Ekonomi

Babak-Belur Ekonomi karena Pandemi (2): Sektor Pertambangan Tersungkur, Industri Pupuk Menolong

person access_time 4 years ago
Babak-Belur Ekonomi karena Pandemi (2): Sektor Pertambangan Tersungkur, Industri Pupuk Menolong

Aktivitas PT Pupuk Kaltim, sektor ini menolong ekonomi Kaltim di tengah masa sulit (foto: PT Pupuk Kaltim)

Pandemi diprediksi menghantam pertumbuhan ekonomi Kaltim tahun ini. Sektor pertambangan sudah tersungkur duluan. 

Ditulis Oleh: Fel GM
Selasa, 02 Juni 2020

kaltimkece.id Sebelum pandemi Covid-19, sektor pertambangan batu bara sudah berjalan terhuyung-huyung. Ketidaknormalan pada masa pandemi akhirnya menyebabkan sektor tersebut tersungkur. Bukan kabar baik mengingat aktivitas pertambangan --terutama batu bara-- merupakan fondasi utama dari struktur perekonomian Kaltim. 

Melemahnya kinerja pertambangan batu bara di Kaltim sudah terlihat sejak akhir tahun lalu. Pada triwulan III 2019, produk domestik regional bruto (PDRB) sektor pertambangan masih tumbuh 10,53 persen dibanding periode sebelumnya. Namun demikian, PDRB pertambangan turun dengan tajam pada triwulan IV 2019 yang hanya tumbuh 2,82 persen dari periode sebelumnya.

Begitu melangkah ke triwulan I 2020, sektor ini makin terpukul. Baru memasuki awal pandemi saja, PDRB pertambangan Kaltim tumbuh minus yakni -0,48 persen. Menurut catatan Badan Pusat Statistik yang dikutip Bank Indonesia Perwakilan Kaltim, penurunan PDRB ini disebabkan berkurangnya produksi di samping harga batu bara belum menunjukkan tanda-tanda membaik. 

“Untuk Kaltim, produksi batu bara pada triwulan I 2020 tercatat mengalami kontraksi -6,17 persen (year on year, yoy) setelah pada triwulan sebelumnya positif,” jelas Tutuk SH Cahyono, kepala BI Perwakilan Kaltim, ketika menerima wawancara khusus kaltimkece.id di kantornya, Jumat, 29 Mei 2020.

Sumber penurunan produksi tersebut adalah kinerja perusahaan pemegang izin usaha pertambangan (IUP) yang terkontraksi. Sementara itu, kinerja perusahaan pemegang perjanjian karya pengusahaan pertambangan batu bara (PKP2B) masih tumbuh positif. Keadaan ini tidak lepas dari permintaan batu bara India yang juga turun seiring lockdown di negara tersebut. 

PDRB sektor pertambangan yang terjerembab pada pembuka 2020 sangat memengaruhi pertumbuhan ekonomi Kaltim. Bagaimanapun, sektor pertambangan menyumbang 44,18 persen PDRB Kaltim di sisi lapangan usaha. Sedikit saja sektor ini terkontraksi, efeknya amat terasa bagi provinsi. 

“Pertumbuhan yang negatif menjadi masalah besar ketika provinsi hanya bergantung dari sektor tersebut. BI seringkali memberikan masukan agar hilirisasi industri segera dilakukan,” jelas Tutuk. 

Untungnya, pertumbuhan ekonomi Kaltim pada triwulan I 2020 tertolong industri pupuk. Ekspor pupuk dari Kaltim tercatat tumbuh signifikan di angka 404,71 persen (yoy). Produksi pupuk pada awal 2020 yang meningkat tajam tidak lepas dari program kerja perusahaan pupuk di Kaltim. Beberapa kebijakan perusahaan, sebut BI, adalah menurunkan durasi dan frekuensi unschedulle shutdown agar tonase produksi meningkat.

“Di samping itu, faktor peningkatan produksi di kilang minyak Pertamina RU V Balikpapan ikut menolong ekonomi Kaltim. Demikian halnya aktivitas produksi CPO (crude palm oil) yang meningkat,” terang Tutuk.

Terganggu karena Pandemi

Jika data yang dilansir BI Perwakilan Kaltim diiris lebih dalam lagi, dampak Covid-19 semakin nampak. BI memaparkan kondisi variabel-variabel pembentuk pendapatan total (agregat demand) Kaltim. Seluruh variabel yakni konsumsi, investasi, belanja pemerintah, serta ekspor dan impor, terganggu pandemi. 

