelurahan Air Putih, Samarinda Ulu, telah berubah menjadi toko pakaian. Busana perempuan aneka warna yang terbungkus plastik transparan digantung di belakang. Beberapa potong pakaian yang lain disusun di lantai.

Anggie mengakhiri seluruh persiapannya dengan membuka Facebook. Tepat pukul tiga sore, dia akhirnya muncul lewat siaran langsung di grup-grup Facebook kenamaan di Samarinda. Sekitar 150 orang menonton siaran yang berdurasi sejam itu. Anggie dengan luwes membawakan acara. Sesekali, dia melemparkan humor agar tokonya selalu segar.

“Untuk berjualan lewat siaran langsung, harus komplet. Saya mesti jadi presenter, model, sampai komedian,” tutur Anggie kepada kaltimkece.id, setelah siaran langsung berakhir. “Jangan lupa selalu tersenyum,” imbuhnya.

Serupa dengan berdagang di toko sungguhan, Anggie menjelaskan, tampil ceria dan jenaka akan membuat pengunjung betah. Calon pembeli pun dapat tertarik dengan barang yang ditawarkan. Anggie hari itu menjual daster berbahan kain tipis dengan permukaan yang lembut. Sebagian besar penonton yang memberikan komentar adalah perempuan.

“Kalau ada penonton laki-laki, mungkin bapak-bapak yang mau membeli kado buat istrinya,” canda Anggie seraya tertawa lepas. Dia memang ceria dan suka sekali berseloroh. Kebiasaan itu membuat ibu satu anak ini mengaku, kebanyakan penonton siaran langsung hanya untuk melihat kekonyolannya. “Tapi tetap ada yang beli, kok,” sambungnya.

Sore itu, Anggie berhasil menjual lebih dari 20 potong daster. Jika sedang ramai, dia bisa menjual hingga 60 potong. Keuntungan bersih per hari, kata Anggie dengan malu-malu, sekitar Rp 200 ribu hingga Rp 500 ribu sehari. Penghasilan itu membuat Anggie mengajak anggota keluarganya turut serta. Kakak ipar Anggie bernama Yeni Tri Iswahyuni, 35 tahun, bertugas menunjukkan barang. Satu orang lagi adalah Kiki, 33 tahun. Sepupu Anggie itu bertugas memperagakan pakaian yang dijual. Dengan demikian, tugas Anggie tinggal menjadi presenter.

Banyak manfaat berjualan melalui media sosial via siaran langsung. Anggie tak perlu menyewa kios dengan harga mahal. Dia pun bisa menawarkan harga miring kepada calon pembeli. Anggie cukup mengeluarkan Rp 50 ribu sehari untuk membeli kuota internet sebesar 6 gigabyte.  

Baca juga: Menantang Mati Demi Eksistensi

Kegiatan Anggie pun didukung penuh suami. Dia tak perlu repot ke sana ke mari sehingga tidak perlu meninggalkan anak. Anggie juga baru berjualan setelah selesai mengurus rumah.

Sepanjang empat bulan berjualan, beragam kisah pernah menghampiri Anggie. Mulai pembeli PHP alias pemberi harapan palsu, hingga gangguan saat siaran langsung. Pernah suatu kali, anak perempuannya yang berusia 3 tahun berteriak meminta susu di tengah siaran. Kali lain, anaknya justru mejeng dan bergaya di depan kamera.

Potensi Usaha Para Ibu

Yeni Tri Iswahyuni, 35 tahun, adalah senior Anggie dalam urusan berdagang via siaran langsung. Yeni menjual pakaian gamis dan daster Turki yang tengah hits. Barang-barang itu dipesan dari Pulau Jawa. Dalam sepekan, Yeni memperoleh lima kali pengiriman.

Para pengunjung siaran langsung memanfaatkan kurir online ketika membeli pakaian. Beberapa di antara mereka juga datang ke rumah Yeni agar lebih puas mencoba busana. Adapun pembeli dari luar daerah, Yeni melayani dengan menggunakan jasa pengiriman.

Yeni tidak pelit dalam berbagi ilmu bisnis. Dia mengajak ibu rumah tangga yang lain, sebagian besar tetangganya, terlibat dalam usaha ini. Tidak perlu memesan dari luar, katanya, usaha rumah tangga pun bisa berhasil lewat siaran langsung di media sosial.

