Ekonomi

Ratusan Miliar Rupiah Donasi Itu dari Kantong Pribadi Low Tuck Kwong, Bukan CSR PT Bayan Resources

person access_time 2 years ago
Ratusan Miliar Rupiah Donasi Itu dari Kantong Pribadi Low Tuck Kwong, Bukan CSR PT Bayan Resources

Dato Low Tuck Kwong, pemilik sekaligus presiden direktur PT Bayan Resources Tbk.

Walapun dana pribadi, persepsi negatif sukar dihindari. Kaltim dianggap hanya tempat pembuangan sampah.   

Ditulis Oleh: Fel GM
Jum'at, 13 Mei 2022

kaltimkece.id Bantuan dana pendidikan yang mengalir ke sejumlah perguruan tinggi di Pulau Jawa disebut bukan bersumber dari corporate social responsibility PT Bayan Resources Tbk. Donasi berjumlah ratusan miliar rupiah itu diklaim sebagai bantuan pribadi Dato Low Tuck Kwong. Nama tersebut adalah pemegang saham sekaligus presiden direktur Bayan Resources. 

Kepada kaltimkece.id, Jumat, 13 Mei 2022, Humas PT Bayan Resources, Syahbuddin, memastikan informasi tersebut. Menurutnya, perusahaan dalam menyalurkan dana tanggung jawab sosial atau CSR harus sesuai dokumen rencana kerja. Berbeda dengan dana pribadi Dato Low Tuck Kwong yang diberikan kepada Universitas Indonesia, Institut Teknologi Bandung, dan Universitas Gadjah Mada. Bantuan tersebut berbentuk dana abadi. 

Syahbuddin melanjutkan, keriuhan yang muncul di Kaltim dari donasi tersebut segera dikomunikasikan kepada Dato Low Tuck Kwong. Tidak hanya Universitas Mulawarman, komunikasi tersebut tidak akan meninggalkan perguruan tinggi yang lain di Bumi Mulawarman. 

"Insyallah, setelah ini ada komunikasi dengan perguruan tinggi," katanya.

_____________________________________________________PARIWARA

Berbicara mengenai CSR, Syahbuddin melanjutkan, Bayan Resources memiliki beberapa program di Kaltim. Satu di antaranya dari bidang pendidikan berupa beasiswa bagi masyarakat Tabang, Kutai Kartanegara, yang kurang mampu. Di Project Tabang, ada bantuan Rp 10 juta per tahun bagi 74 mahasiswa. Ada pula dua mahasiswa yang kuliah di luar negeri yang diberi bantuan Rp 105 juta per tahun.

Beberapa jam sebelumnya, Direktur Bayan Resources, Lim Chai Hock, juga memberikan klarifikasi. Ia menjelaskan bahwa bantuan dana pendidikan untuk UI diberikan pemilik sekaligus presiden direktur PT Bayan Resources, Dato Low Tuck Kwong.

“Jadi perlu diluruskan bahwa itu bukan dana CSR melainkan dana pribadi beliau,” ujar Lim kepada Media Kaltim, grup kaltimkece.id. Dengan demikian, sambungnya, kepada siapa Dato memberikan bantuan, perusahaan tidak bisa mengatur.

Bantuan dana pendidikan yang diberikan kepada UI bersifat dana abadi. Sangat mungkin penerima beasiswa dari universitas ternama itu adalah mahasiswa asal Kaltim. “Dan harapan itu juga sudah kami sampaikan kepada penerima,” katanya.

Disinggung bantuan untuk pendidikan di Kaltim, Lim menjelaskan bahwa pada 23 Februari 2019, Dato Low Tuck Kwong bersama manajemen Bayan Resources pernah berkunjung ke Unmul. Pertemuan itu membahas bantuan pendidikan untuk generasi muda Kaltim. Malahan, kata Lim, Jumat pagi ini, diadakan pelatihan soft skill dan kewirausahaan kepada mahasiswa Unmul yang menerima beasiswa Bayan Group Tabang Project di Hotel Ibis Samarinda.

“Penting digarisbawahi bahwa kegiatan ini bukan untuk meng-counter pemberitaan. Sudah sejak beberapa bulan lalu kami rancang. Bisa ditanyakan ke Unmul,” jelas Lim.

Bayan Resources disebut telah bekerja sama dengan Unmul untuk kajian dan penelitian mengenai aktivitas perusahaan. Alumnus Unmul juga banyak yang bekerja di perusahaan tersebut. Lim melanjutkan, manajemen perusahaan sudah bertemu Gubernur Kaltim dan Bupati Kutai Timur. Perusahaan berencana membangun SMK swasta di Kutim. 