Pertama adalah konsumsi (C) rumah tangga. Pada triwulan I 2020, hanya tumbuh 1,65 persen padahal pada triwulan IV 2019 masih 2,09 persen dan triwulan III 2019 sebesar 3,13 persen. Perlambatan konsumsi disebabkan normalisasi setelah Natal, tahun baru, liburan sekolah, serta social distancing di tengah Covid-19. 

Variabel kedua adalah investasi (I). Jika pada triwulan IV 2019 tumbuh 5,22 persen, investasi melorot tajam menjadi 0,60 persen pada triwulan I 2020. Seluruh jenis investasi mengalami penurunan, baik dalam negeri maupun asing. Beberapa rencana investasi juga tertunda, terutama pembelian mesin produksi dari Tiongkok dan Taiwan menyusul datangnya pandemi. Ketiga adalah variabel belanja pemerintah (G) yang melambat menjadi 5,13 persen. Padahal, pada akhir 2020, belanja pemerintah tumbuh 13,69 persen. Kinerja yang melambat tidak lepas dari penyesuaian sistem kerja ASN di Kaltim selama pandemi. 

Variabel keempat dan kelima adalah ekspor (X) dan impor (M). Ekspor, seperti dijelaskan di atas, banyak tertolong industri pupuk. Sementara impor Kaltim, sebagian besar berupa minyak mentah untuk meningkatkan produksi kilang di Balikpapan.  

Dari seluruh kondisi tersebut, perekonomian Kaltim memang tumbuh meskipun melambat. Pada triwulan I 2020, pertumbuhan ekonomi Kaltim hanya 1,27 persen, lebih rendah dari pertumbuhan ekonomi kuartal sebelumnya pada triwulan IV 2019 yakni 2,67 persen.

Kondisi ini membuat BI Perwakilan Kaltim segera membuat estimasi baru pertumbuhan ekonomi tahunan. Sebelum pandemi, PDRB Kaltim pada 2020 diperkirakan tumbuh 3,4 persen. Invasi Covid-19 merevisi angka tersebut. BI memperkirakan, PDRB Kaltim hanya tumbuh pada rentang 0,26 persen sampai -0,26 persen (baseline). 

“Namun, jika kondisi semakin memburuk, ekonomi Kaltim bisa terkontraksi pada skenario berat dan sangat berat,” lanjut Tutuk SH Cahyono dari BI Perwakilan Kaltim. 

Kepala BI Perwakilan Kaltim Tutuk SH Cahyono

Skenario berat adalah ekonomi hanya tumbuh di rentang -0,60 persen sampai -1,20 persen. Sementara skenario sangat berat, pertumbuhan negatif itu mencapai -1,90 persen sampai -2,30 persen. Jika sampai demikian, resesi terberat yang pernah dilewati Kaltim selama dua dasawarsa terakhir, yakni pada 2015, bisa terulang kembali. 

Memasuki Masa-Masa Tersulit 

Di tengah masa-masa sulit, BI Perwakilan Kaltim mengadakan survei pada April 2020. Survei bertujuan mengukur indeks keyakinan konsumen terhadap situasi sekarang. Hasilnya bisa diduga, indeks keyakinan masyarakat turun sangat dalam bahkan terendah dalam beberapa tahun terakhir. 

Indeks ini dinyatakan dalam angka normal adalah 100. Nilai indeks di atas 100 adalah zona optimisme, sebaliknya di bawah 100 adalah pesimisme masyarakat. Indeks keyakinan di bawah 100, yang artinya keyakinan masyarakat pesimistis, terakhir kali muncul pada periode November 2016 hingga Juli 2017. Saat itu, kondisi ekonomi Kaltim sedang recovery setelah resesi 2015 ketika harga batu bara anjlok. 

Baca juga:
 

Pada survei April 2020, untuk pertama kali sejak 2017, keyakinan masyarakat kembali pesimistis dengan angka 72,5. Sementara indeks ekspektasi masih lumayan yakni 98,6. Yang terendah adalah persepsi masyarakat terhadap kondisi ekonomi saat ini yakni hanya 46,33. 

Terbentuknya indeks tersebut tidak lepas dari pendapat masyarakat terhadap variabel pembentuk. Untuk variabel kondisi ekonomi saat ini dibanding enam bulan lalu, indeksnya hanya 46,33. Lalu variabel kondisi penghasilan masyarakat sebesar 33,5; dan kondisi ketersediaan lapangan kerja sebesar 27. Angka-angka sedemikian dari seluruh variabel nyaris sama dalamnya dengan periode 2015-2016 silam. (*)

folder_openLabel
shareBagikan Artikel Ini


Artikel Terkait


Tinggalkan Komentar