Lingkungan

Merana karena Cairan Hitam

person access_time 1 year ago
Merana karena Cairan Hitam

Ilustrasi tumpahan minyak di laut. FOTO: ISTIMEWA

Cairan hitam disebut sempat muncul di perairan Balikpapan. Pendapatan seorang nelayan merosot tajam gara-gara cairan yang diduga adalah minyak itu.

Ditulis Oleh: Septianus Hendra
Selasa, 16 Mei 2023

kaltimkece.id Matahari hampir tenggelam saat Ismail Yunus tiba di sebuah dermaga di Kelurahan Manggar, Balikpapan Timur. Lelaki yang berprofesi sebagai nelayan itu kemudian menaiki perahu bermotornya. Setelah mesin perahu menyala, ia segera tancap gas menuju lautan.

Petang itu, Jumat, 12 Mei 2023, Ismail hendak ke bagan yang dibangunnya di laut. Setelah belayar 15 menit atau sekitar 2 mil dari bibir pantai Manggar, ia tiba di alat tangkap ikan tradisonal yang mirip pondok kecil itu. Langit sudah gelap, Ismail bergegas menurunkan jaring dan menyalakan lampu di bagan berukuran 15x15 meter tersebut.

“Sinar lampu inilah yang akan memancing ikan-ikan dan cumi-cumi masuk ke jaring,” cerita Ismail kepada kaltimkece.id, Sabtu, 13 Mei 2023.

Ketika lampu menyala, Ismail melihat segerombolan ikan dan cumi-cumi mendekati jaringnya. Pada saat yang sama, ia terperangah menyaksikan cairan tebal berwarna hitam mirip minyak melintas di bagannya. Ismail segera mengeluarkan ponsel pintarnya dan memvideokan aktivitas tersebut. Biota-biota laut tadi, kata Ismail, tak jadi masuk jaringnya karena adanya cairan tersebut.

“Saya perkirakan, luas hamparan cairan ini kurang lebih ratusan meter persegi,” sebutnya.

Ia menjelaskan, cairan tersebut datang dua kali dari selatan. Pertama pada pukul 18.30 Wita. Beberapa menit kemudian, setelah cairan pertama disapu arus laut, cairan serupa melintas lagi di bagannya hingga pukul 9 malam. Ismail menggerutu melihatnya.

Ia kembali ke Balikpapan saat matahari menampakkan sinarnya dari ufuk timur. Akibat cairan tersebut, ia membawa pulang sedikit ikan untuk dijual. Ismail mengatakan, sebelumnya pendapatan yang ia peroleh dari hasil melaut mencapai Rp 2 juta. Akan tetapi, pada hari itu, seluruh hasil tangkapannya hanya laku Rp 200 ribu. “Kalau begini terus bisa hancur nelayan kecil seperti saya,” keluhnya.

Mappaselle Marie’ Wawo, direktur Pokja Pesisir dan Nelayan. FOTO: ISTIMEWA

Pada hari yang sama, Kelompok Kerja Pesisir dan Nelayan memeriksa perahu dan jangkar milik Ismail. Direktur organisasi lingkungan tersebut, Mappaselle Marie’ Wawo, membeberkan hasil pemeriksaan. Timnya menemukan masih ada cairan hitam menempel di benda-benda tersebut. Setelah diteliti, Mappaselle memastikan cairan tersebut adalah minyak.

Pokja Pesisir belum mengetahui dari mana asal minyak tersebut. Hanya saja, Mappaselle mengatakan, di selatan dari bagan milik Ismail terdapat aktivitas pengeboran minyak dan gas lepas pantai. Ada juga kapal-kapal besar. “Kami tidak tahu, apakah minyak itu dari rig itu atau mungkin dari transaksi minyak ilegal,” ucapnya.

Mappaselle mengatakan, kehadiran minyak di laut bisa merugikan banyak pihak. Selain bikin nelayan merana, minyak juga bisa merusak lingkungan hidup. Ia mendesak kepolisian, dinas lingkungan hidup, dan otoritas pelabuhan menyelidiki kasus tersebut. Pihak yang menyebabkan minyak tersebut tercecer harus dihukum.

“Pelakunya juga harus dituntut memulihkan lingkungan yang rusak akibat minyak tersebut,” serunya. Ia pun meminta pihak berwenang mengetatkan pengawasan terhadap aktivitas industri migas di lepas pantai agar kejadian serupa tak berulang.

Sudirman Djajaleksana, kepala Dinas Lingkungan Hidup Balikpapan. FOTO: MEDIA KALTIM

Dinas Lingkungan Hidup Balikpapan belum bisa memastikan cairan hitam yang ditemukan Ismail adalah minyak. Pada Ahad siang, 14 Mei 2023, Dinas Lingkungan bersama Lurah Manggar, kepolisian, dan sejumlah pemuda dari Lembaga Pemberdayaan Masyarakat Manggar mendatangi bagan milik Ismail. Mereka memeriksa kondisi laut di sana yang disebut sempat dilintasi minyak.

“Berdasarkan pengamatan secara visual, tidak ditemukan ceceran minyak di lokasi aduan atau perairan Manggar,” kata Kepala DLH Balikpapan, Sudirman Djajaleksana.

Walau demikian, DLH telah mengambil sampel air laut di dekat bagan milik Ismail. Air yang diambil sebanyak dua botol ukuran 1,5 liter. Sudirman mengatakan, sampel tersebut sedang diuji di laboratorium Universitas Mulawarman, Samarinda. “Dari hasil uji laboratorium itulah baru kami bisa tentukan langkah selanjutnya. Di samping itu, kami terus berkoordinasi dengan para pihak lainnya,” kuncinya. (*)

shareBagikan Artikel Ini


Artikel Terkait


Tinggalkan Komentar