Keriuhan donasi ini bermula beberapa hari terdahulu. Wakil Gubernur Kaltim, Hadi Mulyadi, menyatakan, PT Bayan Resources telah menyalurkan bantuan ke sejumlah universitas di Pulau Jawa dengan total ratusan miliar. 

“Ini nyata di depan mata. Mereka (Bayan Resources) memberi bantuan Rp 100 miliar untuk ITB, Rp 50 miliar untuk UGM, dan Rp 50 miliar untuk UI. Unmul mana? Kok, tidak ada,” kata Hadi. 

Wagub mengaku kecewa karena hampir semua perusahaan pemegang perjanjian karya pengusahaan pertambangan batu bara (PKB2B) tidak serius menyalurkan dana CSR di Kaltim. Padahal, aturan CSR sudah jelas. Perusahaan harus mendahulukan masyarakat di sekitar wilayah operasi. 

Tak Keliru tapi Kurang Bijaksana

Sumber donasi untuk perguruan tinggi di Pulau Jawa disebut bukan dari CSR. Dengan demikian, tidak ada kewajiban bahwa sumbangan tersebut harus didahulukan ke wilayah di sekitar perusahaan. Walaupun demikian, donasi tersebut dianggap kurang bijaksana dan bisa menyinggung perasaan warga Kaltim.

Akademikus Fakultas Ekonomi dan Bisnis, Universitas Mulawarman, Hairul Anwar, memberikan penjelasan. Dalam keributan ini, ada dua pandangan yang cenderung bertolak belakang tetapi sama-sama tidak keliru. Yang pertama, dari sisi pemberi donasi yaitu Dato Low Tuck Kwong. Sebagai pribadi, Dato Low Tuck Kwong bebas menggunakan kekayaannya. Tak seorang pun berhak mengatur donasi tersebut diberikan ke mana dan kepada siapa. 

“Ketika donasi diberikan kepada perguruan tinggi top, tentu bisa diterjemahkan sebagai upaya mempertahankan bisnis,” jelas Hairul.

Maksud alumnus Georgia State University, Amerika Serikat, itu adalah bisnis yang sudah mapan bisa dipertahankan dengan merekrut talent terbaik. Talenta atau sumber daya manusia unggul di Indonesia selama ini berkumpul di UI, ITB, dan UGM. 

Pandangan kedua dari sisi masyarakat Kaltim. Menurut Hairul, Bayan Resources sudah melekat dengan nama Dato Low Tuck Kwong. Ketika saban hari masyarakat Kaltim melihat ponton batu bara hilir-mudik di sungai, donasi bagi daerah lain dari pemilik perusahaan tambang di Kaltim bisa melahirkan ketersinggungan. 

Walaupun berupa bantuan pribadi, Hairul menganggap, donasi Low Tuck Kwong kurang bijaksana. Persepsi negatif bisa muncul yaitu Kaltim hanya jadi tempat pembuangan sampah. “Buminya digaruk lalu ditinggal, uangnya diberikan ke daerah lain,” jelas Hairul seraya melanjutkan, “Dan persepsi ini juga tidak keliru.”

Dia melanjutkan, etika dan moral tidak bisa sepenuhnya diberlakukan. Tidak bisa begitu saja memvonis Dato Low Tuck Kwong adalah orang yang kaya raya dari tanah Kaltim tetapi menyumbang ke Pulau Jawa. Belum tentu standar moral dan etika Dato Low Tuck Kwong sama dengan standar moral orang lain. 

Sebenarnya, ada titik temu dari dua pandangan yang bertolak belakang tadi. Pengusaha bisa mencari SDM unggul, Kaltim ikut dilibatkan. Caranya, Hairul menyarankan, dengan membentuk talent-talent terbaik di Kaltim. Donasi puluhan atau ratusan miliar dapat memperpendek waktu bagi dunia pendidikan Bumi Mulawarman mengejar ketertinggalan dan mencetak SDM berkualitas. 

Ia memberikan bukti. Setelah hampir 60 tahun berdiri, Universitas Mulawarman baru menerima dana besar pada 2015. Islamic Development Bank menggelontorkan hibah Rp 694 miliar. Dana tersebut telah digunakan untuk membangun fasilitas kampus, meningkatkan kualitas dosen, dan memperkaya penelitian. Unmul pun berhasil menjadi perguruan tinggi terbaik se-Kalimantan. 