"Itu cita-cita saya. Ibu-ibu di sekitar sini memproduksi barang sendiri dan dijual sendiri. Keluarga pun mendapatkan penghasilan tambahan tanpa harus ibu-ibu meninggalkan kewajiban mengurus rumah," harapnya.

Menjanjikannya sektor dagang lewat siaran langsung diakui Oktavia. Perempuan muda ini merupakan pelanggan dagangan online. Membeli via dunia maya, kata Oktavia, tidak membuatnya khawatir. Dari siaran langsung pula, dia melihat barang sekaligus mendapat penjelasan secara lengkap. Oktavia juga tidak perlu keluar rumah hanya untuk menghabiskan tenaga mengelilingi toko demi toko, seperti pada masa lalu.

Biaya Kecil, Harga Bersaing

Berdagang dalam jaringan, terutama melalui fasilitas siaran langsung, mulai populer di Kaltim sejak empat bulan terakhir. Pedagang yang semakin menjamur menunjukkan pergeseran perilaku penjual maupun pembeli. Berdagang maupun berbelanja secara ringkas, cepat, dan menyenangkan, telah menjadi tren sejalan perkembangan teknologi. Satu hal yang jauh lebih penting, produk yang dijual di siaran langsung seringkali lebih murah ketimbang harga pasar.

Ditinjau dari perspektif ilmu pemasaran sebagai cabang dari ilmu ekonomi, berdagang dalam jaringan memangkas beberapa komponen penting. Dalam konsep pemasaran, dikenal istilah marketing mix atau bauran pemasaran. Philip Kottler, bapak ilmu pemasaran, menjabarkan marketing mix dalam konsep 4P yakni product (produk), price (harga), place (distribusi), dan promotion (promosi).

Menurut Kotler, 4P merupakan sekumpulan alat yang digunakan untuk mencapai tujuan pemasaran. Kotler menyarankan kepada setiap pemasar memainkan komposisi 4P. Sebagai contoh, mengubah harga produk untuk menutupi biaya promosi atau distribusi (Flexible Marketing, 2004, hlm 17).

Di sinilah jawaban mengapa harga di toko-toko siaran langsung bisa lebih murah. Dari sisi distribusi (place), berjualan di toko online jelas memangkas biaya. Pedagang cukup bermodal telepon pintar dan kuota internet Rp 50 ribu sehari. Dalam sebulan, biaya distribusi hanya Rp 1,5 juta, bisa lebih murah jika berlangganan internet. Biaya sedemikian jauh lebih rendah dibanding menyewa ruko di lokasi strategis yang memerlukan puluhan juta rupiah setahun.

Para penjual juga tak perlu repot-repot menyiapkan baliho, papan nama usaha, sampai beriklan di media massa. Melalui siaran langsung, media sosial segera mempertemukan mereka dengan pembeli. Di titik ini pula, biaya promosi sebagai bagian dari konsep 4P ikut terpangkas. Setiap penjual di dunia maya telah menjadi promotor bagi barang dagangannya.

Lewat berkurangnya biaya-biaya itulah, harga produk lebih murah. Hal itu sejalan dengan keunggulan perdagangan di dunia maya. Setidaknya, terdapat enam kelebihan pasar jenis ini. Selain tidak perlu menyewa tempat, jangkauan pasar sangat luas. Pasar juga bebas dari gangguan cuaca, modal kecil, dikerjakan dari rumah sendiri, sampai kemampuan membangun komunitas (Sukses Bisnis Online, 2014, hlm 3-8).

Baca juga: Cebong versus Kampret, Barang yang Tak Laku di Kaltim

Pada akhirnya, pasar maya tetap mengutamakan satu hal; kepercayaan. Kepercayaan pelanggan akan muncul ketika mereka mendapatkan produk berkualitas dengan harga yang bersaing. Kepercayaan memang sangat penting di pasar maya karena penjual dan pembeli tak selalu bertemu muka. Bagaimana, betul ‘kan, Say?  (*)

Editor: Fel GM

Senarai Kepustakaan
  • Ramdan, Anton, 2014. Sukses Bisnis Online: Panduan Membangun Toko Online Profesional, Jakarta: PT Gramedia.
  • Rangkuti, Freddy, 2004. Flexible Marketing: Teknik agar Tetap Tumbuh dalam Situasi Bisnis yang Bergejolak, dan Analisis Kasus, Jakarta: PT Gramedia Pustaka Utama. 
folder_openLabel
shareBagikan Artikel Ini


Artikel Terkait


Tinggalkan Komentar