“Berbeda dengan UI, ITB, dan UGM. Dari zaman Orde Baru, mereka sudah ‘mandi’ duit. Yang lebih memerlukan bantuan, ya, perguruan tinggi di daerah,” terangnya.  

_____________________________________________________INFOGRAFIK

Pengusaha Kaya Raya 

Tokoh sentral dalam keributan donasi ini, Dato Low Tuck Kwong, bukan asing di jagat pertambangan. Lelaki kelahiran Singapura ini datang ke Indonesia pada 1973. Pada awalnya, ia mendirikan PT Jaya Sumpiles Indonesia (JSI) yang bergerak di bidang konstruksi dan struktur kelautan. PT JSI sempat menjadi kontraktor kondang pada era 80 hingga 90-an. 

PT JSI mulai melebarkan sayap di sektor pertambangan batu bara pada 1988. Korporasi itu mengakuisisi PT Gunungbayan Pratamacoal yang memegang konsesi batu bara di Kaltim. PT Dermaga Perkasa Pratama yang mengoperasikan pelabuhan internasional batu bara di Balikpapan juga diakuisisi pada tahun yang sama (Bayan Overview, laman resmi PT Bayan Resources Tbk, diakses 13 Mei 2022).

Dato Low Tuck Kwong kemudian menjadi warga negara Indonesia pada 1992. Ia dikenal sebagai pengusaha tenar di sektor pertambangan sejak awal Era Reformasi. Pada 2014, namanya masuk urutan ke-30 orang terkaya di Indonesia versi majalah Forbes. Peringkatnya sempat naik ke posisi ketujuh sebelum pada 2021 duduk di peringkat ke-18 orang terkaya di Tanah Air (Raja Batu Bara RI: Low Tuck Kwong Kaya Raya 'Mandi' Batu Bara, artikel CNBC, 2022). 

Menurut Forbes, total kekayaan Low Tuck Kwong sebesar USD 3,7 miliar atau sekitar Rp 51,8 triliun. Selain dari bisnis batu bara, kekayaannya datang dari usaha di bidang pelayaran. Ia mengendalikan Singapura Manhattan Resources dan memiliki The Farrer Park Company, Samindo Resources, serta Voksel Electric. Perusahaannya membangun sistem kabel laut bawah laut untuk konektivitas internet yang menghubungkan Singapura, Indonesia, dan Malaysia.

Bayan Resources adalah satu dari antara lini usaha tersukses milik Dato Low Tuck Kwong. Induk perusahaan ini memiliki 30 korporasi di bidang pertambangan, investasi, perkapalan, penanganan batu bara, dan jasa. Sejumlah anak perusahaan beroperasi di tiga site di Kaltim dan satu site di Kalsel. Di Bumi Etam, ada Teguh Sinar Abadi/Firman Ketaun Perkasa di Kutai Barat, Tabang/Pakar Mine di Kutai Kartanegara, dan Perkasa Inakakerta di Kutai Timur, sebagaimana dimuat di laman resmi perusahaan.

Produksi batu bara dari seluruh entitas Bayan Resources mencapai 40 juta ton pada 2021. Perusahaan ini sempat menghiasi pemberitaan di Kaltim pada 2018. Waktu itu, Gubernur Awang Faroek Ishak menyatakan, Bayan Resources tertarik membangun rel kereta api di Kaltim. Rutenya dari Kukar menuju Kutim sehingga menghubungkan dua site tambang mereka ke tepi laut. Panjang rel itu 305 kilometer dari Tabang, Lubuk Tutung, hingga Maloy (PT Bayan Resources Tertarik Investasi Kereta Api Wilayah Utara, siaran resmi Pemprov Kaltim, 2018). 

Dari Bayan Resources-lah, sebagian kekayaan Dato Low Tuck Kwong berasal. Menurut laporan tahunan perusahaan yang disajikan terbuka, laba pada 2021 adalah yang tertinggi dalam lima tahun terakhir. Tahun lalu, perusahaan membukukan keuntungan USD 1,26 miliar. Total laba perusahaan sejak 2017 hingga 2021 menembus USD 2,65 miliar atau setara Rp 37,18 triliun. (*)

Dilengkapi oleh: Muhibar Sobary Ardan

folder_openLabel
shareBagikan Artikel Ini


Artikel Terkait


Tinggalkan Komentar